Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin rahimahullaah.
Kajian Ramadhan.
Kajian Kedelapan Belas.
Perang Badar (2).
Sa'd bin Muadz al-Anshari, pemimpin suku 'Aus berkata: "Wahai Rasulullah, barangkali engkau masih khawatir jika kaum Anshar hanya mau memberikan bantuan kepadamu di negeri mereka sendiri. Maka atas nama kaum Anshar, aku katakan dan tegaskan mewakili mereka, berangkatlah sekehendakmu, sambunglah tali yang ingin engkau sambung dan putuskan tali yang ingin engkau putus. Ambillah bagian dari harta kekayaan kami yang ada sekehendakmu, dan berikan bagian darinya kepada kami sekehendakmu pula. Apa yang engkau ambil dari kami jauh lebih aku sukai daripada yang engkau tinggalkan. Apa saja yang engkau perintahkan kepada kami, maka kami hanya akan patuh dan taat kepada perintah itu. Demi Allah, jika engkau mengajak kami berjalan hingga sampai di Bark Ghamdan, maka kami pasti akan tetap turut bersamamu. Jika engkau mengajak kami mengarungi lautan, maka kami pun akan turut mengarunginya bersamamu. Kami tidak akan gentar jika engkau membawa kami bertemu musuh esok hari. Sungguh, kami akan tetap bersabar ketika berperang dan tetap teguh ketika sedang bertempur melawan musuh. Semoga Allah akan memperlihatkan kepadamu apa yang membuat hatimu menjadi tenang!"
Akhirnya Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pun merasa sangat senang mendengar pernyataan masing-masing dari perwakilan kaum Muhajirin dan Anshar. Beliau Shallallaahu 'alaihi wa Sallam kemudian bersabda: "Kalau begitu, berangkatlah dengan hati gembira. Demi Allah, seakan aku melihat tempat-tempat para musuh itu bergelimpangan."
Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam kemudian berangkat dengan membawa pasukan Allah sehingga akhirnya tiba di dekat sumber air di Badar. Habbab bin Mundzir bin Amru bin Jamuh berkata: "Wahai Rasulullah, apakah dalam memilih tempat singgah ini engkau mendapat petunjuk wahyu dari Allah sehingga kita tidak berhak untuk maju atau mundur sedikit pun? Atau, apakah ini hanya sekedar pendapat, strategi perang dan tipu daya?"
Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam kemudian bersabda: "Tidak! Ini hanya pendapat pribadi, strategi dan tipu daya."
Habbab lantas berkata: "Wahai Rasulullah, sebenarnya ini bukanlah tempat yang tepat. Ajaklah pasukan pindah ke tempat air yang terdekat dengan musuh. Kita bisa membuat kubu pertahanan di sana dan menggali sumur-sumur di belakangnya. Kita membuat kubangan dan kita isi dengan air hingga penuh. Dengan demikian, kita akan berperang dalam keadaan mempunyai persediaan air minum yang cukup, sedangkan musuh tidak akan memperoleh air minum."
Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam memandang bahwa ini adalah pendapat yang sangat baik. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam lantas bangkit untuk memenuhi usulan ini (39). Beliau Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bertempat di pinggir lembah yang dekat yang berada dari arah kota Madinah, sementara kaum Quraisy berada di pinggir lembah yang jauh, dari arah kota Makkah. Pada malam itu Allah berkenan menurunkan hujan. Kaum musyrikin diguyur hujan yang sangat lebat yang membuat mereka terkena lumpur yang menggelincirkan sehingga mereka tidak bisa maju. Sedangkan kaum muslimin hanya dihujani rintik-rintik yang bisa membuat mereka bersuci, membuat tanah mudah diinjak, memadatkan pasir, serta membuat kaki mudah melangkah dengan kuat. Kaum muslimin membuatkan anjang-anjangan untuk Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam di atas sebuah gundukan tanah di medan perang. Beliau Shallallaahu 'alaihi wa Sallam turun dari anjang-anjang itu lalu meluruskan barisan para shahabat dan berjalan di medan pertempuran. Beliau Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mulai menunjuk dengan tangan beliau kepada tempat robohnya kaum musyrikin dan tempat kematian mereka. Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Ini adalah tempat robohnya si fulan, insya Allah, dan ini adalah tempat robohnya si fulan yang lain, insya Allah." Maka tidak ada seorang pun dari mereka yang melampaui tempat yang ditunjuk oleh Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam tersebut. Selanjutnya beliau Shallallaahu 'alaihi wa Sallam melihat para shahabat dan kepada kaum Quraisy lalu berdo'a: "Ya Allah, kaum Quraisy datang dengan keangkuhan dan kesombongan, dengan menunggang kuda-kuda mereka. Mereka menentang-Mu dan mendustakan Rasul-Mu. Ya Allah, berikan kemenangan yang telah Engkau janjikan kepadaku. Ya Allah, sesungguhnya aku sedang menanti janji-Mu. Ya Allah, jika Engkau kehendaki maka Engkau tidak disembah. Ya Allah, jika pada hari ini kaum muslimin binasa, maka Engkau tidak lagi disembah."
Baca selanjutnya: Perang Badar (3)
===
(39) Kisah ini, yaitu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pindah ke tempat yang lebih dekat dengan sumber air Badar serta usulan Habbab, adalah dha'if sekali, baik secara sanad maupun matannya.
===
Maraji'/ sumber:
Kitab: Majaalisu Syahru Ramadhaan, Penulis: Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin rahimahullaah, Penerbit: Daruts Tsurayya lin Nasyr - Riyadh, Cetakan I, 1422 H/ 2002 M, Judul terjemahan: Kajian Ramadhan, Penerjemah: Salafuddin Abu Sayyid, Penerbit: al-Qowam - Solo, Cetakan V, 2012 M.
===
Ary Ambary Ahmad Abu Sahla al-Bantani
Sent from my BlackBerry® PIN 269C8299
powered by Sinyal Kuat INDOSAT