Skip to main content

Posts

Showing posts from January, 2020

Surat Al-Baqarah Ayat 172-173 (4) | Shahih Tafsir Ibnu Katsir

AL-MISHBAAHUL MUNIIRU FII TAHDZIIBI TAFSIIRI IBNU KATSIIR SHAHIH TAFSIR IBNU KATSIR JUZ 2 SURAT AL-BAQARAH AL-BAQARAH, AYAT 172-173 (4) Permasalahan Jika orang yang benar-benar dalam keadaan terpaksa menemukan bangkai dan makanan milikorang lain yang tidak dapat dipastikan pemiliknya serta tidak membahayakan, maka tidak dihalalkan baginya memakan bangkai. Tetapi ia boleh memakan makanan milik orang lain tersebut. Dan tidak ada perbedaan pendapat tentang hal ini. Dalam Sunan Ibni Majah disebutkan sebuah hadits yang diriwayatkan dari 'Abbad bin Syurahbil al-'Anzi, ia berkata, "Kami pernah ditimpa kelaparan setahun penuh. Lalu aku datang ke Madinah, maka aku pun memasuki sebuah kebun dan mengambil beberapa tangkai tanaman kemudian aku menggosok-gosokkannya dan setelah itu memakannya. Dan beberapa tangkai lagi aku letakkan di dalam bajuku. Lalu pemilik kebun itu datang memukulku serta mengambil bajuku. Selanjutnya aku mendatangi Rasulullah shallallahu 'alaihi

Surat Al-Baqarah Ayat 172-173 (3) | Shahih Tafsir Ibnu Katsir

AL-MISHBAAHUL MUNIIRU FII TAHDZIIBI TAFSIIRI IBNU KATSIIR SHAHIH TAFSIR IBNU KATSIR JUZ 2 SURAT AL-BAQARAH AL-BAQARAH, AYAT 172-173 (3) BOLEHNYA MEMAKAN MAKANAN YANG HARAM KARENA KONDISI DARURAT Kemudian Allah Subhanahu wa Ta'ala membolehkan memakan makanan yang haram karena keadaan darurat dan sangat mendesak ketika tidak ada lagi makanan lainnya. Dia berfirman: "Barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas." "Maka tidak ada dosa baginya," memakan makanan tersebut. "Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." Menurut Mujahid, firman Allah Ta'ala: "Barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas," artinya tidak dalam keadaan merampok, atau keluar dari ketaatan imam atau bepergian dalam kemaksiatan kepada Allah, maka ia mendapatkan rukhshah (keringanan). Tetapi orang yang melampaui

Surat Al-Baqarah Ayat 172-173 (2) | Shahih Tafsir Ibnu Katsir

AL-MISHBAAHUL MUNIIRU FII TAHDZIIBI TAFSIIRI IBNU KATSIIR SHAHIH TAFSIR IBNU KATSIR JUZ 2 SURAT AL-BAQARAH AL-BAQARAH, AYAT 172-173 (2) Tatkala Allah menganugerahkan rizki dan membimbing mereka agar memakan makanan yang baik-baik, maka Allah 'Azza wa Jalla pun memberitahukan bahwa Dia tidak mengharamkan makanan-makanan itu kecuali (pertama) bangkai, yaitu binatang yang mati tanpa disembelih, baik karena tercekik, terpukul, jatuh, ditanduk atau diterkam oleh binatang buas. Dan Allah mengecualikan bangkai hewan laut, berdasarkan firman-Nya, "Dihalalkan bagimu binatang buruan laut dan makanan (yang berasal) dari laut." (QS. Al-Maa-idah: 96) Sebagaimana akan diijelaskan nanti insya Allah. Juga berdasarkan hadits al-'anbar (kisah terdamparnya ikan besar) yang terdapat dalam kitab Shahiih al-Bukhari. (622) Dalam kitab Musnad, al-Muwaththa' dan Sunan disebutkan sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkenaan dengan laut: "Laut itu airnya

Surat Al-Baqarah Ayat 172-173 | Shahih Tafsir Ibnu Katsir

AL-MISHBAAHUL MUNIIRU FII TAHDZIIBI TAFSIIRI IBNU KATSIIR SHAHIH TAFSIR IBNU KATSIR JUZ 2 SURAT AL-BAQARAH AL-BAQARAH, AYAT 172-173 Hai orang-orang yang beriman, makanlah di antara rizki yang baik-baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika benar-benar hanya kepada Allah kamu menyembah. (QS. 2:172) Sesungguhnya Allah hanya mengharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, dan binatang (yang ketika disembelih) disebut (nama) selain Allah. Tetapi barangsiapa dalam keadaan terpaksa (memakannya) sedang dia tidak menginginkannya dan tidak (pula) melampaui batas, maka tidak ada dosa baginya. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (QS. 2:173) PERINTAH MEMAKAN MAKANAN YANG BAIK DAN PENJELASAN TENTANG PERKARA-PERKARA HARAM Firman Allah 'Azza wa Jalla ini memerintahkan hamba-hamba-Nya yang beriman untuk memakan makanan yang baik-baik dari sebagian rizki yang telah Dia anugerahkan. Allah pun memerintahkan mereka untuk senantiasa bersyukur k

Muqaddimah (13) | Kisah Dajjal dan Turunnya 'Isa untuk Membunuhnya

Qishshatu al-Masiihi ad-Dajjali wa Nuzuuli 'Isa 'alaihis shalaatu was salaam wa Qatlihi Iyyaahu. Kisah Dajjal dan Turunnya 'Isa 'alaihis salaam untuk Membunuhnya. BAGIAN PERTAMA. MUQADDIMAH PENULIS. Latar Belakang Penulisan Buku ini. Sebagai contoh ucapannya pada (II/285): "Di sini kai -dengan terpaksa- menghilangkan sejumlah paragraf yang kurang patut atau tidak layak..." Dan yang lebih mengherankan -sebagaimana yang saya ketahui-, ia berani menghilangkan empat lembar yang termasuk pada jilid dua, yaitu halaman 98, 99, 101 dan 102. Demi Allah, sungguh aku telah mengetahui beragam orang yang mengaku sebagai ahli ilmu di zaman ini. Akan tetapi saya belum pernah menemukan orang seberani, sebodoh dan sebangga diri si al-Fahim ini. Sekiranya kenyataannya ia tidak demikian, maka katakan padaku Demi Rabb-mu, 'bagaimana ia membolehkan dirinya melakukan tindakan buruk yang mencederai kode etik penulisan ilmiah terhadap buku Imam al-Hafizh Ibnu Katsir,

Muqaddimah (12) | Kisah Dajjal dan Turunnya 'Isa untuk Membunuhnya

Qishshatu al-Masiihi ad-Dajjali wa Nuzuuli 'Isa 'alaihis shalaatu was salaam wa Qatlihi Iyyaahu. Kisah Dajjal dan Turunnya 'Isa 'alaihis salaam untuk Membunuhnya. BAGIAN PERTAMA. MUQADDIMAH PENULIS. Latar Belakang Penulisan Buku ini. Menurut hemat al-Fahim ini, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sepertinya tidak boleh atau tidak selayaknya berbicara tentang perkara ghaib, yang mana bagi akal tidak ada pilihan lain kecuali menerimanya. Dengan demikian iman kepada hal ghaib (yang merupakan sikap membenarkan) tidak ada wujudnya dalam dirinya. Menyikapi hadits tentang akan diadzabnya orang-orang yang menggambar (makhluk hidup) (II/50), ia memberiakn sub judul terhadapnya: "'Adzaabul Mushawwiriin al-Mujassimiin Yaumal Qiyaamah." Pendek kata, sub-sub judul yang dibuat sendiri oleh 'al-Fahim' di sejumlah tempat dalam buku tersebut (buku Ibnu Katsir) -padahal yang demikian ini bertentangan dengan kode etik penulisan ilmiah-, di samp

Surat Al-Baqarah Ayat 170-171 (2) | Shahih Tafsir Ibnu Katsir

AL-MISHBAAHUL MUNIIRU FII TAHDZIIBI TAFSIIRI IBNU KATSIIR SHAHIH TAFSIR IBNU KATSIR JUZ 2 SURAT AL-BAQARAH AL-BAQARAH, AYAT 170-171 (2) ORANG MUSYRIK ITU SEPERTI HEWAN Kemudian Allah Ta'ala membuat sesuatu perumpamaan, sebagaimana Dia berfirman, "Orang-orang yang tidak beriman kepada hari Akhir mempunyai sifat yang buruk." (QS. An-Nahl: 60) Dia berfirman: "Dan perumpamaan (orang-orang yang menyeru) orang-orang kafir." Yang dimaksud dengan orang-orang kafir yaitu mereka yang berada dalam kesewenang-wenangan, kesesatan dan kebodohan. Mereka seperti binatang gembalaan yang tidak memahami dan tidak mengerti apa yang diserukan kepadanya. Bahkan, apabila hewan itu diseru oleh penggembalanya kepada sesuatu yang bermanfaat, dia sama sekali tidak memahami ucapan penggembala itu. Binatang itu hanya mendengar suaranya saja. Hal serupa juga diriwayatkan dari Ibnu 'Abbas, Abul 'Aliyah, (616) Mujahid, 'Ikrimah, (617) 'Atha' al-Khurasani, (618

Surat Al-Baqarah Ayat 170-171 | Shahih Tafsir Ibnu Katsir

AL-MISHBAAHUL MUNIIRU FII TAHDZIIBI TAFSIIRI IBNU KATSIIR SHAHIH TAFSIR IBNU KATSIR JUZ 2 SURAT AL-BAQARAH AL-BAQARAH, AYAT 170-171 Dan apabila dikatakan kepada mereka, "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah." Mereka menjawab, "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami." "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui sesuatu apa pun, dan tidak mendapat petunjuk?" (QS. 2:170) Dan perumpamaan (orang-orang yang menyeru) orang-orang kafir adalah seperti penggembala yang memanggil binatang yang tidak mendengar selain panggilan dan seruan saja. Mereka tuli, bisu dan buta, maka (oleh sebab itu) mereka tidak mengerti. (QS. 2:171) ORANG MUSYRIK ITU ADALAH TUKANG TAQLID (IKUT-IKUTAN) Allah Ta'ala menjelaskan bahwa jika dikatakan kepada orang-orang kafir dari kalangan kaum musyrikin, "Ikutilah apa yang telah Allah Ta'ala turunkan kepada Rasu

Muqaddimah (11) | Kisah Dajjal dan Turunnya 'Isa untuk Membunuhnya

Qishshatu al-Masiihi ad-Dajjali wa Nuzuuli 'Isa 'alaihis shalaatu was salaam wa Qatlihi Iyyaahu. Kisah Dajjal dan Turunnya 'Isa 'alaihis salaam untuk Membunuhnya. BAGIAN PERTAMA. MUQADDIMAH PENULIS. Latar Belakang Penulisan Buku ini. Sungguh ia telah melakukan hal yang sangat tidak patut -dalam buku ta'liqnya terhadap buku yang disebut di atas (buku Ibnu Katsir0 baik terhadap penulis dan bukunya di satu sisi, atau bahkan terhadap hadits Nabi (shallallahu 'alaihi wa sallam) pada sisi lain. Yang ini menunjukkan kejahilannya. Sebab ia berani menilai dha'if -dengan pasti- hadits-hadits yang shahih, dikarenakan hatinya merasa sulit untuk dapat menerimanya (secara apa adanya) padahal sikap seperti itu belum pernah dilakukan oleh ahli ilmu sebelumnya. Sebagai misal hadits tentang al-Jasasah. Lihat bukunya pada halaman 6, 96, 101, padahal hadits tersebut diriwayatkan oleh Imam Muslim. Juga hadits tentang al-Mahdi pada halaman 37, ia tidak mempedulikan stat

Muqaddimah (10) | Kisah Dajjal dan Turunnya 'Isa untuk Membunuhnya

Qishshatu al-Masiihi ad-Dajjali wa Nuzuuli 'Isa 'alaihis shalaatu was salaam wa Qatlihi Iyyaahu. Kisah Dajjal dan Turunnya 'Isa 'alaihis salaam untuk Membunuhnya. BAGIAN PERTAMA. MUQADDIMAH PENULIS. Latar Belakang Penulisan Buku ini. Imam al-Hafizh Ibnu Hajar dalam 'Fat-hul Baari'nya berkata, Imam an-Nawawi berkata: "Pemahaman yang benar -sebagaimana pendapat para Muhaqqiqun (para peneliti)- yang dimaksud 'al-Kitabah' di sini adalah benar-benar tulisan. Allah telah menjadikannya sebagai bukti yang tak terbantahkan tentang kedustaan dajjal. Allah memperlihatkan 'tulisan' tersebut bagi orang-orang beriman, sedang Dia menampakkannya atas orang-orang yang Allah kehendaki sengsara atas mereka." Imam al-Hafizh Ibnu Hajar juga berkata: "Al-Qadhi 'Iyadh meriwayatkan pendapat (pemahaman) yang berbeda bahwa sebagian mereka berkata: 'Itu merupakan ungkapan 'Majaz' (metaforis) tentang tanda-tanda apa yang terjadi pa

Muqaddimah (9) | Kisah Dajjal dan Turunnya 'Isa untuk Membunuhnya

Qishshatu al-Masiihi ad-Dajjali wa Nuzuuli 'Isa 'alaihis shalaatu was salaam wa Qatlihi Iyyaahu. Kisah Dajjal dan Turunnya 'Isa 'alaihis salaam untuk Membunuhnya. BAGIAN PERTAMA. MUQADDIMAH PENULIS. Latar Belakang Penulisan Buku ini. Sesudah itu, Allah kemudian menjadikannya lemah, sehingga tidak mampu membunuh orang laki-laki dan tidak pula selainnya. Kemudian Allah menghabisi peran dan segala kelebihannya, lalu dapat dibunuh oleh 'Isa. Sebagian kelompok khawarij, mu'tazilah dan al-jahmiyyah tidak menerima keyakinan seperti ini. Mereka mengingkari adanya dajjal bahkan menolak haidts-hadits shahih tentangnya. Saya (al-Albani) berkata: "Dan pendapat ini sama persis dengan apa yang dilakukan oleh al-Fahim al-Azhary dan sebagian guru-gurunya -yang mengikuti langkah pendahulu mereka dari kalangan khawarij, mu'tazilah dan terakhir al-qadaaniyyah sebagaimana telah disinggung di muka- yang ada kalanya dengan meragukan keshahihan hadits-hadits yang

Muqaddimah (8) | Kisah Dajjal dan Turunnya 'Isa untuk Membunuhnya

Qishshatu al-Masiihi ad-Dajjali wa Nuzuuli 'Isa 'alaihis shalaatu was salaam wa Qatlihi Iyyaahu. Kisah Dajjal dan Turunnya 'Isa 'alaihis salaam untuk Membunuhnya. BAGIAN PERTAMA. MUQADDIMAH PENULIS. Latar Belakang Penulisan Buku ini. Dan begitu pula pendpat yang dikatakan tentang dajjal. Apakah ia seseorang (manusia) yang memiliki daging dan darah, yang menyebarkan kerusakan, meneror hamba-hamba Allah, dan memiliki sarana-sarana bujukan dan ancaman serta berbuat kerusakan sehingga (Allah) mendatangkan Nabi 'Isa 'alaihis salam untuk membunuhnya? Atau dajjal adalah simbol siatuasi dimana keburukan begitu merajalela, fitnah melanda di mana-mana, serta hasrat umat kepada nilai-nilaikeutamaan sudah melemah, lalu berhembuslah angin kebaikan tersebut menghapus segala bentuk keburukan di atas, lalu menggiring manusia menuju kebaikan, nilai-nilai keadilan serta berpegang teguh kepada ajaran agama secara baik. Saya (al-Albani) berkata: "Saudara 'al-Fa

Muqaddimah (7) | Kisah Dajjal dan Turunnya 'Isa untuk Membunuhnya

Qishshatu al-Masiihi ad-Dajjali wa Nuzuuli 'Isa 'alaihis shalaatu was salaam wa Qatlihi Iyyaahu. Kisah Dajjal dan Turunnya 'Isa 'alaihis salaam untuk Membunuhnya. BAGIAN PERTAMA. MUQADDIMAH PENULIS. Latar Belakang Penulisan Buku ini. Saya (Nashiruddin al-Albani) berkata: "Jika demikian, apa perbedaan takwil kelompok al-Bathiniyyah terhadap ayat al-Qur-an, dengan takwil kelompok al-Qaadiyaaniyyah serta Muhammad Abduh dan pengikutnya terhadap hadits-hadits tentang turunnya 'Isa dan munculnya dajjal dengan model takwil yang jelas-jelas bathil sebagaimana disebutkan di muka? Lalu mengapa Sayyid Muhammad Rasyid Ridha juga berdiam diri terhadapnya (membiarkannya) bahkan memberikan takwil baru atas model takwil mereka itu, yaitu bahwa hadits-hadits tersebut diriwayatkan secara maknanya? Sekiranya demikian, apakah itu kemudian mengesampingkan dan menolak riwayat yang shahih yang diriwayatkan secara makna oleh para Sahabat, dan bahkan secara mutawatir dari mer

Muqaddimah (6) | Kisah Dajjal dan Turunnya 'Isa untuk Membunuhnya

Qishshatu al-Masiihi ad-Dajjali wa Nuzuuli 'Isa 'alaihis shalaatu was salaam wa Qatlihi Iyyaahu. Kisah Dajjal dan Turunnya 'Isa 'alaihis salaam untuk Membunuhnya. BAGIAN PERTAMA. MUQADDIMAH PENULIS. Latar Belakang Penulisan Buku ini. Anehnya, pendapat atau penakwilan semacam ini telah ada sebelumnya, yaitu pendapat yang dilontarkan oleh sang pengaku Nabi Mirza Ghulam Ahmad dari Qadian India. Dia senantiasa mengulang-ulang takwil semacam itu dalam sejumlah buku dan risalahnya. Dia juga menakwilkan sejumlah ayat al-Qur-an seperti takwil di atas. Dia merubah makna ayat-ayat tersebut untuk dijadikan bukti dan hujjah atas kenabiannya. Misalnya ia menakwilkan firman Allah tentang 'Isa: "Wa mubasysyiran birasuulin ya'tii min ba'dismuhuu Ahmad" (...dan memberi kabar gembira dengan (datangnya) seorang Rasul yang akan datang sesudahku, yang namanya Ahmad (Muhammad). Mirza mengklaim dirinyalah yang dimaksud dengan Ahmad dalam ayat tersebut. Dia (Mir

Muqaddimah (5) | Kisah Dajjal dan Turunnya 'Isa untuk Membunuhnya

Qishshatu al-Masiihi ad-Dajjali wa Nuzuuli 'Isa 'alaihis shalaatu was salaam wa Qatlihi Iyyaahu. Kisah Dajjal dan Turunnya 'Isa 'alaihis salaam untuk Membunuhnya. BAGIAN PERTAMA. MUQADDIMAH PENULIS. Latar Belakang Penulisan Buku ini. Di antara hal yang mendorong saya melakukan hal ini adalahs ebagai berikut: Pertama, keraguan sebagian besar orang yang menisbahkan diri sebagai ahli ilmu -bahkan sebagai da'i Islam, lebih-lebih orang-orang yang tidak memiliki pengetahuan cukup tentang Islam baik dari kalangan muda terdidik atau yang awam- terhadap ihwal turunnya 'Isa 'alaihis salam yang kemudian akan membunuh dajjal di akhir zaman. Bahkan menurut hemat saya, kebanyakan mahasiswa alumni Universitas al-Azhar, termasuk orang yang meragukan hal itu -jika tidak disebut malah mengingkarinya. Saya dapat mengetahui itu semua setelah beberapa kali melakukan dialog dengan sebagian mereka secara langsung, juga dari fatwa-fatwa sebagian mereka yang sempat saya

Muqaddimah (4) | Kisah Dajjal dan Turunnya 'Isa untuk Membunuhnya

Qishshatu al-Masiihi ad-Dajjali wa Nuzuuli 'Isa 'alaihis shalaatu was salaam wa Qatlihi Iyyaahu. Kisah Dajjal dan Turunnya 'Isa 'alaihis salaam untuk Membunuhnya. BAGIAN PERTAMA. MUQADDIMAH PENULIS. Latar Belakang Penulisan Buku ini. Oleh karena itu, sesudah saya merampungkan studi hadits tersebut dan redaksinya serta menyelesaikan pula takhrij hadits-hadits lain sebagai syawahidnya, laly saya tuliskan pada buku saya "Silsilatul Ahaadiits ash-Shahiihah" dengan nomor (2457), maka muncullah dalam benak saya gagasan bagus, yaitu menyelidiki faidah-faidah yang maksud di muka untuk kemudian mengumpulkannya di tempat yang sesuai dengan apa yang ada di hadits Abu Umamah radhiyallahu 'anhu untuk dirangkai menjadi satu rangkaian hadits (yang utuuh), sebagaimana hal itu pernah saya lakukan dalam penulisan buku "Hajjatun Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam kamaa Rawaahaa jabir radhiyallahu 'anhu" meski ada perbedaan menonjol antara kedua ha

Muqaddimah (3) | Kisah Dajjal dan Turunnya 'Isa untuk Membunuhnya

Qishshatu al-Masiihi ad-Dajjali wa Nuzuuli 'Isa 'alaihis shalaatu was salaam wa Qatlihi Iyyaahu. Kisah Dajjal dan Turunnya 'Isa 'alaihis salaam untuk Membunuhnya. BAGIAN PERTAMA. MUQADDIMAH PENULIS. Latar Belakang Penulisan Buku ini. Maka dari itu,s aya memusatkan perhatian untuk melakukan penelitian dan studi terhadap hadits di muka, kalimat per kalimat bahkan lafazh per lafazh, serta berusaha menyebutkan hadits-hadits lain sebagai pendukung terhadap klaimat-kalimat tersebut sebatas yang mampu saya lakukan, kemudian melakukan takhrij terhadap hadits-hadits tersebut secara keseluruhan dan mengomentari sanad-sanadnya untuk mengetahui status akhirnya; shahih atau dha'if berdasarkan pada kaidah-kaidah ilmu hadits yang ada (yaitu dalam menentukan status hadits; shahih, hasan, atau bahkan dha'if). Di samping itu saya juga berusaha mencari mutabi' serta syahid (hadits-hadits pendukung) yang dapat membantu saya membersihkan hadits tersebut dari unsur kele

Muqaddimah (2) | Kisah Dajjal dan Turunnya 'Isa untuk Membunuhnya

Qishshatu al-Masiihi ad-Dajjali wa Nuzuuli 'Isa 'alaihis shalaatu was salaam wa Qatlihi Iyyaahu. Kisah Dajjal dan Turunnya 'Isa 'alaihis salaam untuk Membunuhnya. BAGIAN PERTAMA. MUQADDIMAH PENULIS. Latar Belakang Penulisan Buku ini. Sebenarnya belum pernah terlintas sekalipun di benak saya untuk secara khusus meluangkan waktu guna menulis risalah semacam ini, akan tetapi jika Allah menghendaki sesuatu, Dia akan sediakan penyebab-penyebab (sarana-sarana)nya. Ceritanya, pada permulaan bulan Jumadil Ula 1393 H. Usaha 'tahqiq' (penelitian) terhadap buku "al-Fat-hul Kabiir fii Dhammi az-Ziyaadati ilaal Jaami' ash-Shaghiir" -yang saya pisahkan menjadi dua buku;; Shahiihul Jaami' ash-Shaghiir dan Dha'iiful Jaami' ash-Shaghiir- telah sampai pada sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Abu Umamah al-Bahili radhiyallahu 'anhu tentang peringatan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam terhadap umatnya ihwal adanya dajjal. Dia menjelas

Muqaddimah | Kisah Dajjal dan Turunnya 'Isa untuk Membunuhnya

Qishshatu al-Masiihi ad-Dajjali wa Nuzuuli 'Isa 'alaihis shalaatu was salaam wa Qatlihi Iyyaahu. Kisah Dajjal dan Turunnya 'Isa 'alaihis salaam untuk Membunuhnya. BAGIAN PERTAMA. MUQADDIMAH PENULIS. Latar Belakang Penulisan Buku ini. Sesungguhnya, segala puji hanya milik Allah. Kami memuji-Nya serta memohon pertolongan dan ampunan hanya kepada-Nya. Kami memohon perlindungan kepada-Nya dari keburukan jiwa dan amal perbuatan. Barangsiapa telah diberi petunjuk oleh-Nya, maka tiada seorang pun mampu menyesatkannya, dan barangsiapa telah disesatkan oleh-Nya, maka tak seorang pun dapat memberinya petunjuk. Saya bersaksi bahwa tidak ada 'Ilah' yang berhak disembah selain Allah, yang Mahaesa dan tiada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya. Dalam al-Qur-an Allah berfirman: "Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah sebenar-benarnya takwa kepada-Nya, dan janganlah sekali-kali kamu mati melainkan dalam

Surat Al-Baqarah Ayat 168-169 (2) | Shahih Tafsir Ibnu Katsir

AL-MISHBAAHUL MUNIIRU FII TAHDZIIBI TAFSIIRI IBNU KATSIIR SHAHIH TAFSIR IBNU KATSIR JUZ 2 SURAT AL-BAQARAH AL-BAQARAH, AYAT 168-169 (2) Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala selanjutnya: "Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu," merupakan peringatan agar menjauhkan diri darinya. Sebagaimana Allah berfirman, "Sesungguhnya syaitan itu adalah musuh bagimu, maka jadikanlah ia musuh(mu), karena sesungguhnya syaitan-syaitan itu hanya mengajak golongannya agar mereka menjadi penghuni Neraka yang menyala-nyala." (QS. Faathir: 6) Allah Ta'ala juga berfirman: "Patutkah kamu mengambil dia dan anak keturunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedang mereka adalah musuhmu. Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (Allah) bagi orang-orang yang zhalim." (QS. Al-Kahfi: 50) Tentang firman-Nya, "Dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan," Qatadah dan as-Suddi berkata, "Setiap perbuatan maksiat kepada Allah

Surat Al-Baqarah Ayat 168-169 | Shahih Tafsir Ibnu Katsir

AL-MISHBAAHUL MUNIIRU FII TAHDZIIBI TAFSIIRI IBNU KATSIIR SHAHIH TAFSIR IBNU KATSIR JUZ 2 SURAT AL-BAQARAH AL-BAQARAH, AYAT 168-169 Hai sekalian manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di bumi, danjanganlah kamu mengikuti langkah-langkah syaitan; karena sesungguhnya syaitan itu adalah musuh yang nyata bagimu. (QS. 2:168) Sesungguhnya syaitan itu hanya menyuruhmu bebruat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui. (QS. 2:169) PERINTAH MEMAKAN MAKANAN YANG HALAL DAN LARANGAN MENGIKUTI LANGKAH-LANGKAH SYAITAN Setelah Allah Subhanahhu wa Ta'ala menjelaskan bahwa tidak ada sembahan yang haq kecuali Dia dan bahwasanya Dia sendirilah yang menciptakan seluruh makhluk, maka Allah menjelaskan bahwa Dia adalah Maha Pemberi rizki bagi seluruh makhluk-Nya. Tentang kedudukan-Nya sebagai Pemberi nikmat, Dia menyebutkan bahwa Dia telah mengizinkan manusia memakan segala yang ada di muka bumi, selagi makanan itu halal dari AAllah da

PENYAKIT SIHIR DAN PENGOBATANNYA (2) | KEAJAIBAN THIBBUN NABAWI

BAGIAN 3 PENYAKIT SIHIR DAN PENGOBATANNYA Rosululloh shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda: "Sesungguhnya setan itu mengalir di pembuluh darah manusia." (96) Adapun dalil-dalil mengenai adanya sihir adalah: Firman Alloh Subhanahu wa Ta'ala, "Dan dari kejahatan wanita-wanita yang menghembus pada buhul-buhul." (Al-Falaq [113]: 4) Al-Qurthubi berkata, "Yakni para wanita penyihir yang menghembus pada buhul-buhul benang, lantas mereka membacakan mantera-mantera padanya." Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam melarang sihir. Beliau shollallohu 'alaihi wa sallam bersabda: "Tidak akan masuk Surga pecandu khomr, orang yang mengimani sihir, dan pemutus silaturahim." (97) Jika anda mengetahui bahwa seseorang itu merupakan penyihir, maka janganlah mendatanginya, karena bila demikian anda akan terkena sabda Nabi shollallohu 'alaihi wa sallam: "Barangsiapa mendatangi paranormal, lantas mempercayai ucapannya, berarti ia telah ka

PENYAKIT SIHIR DAN PENGOBATANNYA | KEAJAIBAN THIBBUN NABAWI

BAGIAN 3 PENYAKIT SIHIR DAN PENGOBATANNYA Syaikh Wahid 'Abdus Salam Bali berkata tentang definisi sihir secara syar'i, "Ibnul Qoyyim berkata, 'Sihir terjadi karena pengaruh-pengaruh dari ruh-ruh jahat dan reaksi kekuatan-kekuatan alami tubuh manusia terhadapnya.'" Sihir adalah kesepakatan antara penyihir dengan setan, di mana penyihir bersepakat melakukan hal-hal yang haram maupun syirik, sebagai kompensasi dari bantuan dan kepatuhan setan kepadanya menyangkut hal-hal yang dimintanya. Jin tidak mau membantu penyihir kecuali bila ada kompensasinya. Jadi, penyihir dan jin adalah dua makhluk yang berteman akrab dan berjumpa di atas landasan kemaksiatan kepada Alloh. Di antara dalil tentang keberadaan jin dan setan adalah firman Alloh, "Dan bahwasanya ada beberapa orang laki-laki di antara manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka jin-jin itu menambah bagi mereka dosa dan kesalahan." (Al-jin [72]: 6) ====== Maraji&

Surat Al-Baqarah Ayat 165-167 (5) | Shahih Tafsir Ibnu Katsir

AL-MISHBAAHUL MUNIIRU FII TAHDZIIBI TAFSIIRI IBNU KATSIIR SHAHIH TAFSIR IBNU KATSIR JUZ 2 SURAT AL-BAQARAH AL-BAQARAH, AYAT 165-167 (5) Selanjutnya firman Allah Ta'ala dalam ayat ini: "Dan mereka melihat siksa; dan (ketika) segala hubungan di antara mereka terputus sama sekali." Maksudnya, mereka menyaksikan langsung adzab Allah secara nyata, mereka sudah kehabisan akal, serta tidak mendapat tempat dan tebusan untuk menyelamatkan diri dari Neraka. 'Atha' meriwayatkan dari Ibnu 'Abbas: "'Dan (ketika) segala hubungan di antara mereka terputus sama sekali.' Yaitu rasa cinta." Ini pun merupakan pendapat Mujahid, dan satu riwayat dari Abu Najih. (612) Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala selanjutnya: "Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti: 'Seandainya kami dapat kembali (ke dunia), pasti kami akan berlepas diri dari mereka sebagaimana mereka berlepas diri dari kami.'" Artinya, seandainya saja kami dapat kembali

Surat Al-Baqarah Ayat 165-167 (4) | Shahih Tafsir Ibnu Katsir

AL-MISHBAAHUL MUNIIRU FII TAHDZIIBI TAFSIIRI IBNU KATSIIR SHAHIH TAFSIR IBNU KATSIR JUZ 2 SURAT AL-BAQARAH AL-BAQARAH, AYAT 165-167 (4) Allah juga berfirman: "Dan (alangkah hebatnya) kalau kamu lihat ketika orang-orang yang zhalim itu di hadapkan kepada Rabb-nya, sebagian dari mereka menghadapkan perkataan kepada sebagian yang lain; orang-orang yang dianggap lemah berkata orang-orang yang menyombongkan diri: 'Kalau tidaklah karenamu, tentulah kami menjadi orang-orang yang beriman.' Orang-orang yang menyombongkan diri berkata kepada orang-orang yang dianggap lemah: 'Kamikah yang telah menghalangimu dari petunjuk setelah petunjuk-petunjuk itu datang kepadamu? (Tidak), sebenarnya kamu sendirilah orang-orang yang berdosa.' Dan orang-orang yang dianggap lemah berkata kepada orang-orang yang menyombongkan diri: '(Tidak), sebenarnya tipu daya(mu) di waktu malam dan siang (yang menghalangi kami), ketika kamu menyeru kami supaya kami kafir kepada Allah dan m

Surat Al-Baqarah Ayat 165-167 (3) | Shahih Tafsir Ibnu Katsir

AL-MISHBAAHUL MUNIIRU FII TAHDZIIBI TAFSIIRI IBNU KATSIIR SHAHIH TAFSIR IBNU KATSIR JUZ 2 SURAT AL-BAQARAH AL-BAQARAH, AYAT 165-167 (3) Dan jin juga berlepas diri dari mereka dan keluar dari penyembahan mereka terhadapnya. Sebagaimana Allah Ta'ala berfirman: "Dan siapakah yang lebih sesat dari orang yang menyembah ilah-ilah selain Allah yang tidak dapat memperkenankan (do'a)nya sampai hari Kiamat dan mereka lalai dari (memperhatikan) do'a mereka? Dan apabila manusia dikumpulkan (pada hari Kiamat), niscaya ilah-ilah itu menjadi musuh mereka dan mengingkari peribadahan mereka." (QS. Al-Ahqaaf: 5-6) Allah juga berfirman: "Dan mereka telah mengambil sembahan-sembahan selain Allah, agar sembahan-sembahan itu menjadi pelindung bagi mereka. Sekali-kali tidak. Kelak mereka (sembahan-sembahan) itu akan mengingkari penyembahan (pengikut-pengikutnya) terhadapnya, dan mereka (sembahan-sembahan) itu menjadi musuh bagi mereka." (QS. Maryam: 81-82) Da

Surat Al-Baqarah Ayat 165-167 (2) | Shahih Tafsir Ibnu Katsir

AL-MISHBAAHUL MUNIIRU FII TAHDZIIBI TAFSIIRI IBNU KATSIIR SHAHIH TAFSIR IBNU KATSIR JUZ 2 SURAT AL-BAQARAH AL-BAQARAH, AYAT 165-167 (2) Firman Allah 'Azza wa Jalla: "Adapun orang-orang yang beriman sangat cinta kepada Allah." Disebabkan kecintaan mereka kepada Allah, kesempurnaan pengetahuan mengenai diri-Nya serta pengesaan mereka kepada-Nya, maka mereka tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Sebaliknya, mereka hanya beribadah kepada-Nya semata, bertawakkal kepada-Nya, dan mengembalikan segala urusan mereka kepada-Nya. Kemudian dalam firman Allah 'Azza wa Jalla berikutnya. Dia mengancam orang-orang yang berbuat syirik dan orang-orang yang menzhalimi diri mereka sendiri dengan perbuatan syirik tersebut. Allah berfirman: "Dan seandainya orang-orang yang berbuat zhalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari Kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya." Maksudnya, sekiranya mereka mengetahui siksaan yang akan mereka l

Surat Al-Baqarah Ayat 165-167 | Shahih Tafsir Ibnu Katsir

AL-MISHBAAHUL MUNIIRU FII TAHDZIIBI TAFSIIRI IBNU KATSIIR SHAHIH TAFSIR IBNU KATSIR JUZ 2 SURAT AL-BAQARAH AL-BAQARAH, AYAT 165-167 Dan di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah; mereka mencintainya sebagaimana mereka mencintai Allah. Adapun orang-orang yang beriman amat sangat cinta kepada Allah. Dan seandainya orang-orang yang berbuat zhalim itu mengetahui ketika mereka melihat siksa (pada hari Kiamat), bahwa kekuatan itu kepunyaan Allah semuanya, dan bahwa Allah itu amat berat siksa-Nya (niscaya mereka menyesal). (QS. 2:165) (Yaitu) ketika orang-orang yang diikuti itu berlepas diri dari orang-orang yang mengikutinya, dan mereka melihat siksa; dan (ketika) segala hubungan di antara mereka terputus sama sekali. (QS. 2:166) Dan berkatalah orang-orang yang mengikuti: "Seandainya kami dapat kembali (ke dunia), pasti kami akan berlepas diri dari mereka, sebagaimana mereka berlepas diri dari kami." Demikianlah Allah memperlihatkan

Surat Al-Baqarah Ayat 164 (2) | Shahih Tafsir Ibnu Katsir

AL-MISHBAAHUL MUNIIRU FII TAHDZIIBI TAFSIIRI IBNU KATSIIR SHAHIH TAFSIR IBNU KATSIR JUZ 2 SURAT AL-BAQARAH AL-BAQARAH, AYAT 164 (2) Selanjutnya: "Dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan," dalam berbagai macam bentuk, warna, dan manfaat, kecil dan besar. Dan Dia mengetahui semua itu dan memberikan rizki kepadanya, tidak ada satu pun dari hewan-hewan itu yang tidak terjangkau atau tersembunyi dari-Nya, sebagaimana Allah berfirman: "Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rizkinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lauhul Mahfuzh)." (QS. Huud: 6) Kemudian firman Allah Subhanahu wa Ta'ala "Dan pengisaran angin." Yakni, terkadang angin datang membawa rahmat dan terkadang berhembus membawa bencana. Terkadang datang membawa kabar gembira dengan awan sehingga turun hujan, dan terkadang berhembus dengan membawa pergi a

Surat Al-Baqarah Ayat 164 | Shahih Tafsir Ibnu Katsir

AL-MISHBAAHUL MUNIIRU FII TAHDZIIBI TAFSIIRI IBNU KATSIIR SHAHIH TAFSIR IBNU KATSIR JUZ 2 SURAT AL-BAQARAH AL-BAQARAH, AYAT 164 Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi setelah mati (kering)nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi. Sungguh, (pada semua itu terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memikirkan. (QS. 2:164) DALIL-DALIL TAUHID Allah Ta'ala berfirman: "Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi," yaitu dalam hal ketinggian, kelembutan, dan keluasannya, serta bintang-bintang yang bergerak dan yang diam, juga peredarannya pada orbitnya. Juga dalam ketebalan dan kerendahan bumi, gunung dan laut. Demikian pula kesunyian, kesenyapan dan keramaian

Surat Al-Baqarah Ayat 163 | Shahih Tafsir Ibnu Katsir

AL-MISHBAAHUL MUNIIRU FII TAHDZIIBI TAFSIIRI IBNU KATSIIR SHAHIH TAFSIR IBNU KATSIR JUZ 2 SURAT AL-BAQARAH AL-BAQARAH, AYAT 163 Dan Ilah-mu adalah Ilah Yang Maha Esa; tidak ada ilah (yang berhak diibadahi dengan benar) melainkan Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (QS. 2:163) Allah Subhanahu wa Ta'ala mengabarkan bahwa hanya Dia-lah yang berhak diibadahi. Tidak ada sekutu dan tandingan bagi-Nya, Dia Maha Esa dan Tunggal, Rabb yang kepada-Nya semua makhluk bergantung, yang tidak ada ilah (yang berhak diibadahi dengan benar) selain Dia, dan Dia Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Tentang ar-Rahmaan dan ar-Rahiim telah diuraikan pada pembahasan sebelumnya awal surat al-Faatihah. Dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dari Syahr bin Hausyab dari Asma' binti Yazid bin as-Sakan, dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda, "Nama Allah yang paling agung terdapat dalam dua ayat berikut: 'Dan Ilah-mu adalah Ilah Yang Maha Esa; tidak a