Skip to main content

Shahih Tafsir Ibnu Katsir: Surat al-Faatihah (0/10)

Shahih Tafsir Ibnu Katsir

Surat al-Faatihah (0/10)

Penamaan syaitan

Dalam bahasa Arab, kata syaitan berasal dari kata sya-thana (شَطَنَ) yang berarti jauh. Jadi tabi'at syaitan itu sangat jauh dengan tabi'at manusia. Dan karena kefasikannya itu ia sangat jauh dari kebaikan.

Ada juga yang mengatakan bahwa kata syaitan itu berasal dari kata syaa-tha (شَاطَ)= terbakar, karena ia diciptakan dari api. Dan ada juga yang mengatakan bahwa kedua makna tersebut benar, tetapi makna yang pertama lebih tepat.

Menurut Sibawaih, bangsa Arab mengatakan: "tasyai-thana fulaanun (تَشَيْطَنَ فُلَانٌ)", berarti si Fulan itu berbuat seperti perbuatan syaitan. Jika kata syaitan itu berasal dari kata syaa-tha tentunya mereka akan mengatakan: tasyai-tha. Maka menurut pendapat yang benar, kata syaitan itu berasal dari kata sya-thana yang berarti jauh. Oleh karena itu mereka menyebut syaitan untuk setiap pendurhaka baik dari kalangan jin, manusia maupun hewan. Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman:

"Dan demikianlah Kami jadikan tiap-tiap Nabi itu musuh, yaitu syaitan-syaitan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin, sebagian mereka membisikkan kepada sebagian yang lain perkataan-perkataan yang indah-indah untuk menipu (manusia)." (QS. Al-An'aam: 112)

Dalam Musnad al-Imam Ahmad, disebutkan sebuah hadits dari Abu Dzarr radhiyallaahu 'anhu, ia berkata: "Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:

'Wahai Abu Dzarr, mohonlah perlindungan kepada Allah dari keburukan syaitan-syaitan dari jenis manusia dan jin.' Lalu aku bertanya: 'Apakah ada syaitan dari jenis manusia?' Beliau Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: 'Ya, ada.'" (23)

Dan dalam Shahiih Muslim diriwayatkan sebuah hadits yang juga dari Abu Dzarr, ia berkata: "Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:

'Sesuatu yang dapat membatalkan shalat adalah wanita, keledai, dan anjing hitam.' Kemudian aku bertanya: 'Wahai Rasulullah, mengapa anjing hitam, dan bukan anjing merah atau kuning?' Beliau Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: 'Anjing hitam itu adalah syaitan.'" (24)

Ibnu Jarir meriwayatkan bahwasanya 'Umar bin al-Khaththab radhiyallaahu 'anhu mengendarai kuda tarik, namun kuda itu berjalan pelan maka 'Umar pun memukulnya (supaya jalannya cepat). Namun kuda itu justru berjalan semakin pelan. 'Umar pun turun dan berkata: "Tidaklah kalian membawakan kepadaku kecuali syaitan. Aku turun darinya karena perasaanku merasa tak enak." Sanad-sanadnya shahih. (25)

Makna ar-Rajiim

Ar-rajiim berwazan "فَعِيْلٌ" (subyek) bermakna "مَفْعُوْلٌ" (obyek). Maknanya bahwa syaitan itu terkutuk dan terjauh dari segala kebaikan. Sebagaimana firman Allah Ta'ala:

"Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar syaitan." (QS. Al-Mulk: 5)

Allah Subhaanahu wa Ta'aala juga berfirman:

"Sesungguhnya Kami telah menghias langit yang terdekat dengan hiasan, yaitu bintang-bintang, dan telah memeliharanya (sebenar-benarnya) dari setiap syaitan yang sangat durhaka, syaitan-syaitan itu tidak dapat mendengar-dengarkan (pembicaraan) para Malaikat dan mereka dilempari dari segala penjuru. Untuk mengusir mereka dan bagi mereka siksaan yang kekal, akan tetapi barangsiapa (di antara mereka) yang mencuri-curi (pembicaraan), maka ia dikejar oleh suluh api yang cemerlang." (QS. Ash-Shaaffaat: 6-10)

Dan Allah Ta'ala berfirman:

"Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan gugusan bintang-bintang (di langit) dan Kami telah menghiasi langit itu bagi orang-orang yang memandang(nya), dan Kami menjaganya dari tiap-tiap syaitan yang terkutuk. Kecuali syaitan yang mencuri-curi (berita) yang dapat didengar (dari Malaikat) lalu dia dikejar semburan api yang terang." (QS. Al-Hijr: 16-18)

Dan ayat-ayat lainnya.

Ada juga yang berpendapat bahwa "رَجِيْمٌ" bermakna "رَاجِمٌ".

Karena ia mengganggu manusia dengan waswas dan bisikan. Hanya saja makna yang pertama lebih masyhur dan lebih tepat.

Bersambung...

===

(23) Ahmad 5/178. Dha'if: Ahmad meriwayatkannya dengan dari dua jalan. Salah satunya dari jalan al-Mas'udi. Al-Haitsami mengatakan: "Dia adalah seorang yang tsiqah (terpercaya), akan tetapi hafalannya bercampur (kacau). Kedua adalah dari jalan 'Ali bin Yazid dan dia dha'if. Sebagaimana disebutkan dalam Majma'uz Zawaa-id 1/214-215.

(24) Muslim 1/365. Lihat Shahiih Muslim no. 510 dan Sunan Abi Dawud no. 702.

(25) Tafsiir ath-Thabari 1/111.

===

Maraji'/ sumber:
Kitab: al-Mishbaahul Muniiru fii Tahdziibi Tafsiiri Ibnu Katsiir, Penyusun: Tim Ahli Tafsir di bawah pengawasan Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, Penerbit: Daarus Salaam lin Nasyr wat Tauzi', Riyadh - Kerajaan Saudi Arabia, Cetakan terbaru yang telah direvisi dan disempurnakan, April 2000 M/ Muharram 1421 H, Judul terjemahan: Shahih Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1, Penerjemah: Abu Ihsan al-Atsari, Penerbit: Pustaka Ibnu Katsir, Jakarta - Indonesia, Jumadal Awwal 1436 H/ Maret 2015 M.

===

Layanan GRATIS Konsultasi, Estimasi Biaya, dan Survei Lokasi: Rangka Baja Ringan, Genteng Metal & Plafon Gypsum
http://www.bajaringantangerang.com

===

Ary Ambary Ahmad Abu Sahla al-Bantani
Sent from my BlackBerry® PIN 269C8299
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Popular posts from this blog