Skip to main content

Adab-adab Puasa yang Disunnahkan (4) | Kajian Ramadhan

Majaalisu Syahru Ramadhaan.

Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin rahimahullaah.

Kajian Ramadhan.

Kajian Kesebelas.

Adab-adab Puasa yang Disunnahkan (4).

4. Mengingat agungnya nikmat puasa.

Adab puasa lainnya yang disunnahkan adalah agar orang yang berpuasa mengingat betapa agungnya nikmat Allah yang dianugerahkan kepadanya dengan cara menjalankan puasa, dimana Allah telah memberikan kemudahan dan petunjuk oleh oleh Allah sehingga ia bisa menyempurnakan puasanya di hari itu dan merampungkan puasanya di bulan itu. Sebab, banyak orang yang tidak sempat menjalankan puasa, entah karena meninggal sebelum bertemu dengan bulan Ramadhan, atau karena tidak menjalankannya, atau karena kesesatan dan keberpalingan mereka dari melaksanakan puasa. Maka dari itu hendaklah orang yang berpuasa itu memuji Allah atas nikmat puasa yang merupakan penyebab datangnya ampunan dari Allah, penghapusan dosa, serta pengangkatan derajat di dalam Surga di sisi Rabb yang mulia.

Saudara-saudaraku! Berpeganglah dengan adab-adab puasa, dan tinggalkanlah segala penyebab murka Allah. Berhiaslah dengan karakter kaum salaf yang mulia, karena ummat yang ada sekarang ini akan menjadi baik bilamana meniti langkah yang pernah ditempuh oleh para pendahulunya dengan cara melaksanakan ketaatan dan menjauhi dosa-dosa dan kemaksiatan.

Imam Ibnu Rajab al-Hanbali rahimahullaah berkata bahwa orang-orang yang berpuasa itu ada dua tingkatan: salah satunya mereka yang meninggalkan makanan, minuman dan syahwatnya semata karena Allah Subhaanahu wa Ta'aala dan mengharap pahala di sisi-Nya sebagai ganti dan balasannya di Surga. Ini adalah orang yang berdagang dengan Allah. Dan memang Allah tidak akan menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat baik, di samping juga tidak akan membuat rugi orang yang beramal. Bahkan Allah akan memberikan laba (keuntungan). Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:

"Sesungguhnya engkau tidak meninggalkan sesuatu (berpuasa) karena ketakwaan kepada Allah melainkan Allah pasti akan memberimu yang lebih baik darinya." (Hadits Riwayat Imam Ahmad) (26)

Orang yang berpuasa di dalam Surga nanti akan diberi makanan dan minuman apa saja yang mereka suka, dan juga wanita. Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman: "(Kepada mereka dikatakan): 'Makan dan minumlah dengan sedap disebabkan amal yang telah kamu kerjakan pada hari-hari yang telah lalu'." (Qur-an Surat al-Haqqah (69): ayat 24)

Mujahid dan lainnya mengatakan: "Ayat ini turun mengenai orang-orang yang berpuasa."

Dalam hadits 'Abdurrahman bin Samurah yang dimimpikan oleh Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam disebutkan bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:

"Aku lihat seseorang dari ummatku menjulur-julurkan lidahnya karena haus. Setiap kali ia mendekat ke telaga, ia dihalangi dan diusir darinya, sampai akhirnya ia didatangi oleh puasa Ramadhan yang kemudian memberinya minum dan menghilangkan rasa hausnya."
(Hadits Riwayat Imam Thabrani) (27)

Tidakkah kita mau bermunajat kepada Dzat yang Maha Pemurah di bulan Ramadhan ini?! Tidakkah kita mau terhadap apa yang dijanjikan oleh Allah kepada orang-orang yang patuh di dalam Surga yang menjadi idaman kelak?!

Siapa yang menginginkan kerajaan Surga
Jangan lagi berlambat-lambat
Segeralah bangkit di kegelapan malam
Menuju cahaya al-Qur-an
Sambungkan satu puasa dengan puasa berikutnya
Hidup ini adalah fana
Hidup yang sebenarnya ada di sisi-Nya
Di kampung kedamaian

Sedangkan tingkatan yang kedua adalah orang yang berpuasa di dunia dengan meninggalkan segala hal selain Allah, sehingga ia akan menjaga kepala dengan segala pikiran di dalamnya, perut dengan segala isinya, selalu mengingat mati, serta selalu menghendaki akhirat dan meninggalkan perhiasan dunia. Hari rayanya orang seperti ini adalah ketika ia bertemu dengan Rabbnya dan kegembiraannya adalah ketika ia melihat Allah secara langsung.

Siapa yang menjalankan puasa ata perintah Allah dengan menahan diri dari syahwatnya di dunia, maka ia kelak akan mendapatkannya di Surga. Siapa yang berpuasa semata karena Allah, maka hari rayanya adalah pada hari ketika ia bertemu dengan-Nya. "Barangsiapa yang mengharap pertemuan dengan Allah, maka sesungguhnya waktu (yang dijanjikan) Allah itu, pasti datang. Dan Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui." (Qur-an Surat al-'Ankabut (29): ayat 5)

Wahai orang-orang yang bertaubat, berpuasalah pada hari ini dengan menahan diri dari segala keinginan hawa nafsu agar kalian bisa mendapatkan hari raya ketika bertemu dengan-Nya.

Ya Allah, hiasilah batin kami dengan keikhlasan kepada-Mu, perbaikilah amalan ini dengan mengikuti Rasul-Mu dan beradab dengan adab-adab Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam. Ya Allah, bangunkanlah kami dari kelengahan dan selamatkan kami dari jurang kehinaan. Hapuskan dosa-dosa dan kesalahan-kesalahan kami. Ampunilah kami, kedua orang tua kami, dan seluruh kaum muslimin, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal, dengan keluasan rahmat-Mu, wahai Dzat Pemberi rahmat yang terbaik. Semoga Allah mencurahkan rahmat dan kedamaian kepada Nabi Muhammad, keluarga dan para shahabat seluruhnya.

===

(26) Hadits shahih.

(27) Hadits ini dha'if isnadnya. Akan tetapi Imam Ibnul Qayyim setelah membawakan hadits ini secara utuh dalam kitab ar-Ruh, mengatakan: "Aku telah mendengar Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah mengagungkan hadits ini, dan beliau mengatakan bahwa dasar-dasar Sunnah menguatkan bobot hadits ini, dan ia termasuk hadits yang paling hasan."

===

Maraji'/ sumber:
Kitab: Majaalisu Syahru Ramadhaan, Penulis: Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin rahimahullaah, Penerbit: Daruts Tsurayya lin Nasyr - Riyadh, Cetakan I, 1422 H/ 2002 M, Judul terjemahan: Kajian Ramadhan, Penerjemah: Salafuddin Abu Sayyid, Penerbit: al-Qowam - Solo, Cetakan V, 2012 M.

===

Ary Ambary Ahmad Abu Sahla al-Bantani
Sent from my BlackBerry® PIN 269C8299
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Popular posts from this blog