Surat al-Faatihah (5)
Tafsir ad-Diin
Kata ad-diin berarti pembalasan dan perhitungan. Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman:
"Di hari itu, Allah akan memberi mereka balasan yang setimpal menurut semestinya." (QS. An-Nuur: 25)
Dia juga berfirman:
"Apakah sesungguhnya kita benar-benar (akan dibangkitkan) untuk diberi pembalasan?" (QS. Ash-Shaaffaat: 53)
Yakni pembalasan dan perhitungan.
Dalam sebuah hadits, Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:
"Al-Kayyis (orang cerdas dan kuat) adalah orang yang senantiasa bermuhasabah (mengintrospeksi dirinya) dan beramal untuk (kehidupan) setelah kematian." (60)
Artinya, ia akan senantiasa menghisab dirinya, sebagaimana yang dikatakan oleh 'Umar radhiyallaahu 'anhu:
"Hisablah diri kalian sendiri sebelum kalian dihisab, dan timbanglah diri ('amal) kalian sebelum diri ('amal) kalian ditimbang. Dan bersiaplah untuk menghadapi hari yang besar, yakni hari diperlihatkannya 'amal seseorang, sementara semua 'amal kalian tidak tersembunyi dari-Nya. 'Pada hari itu kamu dihadapkan (kepada Rabbmu), tidak ada sesuatu pun dari keadaanmu yang tersembunyi (bagi Allah).' (QS. Al-Haaqqah: 18)." (61)
Al-Faatihah, Ayat 5
Iyyaaka na'budu wa iyyaaka nasta'iin.
Hanya kepada-Mu kami beribadah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan. (QS. 1: 5)
Makna 'Ibadah Menurut Bahasa dan Istilah Syari'at
Menurut bahasa 'ibadah bermakna kerendahan. Dikatakan: "Thariiqun mu'abbad wa ba'iirun mu'abbad (jalan yang diratakan dan unta yang dijinakkan)", yakni ditundukkan.
Adapun menurut istilah syari'at, 'ibadah adalah sebuah ibarat bagi rangkaian cinta, ketundukan dan rasa takut yang sempurna.
Faedah Didahulukannya Maf'ul dan Kemudian Diulangi
Didahulukannya maf'ul (obyek) yaitu kata iyaaka, dan setelah itu diulangi lagi, bertujuan untuk mendapatkan perhatian, dan juga sebagai pembatasan. Artinya: "Kami tidak beribadah kecuali kepada-Mu, dan kami tidak bertawakkal kecuali hanya kepada-Mu."
Inilah puncak kesempurnaan ketaatan. Dan agama ini secara keseluruhan kembali kepada dua makna di atas.
Sebagaimana dikatakan oleh sebagian Salaf, bahwa surat al-Faatihah adalah rahasia al-Qur-an. Dan rahasia al-Faatihah terletak pada ayat:
Iyyaaka na'budu wa iyyaaka nasta'iin.
"Hanya kepada-Mu kami beribadah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan."
Penggalan pertama, yakni "hanya kepada-Mu kami beribadah" merupakan pernyataan berlepas diri dari kemusyrikan. Sedangkan pada penggalan kedua, yakni "hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan" merupakan sikap berlepas diri dari upaya dan kekuatan, serta berserah diri kepada Allah 'Azza wa Jalla.
Makna seperti ini tidak hanya terdapat dalam satu ayat al-Qur-an saja, seperti firman-Nya:
"Maka ibadahilah Dia, dan bertawakkallah kepada-Nya. Dan sekali-kali Rabbmu tidak lalai dari apa yang kamu kerjakan." (QS. Huud: 123)
Juga firman-Nya:
"Katakanlah: 'Dialah Allah Yang Maha Pemurah, kami beriman kepada-Nya dan kepada-Nyalah kami bertawakkal." (QS. Al-Mulk: 29)
Dan juga firman-Nya:
"(Dialah) Rabb masyriq (timur) dan maghrib (barat), tiada ilah (yang berhak diibadahi dengan benar) melainkan Dia, maka ambillah Dia sebagai pelindung." (QS. Al-Muzzammil: 9)
Demikian juga ayat yang mulia ini:
"Hanya kepada-Mu kami beribadah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan." (QS. Al-Faatihah: 5)
Dan adanya perubahan bentuk dari ghaib (orang ketiga) kepada mukhaathab (orang kedua/ lawan bicara), yakni dengan huruf kaf, karena ketika seseorang memuji Allah maka seolah-olah dia dekat dan hadir di hadapan Allah Ta'ala. Karena itulah Dia berfirman:
"Hanya kepada-Mu kami beribadah dan hanya kepada-Mu kami memohon pertolongan." (QS. Al-Faatihah: 5)
Bersambung...
===
(60) Ibnu Majah 2/1423. Dha'if: At-Tirmidzi no. 2459, Ibnu Majah no. 4260, Ahmad 4/124 dan didha'ifkan oleh Syaikh al-Albani rahimahullaah dalam Dha'iiful Jaami' no. 4310 dan Syaikh al-Arna'uth hafizhahullaah, al-Musnad 28/350 no. 17123, cet. Ar-Risalah.
(61) Mushannaf Ibnu Abi Syaibah no. 34459, cet. Maktabah ar-Rusyd, Riyadh.
===
Maraji'/ sumber:
Kitab: al-Mishbaahul Muniiru fii Tahdziibi Tafsiiri Ibnu Katsiir, Penyusun: Tim Ahli Tafsir di bawah pengawasan Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, Penerbit: Daarus Salaam lin Nasyr wat Tauzi', Riyadh - Kerajaan Saudi Arabia, Cetakan terbaru yang telah direvisi dan disempurnakan, April 2000 M/ Muharram 1421 H, Judul terjemahan: Shahih Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1, Penerjemah: Abu Ihsan al-Atsari, Penerbit: Pustaka Ibnu Katsir, Jakarta - Indonesia, Jumadal Awwal 1436 H/ Maret 2015 M.
===
Layanan GRATIS Konsultasi, Estimasi Biaya, dan Survei Lokasi: Rangka Baja Ringan, Genteng Metal & Plafon Gypsum
http://www.bajaringantangerang.com
===
Ary Ambary Ahmad Abu Sahla al-Bantani
Sent from my BlackBerry® PIN 269C8299
powered by Sinyal Kuat INDOSAT