Skip to main content

Posts

Showing posts from August, 2019

Surat Al-Faatihah (22) | Tafsir Al-Qur'an Al-'Azhim Juz 1

Tafsiirul Qur-aanil 'Azhiim. Tafsir Ibnu Katsir Juz 1 Al-Faatihah - Al-Baqarah. Al-Imam Abul Fida Isma'il Ibnu Katsir Ad-Dimasyqi rahimahullah. Surat Al-Faatihah (22). (Pembukaan). Makkiyyah, 7 ayat. Sesungguhnya setan itu adalah musuh bagi kalian, maka anggaplah ia musuh (kalian), karena sesungguhnya setan-setan itu hanya mengajak golongannya supaya menjadi penghuni Neraka yang menyala-nyala. (Faathir: 6) Patutkah kalian mengambil dia dan turunan-turunannya sebagai pemimpin selain dari-Ku, sedangkan mereka adalah musuh kalian? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (Allah) bagi orang-orang yang zalim. (Al-Kahfi: 50) Sesungguhnya setan (iblis) pernah bersumpah kepada nenek moyang kita semua, yaitu Adam 'alaihis salam, bahwa dia benar-benar termasuk orang-orang yang menasihatinya. Tetapi ternyata setan berdusta dalam sumpahnya itu. Selanjutnya, bagaimanakah perlakuan setan terhadap kita (sebagai anak cucu Adam 'alaihis salam)? Hal ini diungkapkan oleh fi

Surat Al-Faatihah (21) | Tafsir Al-Qur'an Al-'Azhim Juz 1

Tafsiirul Qur-aanil 'Azhiim. Tafsir Ibnu Katsir Juz 1 Al-Faatihah - Al-Baqarah. Al-Imam Abul Fida Isma'il Ibnu Katsir Ad-Dimasyqi rahimahullah. Surat Al-Faatihah (21). (Pembukaan). Makkiyyah, 7 ayat. Tafsir isti'azhah dan hukum-hukumnya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman: Jadilah engkau pemaaf dan suruhlah orang mengerjakan yang makruf, serta berpalinglah dari orang-orang yang bodoh. Dan jika kamu ditimpa sesuatu godaan setan, maka berlindunglah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (Al-A'raaf: 199-200) Tolaklah perbuatan buruk mereka dengan yang lebih baik. Kami lebih mengetahui apa yang mereka sifatkan (gambarkan). Dan katakanlah, "Ya Tuhanku, aku berlindung kepada-Mu dari bisikan-bisikan setan. Dan aku berlindung (pula) kepada Engkau, ya Tuhanku, dari kedatangan mereka kepadaku." (Al-Mu-minuun: 96-98) Toalklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara di

Surat Al-Faatihah (20) | Tafsir Al-Qur'an Al-'Azhim Juz 1

Tafsiirul Qur-aanil 'Azhiim. Tafsir Ibnu Katsir Juz 1 Al-Faatihah - Al-Baqarah. Al-Imam Abul Fida Isma'il Ibnu Katsir Ad-Dimasyqi rahimahullah. Surat Al-Faatihah (20). (Pembukaan). Makkiyyah, 7 ayat. Hal yang sama diriwayatkan pula oleh pemilik kitab Sunan lainnya, yaitu Abu Daud, Turmudzi, Nasai, dan Ibnu Majah melalui Abu Hurairah, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Disebutkan bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda: Waidzaa qara-a fanshituu. Apabila imam membaca, maka diamlah kalian (seraya mendengarkannya). Muslim ibnu Hajjaj menilainya sahih. Kedua hadis tersebut menunjukkan kebenaran pendapat ini yang merupakan qaul qadim dari Imam Syafii dan sebuah riwayat dari Imam Ahmad ibnu Hambal. Tujuan mengetengahkan masalah tersebut dalam bab ini adalah untuk menerangkan kekhususan surat Al-Faatihah yang mempunyai hukum tersendiri yang tidak dimiliki oleh surat-surat lainnya. Al-Hafizh Abu Bakar Al-Bazzar mengatakan, telah menceri

Surat Al-Faatihah (19) | Tafsir Al-Qur'an Al-'Azhim Juz 1

Tafsiirul Qur-aanil 'Azhiim. Tafsir Ibnu Katsir Juz 1 Al-Faatihah - Al-Baqarah. Al-Imam Abul Fida Isma'il Ibnu Katsir Ad-Dimasyqi rahimahullah. Surat Al-Faatihah (19). (Pembukaan). Makkiyyah, 7 ayat. Membaca surat Al-Faatihah bagi makmum dalam salat berjamaah. Apakah makmum diwajibkan membaca surat Al-Faatihah? Jawabannya, ada tiga pendapat di kalangan ulama. Pertama, makmum wajib membaca surat Al-Faatihah, sebagaimana diwajibkan pula atas imamnya, berdasarkan kepada keumuman makna hadis-hadis terdahulu. Kedua, makmum sama sekali tidak diwajibkan membaca bacaan, baik surat Al-Faatihah ataupun surat lainnya, baik dalam salat jahriyyah (yang keras bacaannya) ataupun dalam salat sirriyyah (yang pelan bacaannya). Hal ini berlandaskan kepada hadis yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad ibnu Hambal di dalam kitab Musnad-nya melalui Jabir ibnu Abdullah, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Disebutkan bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda: Ma

Surat Al-Faatihah (18) | Tafsir Al-Qur'an Al-'Azhim Juz 1

Tafsiirul Qur-aanil 'Azhiim. Tafsir Ibnu Katsir Juz 1 Al-Faatihah - Al-Baqarah. Al-Imam Abul Fida Isma'il Ibnu Katsir Ad-Dimasyqi rahimahullah. Surat Al-Faatihah (18). (Pembukaan). Makkiyyah, 7 ayat. Imam Abu Hanifah dan murid-muridnya serta Ats-Tsauri dan Al-Auza'i mengatakan bahwa bacaan Al-Faatihah bukan merupakan suatu ketentuan, bahkan seandainya seseorang membaca surat lainnya pun sudah dianggap cukup, berdasarkan kepada firman Allah Subhanahu wa Ta'ala: Karena itu, bacalah apa yang mudah bagi kalian dari Al-Qur'an. (Al-Muzzammil: 20) Ibnu Majah meriwayatkan melalui hadis Abu Sufyan As-Sa'di, dari Abu Hurairah, dari Abu Sa'id secara marfu': Laa shalaata liman lam yaqra` fii kulli rak'atin bil hamdi wa suuratin fii fariidhatin aw ghairi haa. Tidak ada salat bagi orang yang tidak membaca Alhamdu (surat Al-Faatihah) dan surat lainnya dalam setiap rakaatnya, baik dalam salat fardu ataupun salat lainnya. Akan tetapi, kesahihannya

Surat Al-Faatihah (17) | Tafsir Al-Qur'an Al-'Azhim Juz 1

Tafsiirul Qur-aanil 'Azhiim. Tafsir Ibnu Katsir Juz 1 Al-Faatihah - Al-Baqarah. Al-Imam Abul Fida Isma'il Ibnu Katsir Ad-Dimasyqi rahimahullah. Surat Al-Faatihah (17). (Pembukaan). Makkiyyah, 7 ayat. Yang dimaksud dengan istilah khidaj ialah kurang; di dalam hadis ditafsirkan dengan makna gairu tamam, yakni "tidak sempurna". Mereka berdalilkan pula dengan apa yang disebutkan di dalam hadis Shahihain, melalui hadis Az-Zuhri, dari Mahmud ibnur Rabi', dari Ubadah ibnush Shamit yang menceritakan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda: Lam shalaata liman lam yaqra1 bifaatihatil kitaabi. Tiada salat bagi orang yang tidak membaca Fatihatul Kitab. Yakni salatnya tidak sah. Di dalam hadis sahih Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban disebutkan melalui Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu yang menceritakan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda: Laa tujzi-u shalaatun laa yuqra-u fiihaa biummil qur-aani. Tidak

Surat Al-Faatihah (16) | Tafsir Al-Qur'an Al-'Azhim Juz 1

Tafsiirul Qur-aanil 'Azhiim. Tafsir Ibnu Katsir Juz 1 Al-Faatihah - Al-Baqarah. Al-Imam Abul Fida Isma'il Ibnu Katsir Ad-Dimasyqi rahimahullah. Surat Al-Faatihah (16). (Pembukaan). Makkiyyah, 7 ayat. Dapat disimpulkan bahwa diharuskan membaca bacaan Al-Qur'an dalam salat, menurut kesepakatan para ulama. Akan tetapi, mereka berselisih pendapat dalam masalah berikutnya, yaitu: Apakah merupakan suatu keharusan membaca selain Al-Faatihah, ataukah Al-Faatihah saja sudah cukup, atau selain Al-Faatihah dapat dianggap mencukupi? Pendapat pertama menurut Imam Abu Hanifah dan para pendukungnya dari kalangan murid-muridnya serta lain-lainnya. Menurut mereka, surat Al-Faatihah bukan merupakan suatu keharusan; surat apa saja dari Al-Qur'an jika dibaca dalam salat, dianggap telah mencukupi. Mereka mengatakan demikian berdalilkan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala: Karena itu, bacalah apa yang mudah bagi kalian dari Al-Qur'an. (Al-Muzammil: 20) Hal itu disebutkan

Surat Al-Faatihah (15) | Tafsir Al-Qur'an Al-'Azhim Juz 1

Tafsiirul Qur-aanil 'Azhiim. Tafsir Ibnu Katsir Juz 1 Al-Faatihah - Al-Baqarah. Al-Imam Abul Fida Isma'il Ibnu Katsir Ad-Dimasyqi rahimahullah. Surat Al-Faatihah (15). (Pembukaan). Makkiyyah, 7 ayat. Hal-hal yang berkaitan dengan surat Al-Faatihah. Terkadang surat Al-Faatihah disebut dengan memakai lafaz "salat", seperti pengertian yang terkandung di dalam firman-Nya: Dan janganlah kamu mengeraskan suaramu dalam salat (bacaan)mu dan jangan pula merendahkannya, tetapi carilah jalan tengah di antara keduanya. (Al-Isra: 110) Yang dimaksud dengan lafaz shalaata dalam ayat di atas ialah "bacaanmu", sebagaimana dijelaskan di dalam hadis sahih melalui Ibnu Abbas. Di dalam hadis tersebut dikatakan: Qasamtush shalaata bainii wa baina 'abdii nishfaini fanishfuhaalii wanishfuhaa li'abdii wali'abdii maa sa-ala. Aku bagikan salat (bacaan Al-Faatihah) antara Aku dan hamba-Ku menjadi dua bagian. Separonya untuk-Ku dan separonya lagi untuk ha

Surat Al-Faatihah (14) | Tafsir Al-Qur'an Al-'Azhim Juz 1

Tafsiirul Qur-aanil 'Azhiim. Tafsir Ibnu Katsir Juz 1 Al-Faatihah - Al-Baqarah. Al-Imam Abul Fida Isma'il Ibnu Katsir Ad-Dimasyqi rahimahullah. Surat Al-Faatihah (14). (Pembukaan). Makkiyyah, 7 ayat. Demikian pula yang diriwayatkan oleh Imam Nasai, dari Ishaq ibnu Rahawaih; keduanya meriwaytkannya dari Qutaibah, dari Malik, dari Al-Ala, dari Abus Saib maula Hisyam ibnu Zahrah, dari Abu Hurairah yang menurut lafaz hadis ini disebutkan: fanishfuhaalii wanishfuhaa li'abdii, wali'abdii maa sa-ala. Separonya buat-Ku dan separonya lagi buat hamba-Ku, bagi hamba-Ku apa yang dia minta. Hal yang sama diriwayatkan oleh Ibnu Ishaq, dari Al-Ala, Imam Muslim meriwayatkannya pula melalui hadis Ibnu Juraij, dari Al-Ala, dari Abus Saib, seperti hadis ini. Ia meriwaytkannya melalui hadis Ibnu Abu Uwais, dari Al-Ala, dari ayahnya dan Abus Sa'ib, keduanya menerima hadis ini dari Abu Hurairah. Imam Turmudzi mengatakan bahwa hadis ini berpredikat hasan, dan aku pernah me

Surat Al-Faatihah (13) | Tafsir Al-Qur'an Al-'Azhim Juz 1

Tafsiirul Qur-aanil 'Azhiim. Tafsir Ibnu Katsir Juz 1 Al-Faatihah - Al-Baqarah. Al-Imam Abul Fida Isma'il Ibnu Katsir Ad-Dimasyqi rahimahullah. Surat Al-Faatihah (13). (Pembukaan). Makkiyyah, 7 ayat. Imam Muslim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ishaq ibnu Ibrahim Al-Hanzali (yaitu Ibnu Rahawaih), telah menceritakan kepada kami Sufyan ibnu Uyaynah, dari Al-Ala (yakni Ibnu Abdur Rahman ibnu Ya'qub Al-Kharqi), dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam yang telah bersabda: Man shalla shalaatan lam yaqra` fiihaa biummil qur-aani fahiya khidaajun tsalaatsan ghairu tamaamin. Barang siapa salat tanpa membaca Ummul Qur'an di dalamnya, maka salatnya khidaj -sebanyak tiga kali- yakni tidak sempurna. Kemudian dikatakan kepada Abu Hurairah, "Sesungguhnya kami salat di belakang imam." Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu menjawab, "Bacalah untuk dirimu sendiri, karena sesungguhnya aku pernah mendengar

Surat Al-Faatihah (12) | Tafsir Al-Qur'an Al-'Azhim Juz 1

Tafsiirul Qur-aanil 'Azhiim. Tafsir Ibnu Katsir Juz 1 Al-Faatihah - Al-Baqarah. Al-Imam Abul Fida Isma'il Ibnu Katsir Ad-Dimasyqi rahimahullah. Surat Al-Faatihah (12). (Pembukaan). Makkiyyah, 7 ayat. Abu Ma'mar mengatakan telah menceritakan kepada kami Abdul Warits, telah menceritakan kepada kami Hisyam, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Sirin, telah menceritakan kepadaku Ma'bad ibnu Sirin, dari Abu Sa'id Al-Khudri, hadis yang sama. Imam Muslim dan Imam Abu Daud telah meriwayatkannya pula melalui riwayat Hisyam, yaitu Ibnu Hassan, dari Ibnu Sirin dengan lafazh yang sama. Menurut sebagian riwayat yang diketengahkan Imam Muslim, Abu Sa'id Al-Khudri adalah orang yang me-ruqyah orang yang tersengat binatang berbisa itu. Mereka menyebutkan orang yang terkena sengatan binatang berbisa dengan sebutan Salim (orang yang sehat) dengan harapan semoga ia sembuh. Imam Muslim di dalam kitab Shahih-nya dan Imam Nasai di dalam kitab Sunan-nya telah meri

Surat Al-Faatihah (11) | Tafsir Al-Qur'an Al-'Azhim Juz 1

Tafsiirul Qur-aanil 'Azhiim. Tafsir Ibnu Katsir Juz 1 Al-Faatihah - Al-Baqarah. Al-Imam Abul Fida Isma'il Ibnu Katsir Ad-Dimasyqi rahimahullah. Surat Al-Faatihah (11). (Pembukaan). Makkiyyah, 7 ayat. sanad hadis ini jayyid (baik), dan Ibnu Aqil yang ada dalam sanad hadis ini hadisnya dipakai sebagai hujah oleh para pemuka imam, sedangkan Abdullah ibnu Jabir adalah seorang sahabat yang oleh Ibnul Jauzi disebut seorang dari kalangan Bani Abdi. Pendapat yang lain mengatakan bahwa dia adalah Abdullah ibnu Jabir Al-Ansari Al-Bayadi, menurut Al-Hafizh Ibnu Asakir. Mereka menyimpulkan dalil dari hadis ini dan yang semisal dengannya, bahwa sebagian dari ayat dan surat mempunyai kelebihan tersendiri atas sebagian yang lainnya. Seperti yang diriwayatkan dari banyak ulama, antara lain Ishaq ibnu Rahawaih, Abu Bakar ibnul Arabi, dan Ibnu Haffar dari kalangan madzhab Maliki. Sedangkan segolongan lainnya dari kalangan ulama berpendapat bahwa tiada keutamaan dalam hal tersebut kar

Surat Al-Baqarah Ayat 125-128 (6) | Shahih Tafsir Ibnu Katsir

Al-Mishbaahul Muniiru fii Tahdziibi Tafsiiri Ibnu Katsiir Shahih Tafsir Ibnu Katsir Surat al-Baqarah Al-Baqarah, Ayat  125-128  (6) Pembangunan Ka'bah dan Do'a Agar Amal Tersebut Diterima Adapun firman Allah Sub-hanahu wa Ta'ala: "Dan ingatlah ketika Ibrahim meninggikan dasar-dasar Baitullah bersama Isma'il seraya berdo'a: 'Ya Rabb kami, terimalah dari kami (amalan kami), sesungguhnya Engkau-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. Ya Rabb kami, jadikanlah kami berdua orang-orang yang tunduk patuh kepada-Mu dan (jadikanlah) di antara anak cucu kami umat yang tunduk patuh kepada-Mu dan tunjukkanlah kepada kami cara-cara dan tempat-tempat ibadah haji kami, dan terimalah taubat kami. Sesungguhnya Engkau-lah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.'" Kata "اَÙ„ْÙ‚َÙˆَاعِدُ" (al-Qawaa'idu) dalam ayat di atas adalah jamak dari kata "Ù‚َعِدَÛƒٌ" (Qa'idatun), yang berarti tiang dan pondasi. Artinya, Allah Sub-hanahu wa Ta&