Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin rahimahullaah.
Kajian Keduapuluh Dua.
Kajian Ramadhan.
Meningkatkan Ibadah di Sepuluh Hari Terakhir dan Mencari Lailatul Qadr (2).
Allah menyatakan bahwa ia adalah malam yang penuh berkah disebabkan karena banyaknya kebaikan, keberkahan dan keutamaannya. Di antara berkahnya adalah diturunkannya al-Qur-an yang penuh berkah di malam itu. Allah juga menyifatinya sebagai waktu dimana segala urusan yang penuh hikmah itu dijelaskan. Maksudnya, ketika itu urusan yang penuh hikmah itu disampaikan secara terperinci dari Lauh Mahfuzh, kepada para Malaikat pencatat mengenai segala hal yang akan terjadi atas perintah dari Allah pada tahun itu, baik yang berupa rezeki, ajal, kebaikan, keburukan dan sebagainya dari setiap urusan yang penuh dengan hikmah di antara urusan-urusan Allah yang sama sekali tidak mengandung cacat, kekurangan, kebodohan dan kebatilan. Semuanya itu menjadi takdir dari Dzat Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. "Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (al-Qur-an) pada Lailatul Qadr (malam kemuliaan). Dan tahukah kamu apakah Lailatul Qadr itu? Lailatul Qadr itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun Malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril dengan izin Rabbnya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kedamaian sampai terbit fajar." (QS. Al-Qadr (97): 1-5)
Arti dari kata al-qadr itu adalah kemuliaan (asy-syaraf) dan pengagungan (at-ta'zhim). Atau bisa juga bermakna taqdir dan qadha'. Sebab, Lailatul Qadr adalah malam yang mulia dan agung, dimana Allah menakdirkan apa yang akan terjadi dalam setahun dan memutuskannya (menentukan qadha'nya) yang berupa urusan-urusan yang penuh dengan hikmah. "Malam Lailatul Qadr itu lebih baik dari seribu bulan." (QS. Al-Qadr (97): 3)
Maksudnya adalah dalam hal keutamaan, kemuliaan, dan banyaknya pahala. Oleh karena itu, orang yang mengerjakan shalat pada malam itu yang didasari dengan keimanan dan mengharap pahala dari Allah, maka Allah akan mengampuni dosanya yang telah lalu. "Pada malam itu turun Malaikat-malaikat dan juga ar-Ruh (Jibril)." (QS. Al-Qadr (97): 4)
Para Malaikat adalah bagian dari hamba-hamba yang senantiasa beribadah kepada-Nya siang dan malam. "Malaikat-malaikat yang di sisi-Nya itu tiada mempunyai rasa angkuh untuk menyembah-Nya dan tiada (pula) merasa letih. Mereka selalu bertasbih malam dan siang tiada henti-hentinya." (QS. Al-Anbiya' (21): 19-20)
Mereka turun pada malam Lailatul Qadr itu ke bumi dengan membawa kebaikan, berkah dan rahmat. Termasuk di antara mereka adalah Malaikat ar-Ruh, yaitu Jibril 'alaihis salaam. Jibril ini sengaja disebut tersendiri karena kemuliaan dan keutamaan yang dimilikinya.
"Malam itu (penuh) kedamaian sampai terbit fajar." (QS. Al-Qadr (97): 5). Maksudnya adalah bahwa malam itu merupakan malam kedamaian bagi orang-orang yang beriman dari segala hal yang menakutkan karena banyaknya orang yang ketika itu dibebaskan dari Neraka dan diselamatkan dari adzabnya.
"Sampai terbit fajar." Maksudnya, malam Lailatul Qadr itu berakhir dengan terbitnya fajar bersamaan dengan berakhirnya amalan ibadah malam.
Dalam surat yang mulia ini disebutkan berbagai keutamaan Lailatul Qadr.
Keutamaan pertama: Di dalamnya Allah Subhaanahu wa Ta'aala menurunkan al-Qur-an, yang dengannya ummat manusia mendapatkan petunjuk serta meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat.
Keutamaan kedua: Kalimat tanya yang disebutkan dalam ayat tersebut menunjukkan keagungannya, yaitu firman Allah: "Tahukah kamu apakah malam kemuliaan (Lailatul Qadr) itu?" (QS. Al-Qadr (97): 2)
Keutamaan ketiga: Ia lebih baik dari seribu bulan.
Keutamaan keempat: Para Malaikat turun ke bumi pada malam itu, dan mereka tidaklah turun kecuali dengan membawa kebaikan, berkah dan rahmat.
Keutamaan kelima: Ia merupakan malam kedamaian (keselamatan) dan kesejahteraan, karena banyaknya orang yang selamat dari hukuman dan adzab, disebabkan ketaatan yang dilakukan para hamba kepada Allah 'Azza wa Jalla pada waktu itu.
Keutamaan keenam: Mengenai keutamaan Lailatul Qadr itu Allah Subhaanahu wa Ta'aala menurunkan satu surat utuh yang akan terus dibaca hingga hari Kiamat.
Baca selanjutnya: Meningkatkan Ibadah di Sepuluh Hari Terakhir dan Mencari Lailatul Qadr (3)
===
Maraji'/ sumber:
Kitab: Majaalisu Syahru Ramadhaan, Penulis: Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin rahimahullaah, Penerbit: Daruts Tsurayya lin Nasyr - Riyadh, Cetakan I, 1422 H/ 2002 M, Judul terjemahan: Kajian Ramadhan, Penerjemah: Salafuddin Abu Sayyid, Penerbit: al-Qowam - Solo, Cetakan V, 2012 M.
===
Ary Ambary Ahmad Abu Sahla al-Bantani
Sent from my BlackBerry® PIN 269C8299
powered by Sinyal Kuat INDOSAT