Skip to main content

Posts

Showing posts from October, 2019

Surat Al-Baqarah Ayat 125-128 (15) | Shahih Tafsir Ibnu Katsir

Al-Mishbaahul Muniiru fii Tahdziibi Tafsiiri Ibnu Katsiir Shahih Tafsir Ibnu Katsir Surat al-Baqarah Al-Baqarah, Ayat 125-128 (15) IBNUZ ZUBAIR MEMBANGUN KA'BAH SEBAGAIMANA YANG DIKEHENDAKI RASULULLAH SHALLALLAHU 'ALAIHI WA SALLAM Kemudian Muhammad bin Ishaq menceritakan bahwa pada masa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam Ka'bah itu berukuran delapan belas dzira' (hasta), dan ditutupi dengan kain katun dari Mesir, kemudian setelah itu dengan kain wool hitam. Dan yang pertama kali menutupinya dengan kain sutera adalah al-Hajjaj bin Yusuf. (516) Aku (Ibnu Katsir) katakan bahwa bangunan Ka'bah itu tetap seperti yang dibangun oleh orang-orang Quraisy hingga terbakar pada awal kepemimpinan 'Abdullah bin az-Zubair, setelah tahun 60 H dan pada akhir pemerintahan Yazid bin Mu'awiyah. Ketika mereka mengepung Ibnuz Zubair, maka pada saat itu Ibnu az-Zubair merobohkan Ka'bah ke tanah dan membangunnya kembali di atas pondasi yang dulu dibuat Ibr

Surat Al-Baqarah Ayat 125-128 (14) | Shahih Tafsir Ibnu Katsir

Al-Mishbaahul Muniiru fii Tahdziibi Tafsiiri Ibnu Katsiir Shahih Tafsir Ibnu Katsir Surat al-Baqarah Al-Baqarah, Ayat 125-128 (14) PERTENGKARAN TENTANG SIAPA YANG AKAN MELETAKKAN HAJAR ASWAD DAN KEBIJAKAN MUHAMMAD BIN 'ABDILLAH SHALLALLAHU 'ALAIHI WA SALLAM YANG ADIL DALAM MENYELESAIKAN PERSOALAN TERSEBUT Muhammad bin Ishaq menceritakan bahwa beberapa kabilah Quraisy mengumpulkan batu-batu itu untuk mereka masing-masing, lalu mereka gunakan untuk membangunnya. Ketika saat peletakan Hajar Aswad tiba, terjadilah pertengkaran di antara mereka. Masing-masing kabilah ingin mengangkat Hajar Aswad ke tempatnya. Mereka berdebat, bertengkar danbahkan siap untuk berperang. Kemudian Bani 'Abdid Daar membawa mangkuk besar yang berisi darah. Mereka dan Banu 'Adi bin Ka'ab bin Lu-ay berjanji setia untuk mati dengan bersama-sama memasukkan tangan mereka ke dalam darah yang berada di dalam mangkuk tersebut. Mereka menamakan janji setia itu dengan sebutan "la'qa

Surat Al-Baqarah Ayat 125-128 (13) | Shahih Tafsir Ibnu Katsir

Al-Mishbaahul Muniiru fii Tahdziibi Tafsiiri Ibnu Katsiir Shahih Tafsir Ibnu Katsir Surat al-Baqarah Al-Baqarah, Ayat 125-128 (13) Dan pada suatu hari ketika ular itu merayap di dinding Ka'bah sebagaimana biasa, Allah mengirim seekor burung lalu menyambarnya dan membawanya pergi. Orang-orang Quraisy berkata, "Kita berharap Allah telah meridhai apa yang kita inginkan. Kita memiliki pekerja yang santun dan kita memiliki kayu. Dan Allah telah membebaskan kita dari ular tersebut." Ketika mereka sepakat untuk membongkar dan merenovai Ka'bah, bangkitlah Abu Wahb Ibnu 'Amr bin 'A-idz bin 'Abd bin 'Imran bin Makhzum. Ia berusaha melepas sebuah batu dari Ka'bah, tetapi batu itu lepas dari tangannya dan kembali ke tempatnya semula. Maka ia pun berkata, "Wahai bangsa Quraisy, janganlah kalian sumbangkan untuk pembangunan Ka'bah ini melainkan dari hasil usaha kalian yang baik-baik. Jangan campurkan dengan upah pelacur, harta riba dan harta r

Surat Al-Baqarah Ayat 125-128 (12) | Shahih Tafsir Ibnu Katsir

Al-Mishbaahul Muniiru fii Tahdziibi Tafsiiri Ibnu Katsiir Shahih Tafsir Ibnu Katsir Surat al-Baqarah Al-Baqarah, Ayat 125-128 (12) KISAH ORANG-ORANG QURAISY MEMBANGUN KA'BAH BEBERAPA LAMA SETELAH MENINGGALNYA IBRAHIM DAN LIMA TAHUN SEBELUM DIUTUSNYA RASULULLAH SHALLALLAHU 'ALAIHI WA SALLAM Ketika Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berusia 35 tahun, beliau ikut memindahkan batu (dalam rangka renovasi Baitullah) bersama orang-orang Quraisy. Dalam kitab as-Siirah, Muhammad bin Ishaq bin Yasar menceritakan bahwa tatkala Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berusia 35 tahun, orang-orang Quraisy berkumpul untuk merenovasi Ka'bah. Mereka bermaksud untuk memberi atap bangunan Ka'bah, namun mereka khawatir merobohkannya, padahal saat itu bangunannya hanya berupa tumpukan batu yang sedikit lebih tinggi dari ukuran orang yang sedang berdiri. Mereka bermaksud meninggikan Ka'bah dan memberinya atap, karena ada beberapa orang yang mencuri perbendah

Surat Al-Baqarah Ayat 125-128 (11) | Shahih Tafsir Ibnu Katsir

Al-Mishbaahul Muniiru fii Tahdziibi Tafsiiri Ibnu Katsiir Shahih Tafsir Ibnu Katsir Surat al-Baqarah Al-Baqarah, Ayat 125-128 (11) Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Ketika itu mereka belum mempunyai makanan berupa biji-bijian. Seandainya mereka memilikinya, niscaya Ibrahim akanmendo'akan agar mereka diberikan berkah pada biji-bijian itu." Ibnu 'Abbas berkata, "Bagi penduduk di luar Makkah, tidak ada seorang pun yang cocok hanya dengan memakan daging dan minum air saja." Kemudian Nabi Ibrahim berpesan: "Jika suamimu datang, sampaikan salamku kepadanya dan suruhlah agar ia memperkokoh palang pintu rumahnya." Ketika datang, Isma'il bertanya: "Apakah ada seseorang yang mengunjungimu?" Isterinya menjawab, "Ya, ada seorang tua yang keadaannya sangat bagus -ia menyanjung Ibrahim- dan ia menanyakan kepadaku tentang dirimu, lalu aku memberitahukannya. Kemudian ia pun menanyakan perihal kehidupan kita. Maka aku

Surat Al-Baqarah Ayat 125-128 (10) | Shahih Tafsir Ibnu Katsir

Al-Mishbaahul Muniiru fii Tahdziibi Tafsiiri Ibnu Katsiir Shahih Tafsir Ibnu Katsir Surat al-Baqarah Al-Baqarah, Ayat 125-128 (10) Setelah Isma'il menikah, Nabi Ibrahim pun datang untuk menemui keluarga yang dahulu ia tinggalkan. Karena ia tidak menemukan Isma'il di sana, maka Ibrahim menanyakan Isma'il kepada isterinya (menantu Ibrahim). Maka isteri Isma'il itu menjawab, "Ia sedang pergi mencari nafkah untuk kami." Kemudian Ibrahim menanyakan kehidupan dan keadaan mereka, maka wanita itu pun menjawab, "Kami dalam keadaan yang buruk. Hidup kami dalam kesusahan dan kesulitan." Ia mengeluh kepada Ibrahim. Maka Ibrahim pun berpesan: "jika suamimu datang, sampaikan salamku kepadanya dan katakan agar ia mengganti palang pintu rumahnya." Ketika Isma'il datang, seakan-akan ia merasakan sesuatu, kemudian bertanya, "Apakah seseorang telah datang mengunjungimu?" "Ya, kami didatangi seorang laki-laki yang sudah tua, begini

Surat Al-Baqarah Ayat 125-128 (9) | Shahih Tafsir Ibnu Katsir

Al-Mishbaahul Muniiru fii Tahdziibi Tafsiiri Ibnu Katsiir Shahih Tafsir Ibnu Katsir Surat al-Baqarah Al-Baqarah, Ayat 125-128 (9) Kemudian Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhuma mengatakan: "Lalu ia meminum air itu dan menyusui anaknya. Kemudian Malaikat itu berkata kepadanya: 'Janganlah engkau khawatir akan ditelantarkan, karena di sini ada sebuah rumah Allah (Baitullah) yang akan dibangun oleh anak ini dan ayahnya. Dan sesungguhnya Allah tidak akan menelantarkan ahli baitullah. Baitullah itu posisinya lebih tinggi dari permukaan bumi, seperti sebuah anak bukit yang terkena banjir sehingga bagian kiri dan kanannya terkikis. Keadaan ibu Isma'il terus demikian, hingga sekelompok Bani Jurhum atau sebuah keluarga dari kalangan Bani Jurhum datang melalui jalan Kida' melewati mereka. Pada mulanya mereka (sekelompok Bani Jurhum itu) singgah di daerah sebelah bawah Makkah, lalu mereka melihat burung berputar di angkasa. Mereka pun berkata, "Burung itu pas

Surat Al-Baqarah Ayat 125-128 (8) | Shahih Tafsir Ibnu Katsir

Al-Mishbaahul Muniiru fii Tahdziibi Tafsiiri Ibnu Katsiir Shahih Tafsir Ibnu Katsir Surat al-Baqarah Al-Baqarah, Ayat 125-128 (8) Lalu Hajar menyusui Isma'il dan meminum dari air (dalam tempat dari kulit) tersebut, dan ketika air yang ada di dalam kantong itu habis, ia pun merasa kehausan, demikian pula puteranya. Dilihatnya puteranya merengek-rengek kehausan. Kemudian ia pergi karena kasihan melihatnya. Kemudian ia menaiki Shafa, bukit yang paling dekat dengannya. Ia pun berdiri di atasnya, dan kemudian menghadap ke lembah sambil melihat-lihat, adakah seseorang, tetapi dia tidak melihat seorang pun. Setelah itu ia turun dari Shafa, hingga ketika sampai di lembah, ia mengangkat ujung bajunya dan berlari kecil dengan susah payah hingga berhasil melewati lembah. Lalu ia mendatangi bukit Marwah, dan kemudian berdiri di atasnya sambil melihat, apakah ada seseorang yang dapat dilihatnya? Tetapi dia tidak melihat seorang pun, hingga ia melakukan hal itu sampai tujuh kali."

Surat Al-Baqarah Ayat 125-128 (7) | Shahih Tafsir Ibnu Katsir

Al-Mishbaahul Muniiru fii Tahdziibi Tafsiiri Ibnu Katsiir Shahih Tafsir Ibnu Katsir Surat al-Baqarah Al-Baqarah, Ayat 125-128 (7) Kisah Pembangunan Ka'bah, -pent. Imam al-Bukhari meriwayatkan dari Ibnu 'Abbas radhiyallahu 'anhuma, ia mengatakan bahwa wanita pertama yang membuat ikat pinggang adalah ibu Isma'il, hal itu ia lakukan agar dapat menutupi (kehamilannya) dari Sarah (isteri Nabi Ibrahim yang pertama, ibunya Ishaq). Kemudian Ibrahim membawa isterinya (Hajar) dan puteranya, Isma'il, yang masih dia susui. Hingga akhirnya Ibrahim menempatkan keduanya did ekat Baitullah di sisi sebuah pohon besar di atas sumur Zamzam di bagian atas Masjidil Haram. Dan ketika itu belum ada seorang pun di Makkah, dan juga tidak ada air. Beliau meninggalkan keduanya setelah meletakkan sebuah kantung yang berisi kurma dan tempat dari kulit yang berisi air. Kemudian Ibrahim melangkah pergi, lalu Hajar pun menyusulnya seraya bertanya, "Wahai Ibrahim, ke maan engkau akan

Al-Faatihah Ayat 1 | Tafsir Al-Qur'an Al-'Azhim Juz 1

Tafsiirul Qur-aanil 'Azhiim. Tafsir Ibnu Katsir Juz 1 Al-Faatihah - Al-Baqarah. Al-Imam Abul Fida Isma'il Ibnu Katsir Ad-Dimasyqi rahimahullah. Tafsir basmalah dan hukum-hukumnya. Al-Faatihah, ayat 1. Bismillaahi rahmaanir rahiim. Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Para sahabat memulai bacaan Kitabullah dengan basmalah, dan para ulama sepakat sepakat bahwa basmalah merupakan salah satu ayat dari surat An-Naml. Kemudian mereka berselisih pendapat apakah basmalah merupakan ayat tersendiri pada permulaan tiap-tiap surat, ataukah hanya ditulis pada tiap-tiap permulaan surat saja. Atau apakah basmalah merupakan sebagian dari satu ayat pada tiap-tiap surat, atau memang demikian dalam surat Al-Faatihah, tidak pada yang lainnya; ataukah basmalah sengaja ditulis untuk memisahkan antara satu surat dengan yang lainnya, sedangkan ia sendiri bukan merupakan suatu ayat. Mengenai masalah ini banyak pendapat yang dikatakan oleh ulama, baik Salaf maupun Khala

Surat Al-Faatihah (37) | Tafsir Al-Qur'an Al-'Azhim Juz 1

Tafsiirul Qur-aanil 'Azhiim. Tafsir Ibnu Katsir Juz 1 Al-Faatihah - Al-Baqarah. Al-Imam Abul Fida Isma'il Ibnu Katsir Ad-Dimasyqi rahimahullah. Surat Al-Faatihah (37). (Pembukaan). Makkiyyah, 7 ayat. Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang terdekat dengan hiasan, yaitu bintang-bintang, dan (telah memeliharanya) sebenar-benarnya dari setiap setan yang sangat durhaka. Setan-setan itu tidak dapat mendengar-dengarkan (pembicaraan) para Malaikat dan mereka dilempari dari segala penjuru, untuk mengusir mereka, dan bagi mereka siksaan yang kekal. Akan tetapi, barang siapa (di antara mereka) yang mencuri-curi (pembicaraan), maka ia dikejar oleh suluh api yang cemerlang. (Ash-Shaffat: 6-10) Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan gugusan bintang (di langit) dan Kami telah menghiasi langit itu bagi orang-orang yang memandang(nya), dan Kami menjaganya dari tiap-tiap setan yang terkutuk, kecuali setan yang mencuri-curi (berita) yang dapat didengar (dari Malaikat), lalu di

Surat Al-Faatihah (36) | Tafsir Al-Qur'an Al-'Azhim Juz 1

Tafsiirul Qur-aanil 'Azhiim. Tafsir Ibnu Katsir Juz 1 Al-Faatihah - Al-Baqarah. Al-Imam Abul Fida Isma'il Ibnu Katsir Ad-Dimasyqi rahimahullah. Surat Al-Faatihah (36). (Pembukaan). Makkiyyah, 7 ayat. Di dalam kitab Shahih Muslim disebutkan dari Abu Dzar pula bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda: Yang memutuskan salat ialah wanita, keledai dan anjing hitam. Aku bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah bedanya antara anjing hitam, anjing merah, dan anjing kuning?" Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menjawab bahwa anjing hitam itu adalah setan. Ibnu Wahb mengatakan bahwa telah menceritakan kepadanya Hisyam ibnu Sa'd, dari Zaid ibnu Aslam, dari ayahnya, bahwa Khalifah Umar pernah mengendarai seekor kuda birdzaun. Ternyata kuda itu melangkah dengan langkah-langkah yang sombong, maka Umar memukulinya, tetapi hal itu justru makin menambah kesombongannya. Umar turun darinya dan berkata, "Kalian tidak memberikan kendaraan kep

Surat Al-Faatihah (35) | Tafsir Al-Qur'an Al-'Azhim Juz 1

Tafsiirul Qur-aanil 'Azhiim. Tafsir Ibnu Katsir Juz 1 Al-Faatihah - Al-Baqarah. Al-Imam Abul Fida Isma'il Ibnu Katsir Ad-Dimasyqi rahimahullah. Surat Al-Faatihah (35). (Pembukaan). Makkiyyah, 7 ayat. Imam Sibawaih mengatakan bahwa orang Arab mengatakan tasyaithaana fulanun, artinya "si Fulan melakukan perbuatan seperti perbuatan setan". Seandainya kata syaithan ini berasal dari kata syatha, niscaya mereka (orang-orang Arab) akan mengatakannya tasyayyatha. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa yang benar adalah lafaz syathan berakar dari kata syathana yang berarti "jauh". Karena itu, mereka menamakan setiap orang -baik dari kalangan manusia, jin, ataupun hewan- yang bersikap membangkang tidak mau taat dengan sebutan "setan". Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap Nabi itu musuh, yaitu setan-setan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin. Sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang

Surat Al-Faatihah (34) | Tafsir Al-Qur'an Al-'Azhim Juz 1

Tafsiirul Qur-aanil 'Azhiim. Tafsir Ibnu Katsir Juz 1 Al-Faatihah - Al-Baqarah. Al-Imam Abul Fida Isma'il Ibnu Katsir Ad-Dimasyqi rahimahullah. Surat Al-Faatihah (34). (Pembukaan). Makkiyyah, 7 ayat. Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia. Sifat-sifat yang baik itu tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang sabar, dan tidak dianugerahkan melainkan kepada orang-orang yang mempunyai suatu keberuntungan besar. Dan jika setan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Fushshilat: 34-36) Kata syaithaan menurut istilah bahasa berakar dari kata syathana, artinya "apabila jauh". Watak setan memang jauh berbeda dengan watak manusia; dengan kefasikannya, setan jauh dari semua kebaikan. Me

Surat Al-Faatihah (33) | Tafsir Al-Qur'an Al-'Azhim Juz 1

Tafsiirul Qur-aanil 'Azhiim. Tafsir Ibnu Katsir Juz 1 Al-Faatihah - Al-Baqarah. Al-Imam Abul Fida Isma'il Ibnu Katsir Ad-Dimasyqi rahimahullah. Surat Al-Faatihah (33). (Pembukaan). Makkiyyah, 7 ayat. Demikian pengertian yang terkandung di dalam ketiga ayat Al-Qur'an yang sepengetahuan tidak ada ayat keempat yang semakna dengannya, yaitu firman Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam surat Al-A'raaf: Jadilah engkau pemaaf, dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh. (Al-A'raaf: 199) Hal ini berkaitan dengan sikap terhadap musuh yang terdiri atas kalangan manusia. Kemudian Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan setan, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Al-A'raaf: 200) Tidaklah perbuatan buruk mereka dengan yang lebih baik, Kami lebih mengetahui apa yang mereka sifatkan. Dan katakanlah, "Ya Tuhanku, aku ber

Surat Al-Faatihah (32) | Tafsir Al-Qur'an Al-'Azhim Juz 1

Tafsiirul Qur-aanil 'Azhiim. Tafsir Ibnu Katsir Juz 1 Al-Faatihah - Al-Baqarah. Al-Imam Abul Fida Isma'il Ibnu Katsir Ad-Dimasyqi rahimahullah. Surat Al-Faatihah (32). (Pembukaan). Makkiyyah, 7 ayat. Isti'adzah artinya memohon perlindungan kepada Allah dan bernaung di bawah lindungan-Nya dari kejahatan semua makhluk yang jahat. Pengertian meminta perlindungan ini adakalanya dimaksudkan untuk menolak kejahatan dan adakalanya untuk mencari kebaikan, seperti pengertian yang terkandung di dalam perkataan Al-Mutanabbi (salah seorang penyair), yaitu: Wahai orang yang aku berlindung kepadanya untuk memperoleh apa yang aku cita-citakan, dan wahai orang yang aku berlindung kepadanya untuk menghindar dari semua yang aku takutkan. Semua orang tidak akan dapat mengembalikan keagungan (kebesaran) yang telah engkau hancurkan, dan mereka tidak dapat menggoyahkan kebesaran yang telah engkau bangun. Makna a'uudzu billaahi minasy syaithaanir rajiim adalah "aku berlindu

Surat Al-Faatihah (31) | Tafsir Al-Qur'an Al-'Azhim Juz 1

Tafsiirul Qur-aanil 'Azhiim. Tafsir Ibnu Katsir Juz 1 Al-Faatihah - Al-Baqarah. Al-Imam Abul Fida Isma'il Ibnu Katsir Ad-Dimasyqi rahimahullah. Surat Al-Faatihah (31). (Pembukaan). Makkiyyah, 7 ayat. Termasuk faedah membaca ta'awwudz ialah untuk membersihkan apa yang telah dilakukan oleh mulut, seperti perkataan yang tak berguna dan kata-kata yang jorok, untuk mewangikannya sebelum membaca Kalamullah. Bacaan ta'awwudz dimaksudkan untuk memohon pertolongan kepada Allah dan mengakui kekuasaan-Nya, sedangkan bagi hamba yang bersangkutan merupakan pengakuan atas kelemahan dan ketidakmampuannya dalam menghadapi musuh bebuyutan tetapi tidak kelihatan, tiada seorang pun yang dapat menyangkal dan menolaknya kecuali hanya Allah yang telah menciptakannya. Setan tidak boleh diajak bersikap baik dan tidak boleh berbaik hati kepadanya. Lain halnya dengan musuh dari jenis manusia (kita boleh bersikap seperti itu), sebagaimana yang disebutkan oleh beberapa ayat Al-Qur'

Surat Al-Faatihah (30) | Tafsir Al-Qur'an Al-'Azhim Juz 1

Tafsiirul Qur-aanil 'Azhiim. Tafsir Ibnu Katsir Juz 1 Al-Faatihah - Al-Baqarah. Al-Imam Abul Fida Isma'il Ibnu Katsir Ad-Dimasyqi rahimahullah. Surat Al-Faatihah (30). (Pembukaan). Makkiyyah, 7 ayat. Sebagian ulama mengatakan bahwa membaca ta'awwudz pada awal mulanya diwajibkan kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, tetapi tidak kepada umatnya. Diriwayatkan dari Imam Malik bahwa dia tidak membaca ta'awwudz dalam salat fardunya; tetapi ta'awwudz dibaca bila mengerjakan salat sunat Ramadan pada malam pertama. Imam Syafii di dalam kitab Al-Imla mengatakan bahwa bacaan ta'awwudz dinyaringkan, tetapi jika dipelankan, tidak mengapa. Di dalam kitab Al-Umm disebutkan boleh memilih, karena Ibnu Umar membacanya dengan pelan, sedangkan Abu Hurairah membacanya dengan suara nyaring. Tetapi bacaan ta'awwudz selain pada rakaat pertama masih diperselisihkan di kalangan mazhab Syafii, apakah disunatkan atau tidak, ada dua pendapat, tetapi yang kuat mengat

Surat Al-Faatihah (29) | Tafsir Al-Qur'an Al-'Azhim Juz 1

Tafsiirul Qur-aanil 'Azhiim. Tafsir Ibnu Katsir Juz 1 Al-Faatihah - Al-Baqarah. Al-Imam Abul Fida Isma'il Ibnu Katsir Ad-Dimasyqi rahimahullah. Surat Al-Faatihah (29). (Pembukaan). Makkiyyah, 7 ayat. Telah diriwayatkan bahwa Malaikat Jibril 'alaihis salam -pada waktu pertama kali menurunkan Al-Qur'an kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam- memerintahkannya agar membaca isti'adzah (ta'awwudz). Demikian menurut riwayat Imam Abu Ja'far ibnu Jarir, bahwa telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib, telah menceritakan kepada kami Utsman ibnu Sa'id, telah menceritakan kepada kami Bisyr ibnu Imarah, telah menceritakan kepada kami Abu Rauq, dari Dhahhak, dari Abdullah ibnu Abbas yang menceritakan bahwa pada waktu pertama kali Malaikat Jibril turun kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam, ia berkata, "Hai Muhammad, mohonlah perlindungan (kepada Allah)!" Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Aku memoho

Surat Al-Faatihah (28) | Tafsir Al-Qur'an Al-'Azhim Juz 1

Tafsiirul Qur-aanil 'Azhiim. Tafsir Ibnu Katsir Juz 1 Al-Faatihah - Al-Baqarah. Al-Imam Abul Fida Isma'il Ibnu Katsir Ad-Dimasyqi rahimahullah. Surat Al-Faatihah (28). (Pembukaan). Makkiyyah, 7 ayat. Ima Bukhari mengatakan, telah menceritakan kepada kami Utsman ibnu Abu Syaibah, telah menceritakan kepada kami Jarir, dari Al-A'masy, dari Addi ibnu Tsabit yang menceritakan bahwa Sulaiman ibnu Shard radhiyallahu 'anhu menceritakan: Ada dua orang laki-laki bertengkar di hadapan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Ketika itu kami sedang duduk bersamanya. Salah seorang dari kedua lelaki itu mencaci lawannya seraya marah, sedangkan wajahnya tampak memerah (karena emosi). Maka Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Sesungguhnya aku benar-benar mengetahui suatu kalimat; seandainya dia mau mengucapkannya, niscaya akan lenyaplah emosi yang membakarnya itu. Yaitu ucapan, A'uudzu billaahi minasy syaithaanir rajim 'Aku berlindung kepada All