Skip to main content

Surat Al-Baqarah Ayat 125-128 (14) | Shahih Tafsir Ibnu Katsir

Al-Mishbaahul Muniiru fii Tahdziibi Tafsiiri Ibnu Katsiir

Shahih Tafsir Ibnu Katsir

Surat al-Baqarah

Al-Baqarah, Ayat 125-128 (14)

PERTENGKARAN TENTANG SIAPA YANG AKAN MELETAKKAN HAJAR ASWAD DAN KEBIJAKAN MUHAMMAD BIN 'ABDILLAH SHALLALLAHU 'ALAIHI WA SALLAM YANG ADIL DALAM MENYELESAIKAN PERSOALAN TERSEBUT

Muhammad bin Ishaq menceritakan bahwa beberapa kabilah Quraisy mengumpulkan batu-batu itu untuk mereka masing-masing, lalu mereka gunakan untuk membangunnya. Ketika saat peletakan Hajar Aswad tiba, terjadilah pertengkaran di antara mereka. Masing-masing kabilah ingin mengangkat Hajar Aswad ke tempatnya. Mereka berdebat, bertengkar danbahkan siap untuk berperang.

Kemudian Bani 'Abdid Daar membawa mangkuk besar yang berisi darah. Mereka dan Banu 'Adi bin Ka'ab bin Lu-ay berjanji setia untuk mati dengan bersama-sama memasukkan tangan mereka ke dalam darah yang berada di dalam mangkuk tersebut. Mereka menamakan janji setia itu dengan sebutan "la'qatud dam."

(Karena belum ada keputusan yang pasti), orang-orang Quraisy pun menunggu selama empat atau lima malam. Selanjutnya mereka berkumpul di masjid untuk memusyawarahkan dan menyelesaikan masalah seadil-adilnya.

Sebagian perawi mengatakan bahwa Abu Umayyah bin al-Mughirah bin 'Abdullah bin 'Amr bin Makhzum, orang tertua di antara orang-orang Quraisy mengatakan, "Hai sekalian kaum Quraisy, serahkanlah persoalan yang kalian perselisihkan itu kepada orang yang pertama kali masuk dari pintu masjid ini, untuk memberikan keputusan bagi kalian."

Mereka pun melakukannya, dan ternyata orang yang pertama kali masuk adalah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Ketika melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, mereka pun berkata, "Inilah al-Amin (orang yang terpercaya), kami rela. Inilah Muhammad."

Setelah beliau berhadapan dengan mereka, dan mereka menceritakan duduk persoalannya kepada beliau, maka (beliau) shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Bawakan sehelai kain untukku." Setelah kain itu dibawakan kepada beliau, kemudian beliau mengambil Hajar Aswad, lalu meletakkannya pada kain itu dengan tangannya. Kemudian beliau bersabda, "Hendaklah setiap kabilah memegang sisi kain, lalu angkatlah secara bersamaan."

Mereka pun melakukannya. Ketika sampai pada tempatnya, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam meletakkan Hajar Aswad dengan tangan beliau sendiri pada tempatnya semula dan membangunnya. Sebelum diturunkan wahyu, orang-orang Quraisy menyebut Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dengan sebutan "al-Amiin".

Setelah mereka selesai merenovasi Ka'bah sesuai dengan apa yang mereka kehendaki, az-Zubair bin 'Abdil Muththalib mengingatkan kepada mereka kisah ular yang membuat orang-orang Quraisy takut merenovasi Ka'bah (dalam bentuk sya'ir):

Aku takjub melihat burung elang
menyambar ular yang merayap meliuk-liuk

Dahulu ular itu mendesis dan kadang kala menyerang
Apabila kami ingin membongkar Ka'bah, ular itu menghalanginya

Ular itu benar-benar membuat kami takut membongkarnya
Di saat kami dalam ketakutan itu datanglah burung elang

Yang datang menyambarnya lalu membawanya pergi
Membuat kami leluasa melanjutkan renovasi tanpa ada penghalang

Kami pun segera bangkit bersatu membangun pondasi dan lantainya
Siang malam kami meninggikan pondasinya

Tanpa peduli baju yang melekat pada tubuh kami
Sungguh mulia raja Bani Lu-ay

Mudah-mudahan nenek moyang mereka tetap dikenang
Bersatu padu pula Bani 'Adi, Bani Murrah dan Bani Kilab

Raja telah memberi kami tempat yang mulia
Dan di sisi Allah kami mengharapkan balasan pahalanya. (515)

===

Catatan Kaki:

515. Ibnu Hisyam (I/209).

===

Maraji'/ sumber:

Kitab: al-Mishbaahul Muniiru fii Tahdziibi Tafsiiri Ibnu Katsiir, Penyusun: Tim Ahli Tafsir di bawah pengawasan Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, Penerbit: Daarus Salaam lin Nasyr wat Tauzi', Riyadh – Kerajaan Saudi Arabia, Cetakan terbaru yang telah direvisi dan disempurnakan, April 2000 M/ Muharram 1421 H, Judul terjemahan: Shahih Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1, Penerjemah: Abu Ihsan al-Atsari, Penerbit: Pustaka Ibnu Katsir, Jakarta – Indonesia, Jumadal Awwal 1436 H/ Maret 2015 M.

Popular posts from this blog