Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin rahimahullaah.
Kajian Ramadhan.
Kajian Kedua Puluh.
Sarana-sarana untuk Meraih Kemenangan yang Hakiki (2).
Allah memberikan pertolongan dan kekuatan kepada mereka untuk menunaikan sebab-sebab kemenangan yang hakiki, baik yang bersifat material maupun spiritual. Mereka mempunyai kemauan kuat yang mereka tunjukkan di dalam menghadapi musuh-musuh mereka. Ini mereka lakukan berdasarkan bimbingan dari Allah Subhaanahu wa Ta'aala kepada mereka dan sejalan dengan petunjuk dan pengukuhan dari-Nya. Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman:
"Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman. Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itu pun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran)." (Qur-an Surat Ali 'Imran (3): ayat 139-140)
"Janganlah kamu berhati lemah dalam mengejar mereka (musuhmu). Jika kamu menderita kesakitan, maka sesungguhnya mereka pun menderita kesakitan (pula), sebagaimana kamu menderitanya, sedang kamu mengharap dari Allah apa yang tidak mereka harapkan. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana." (Qur-an Surat an-Nisa' (4): ayat 104)
"Janganlah kamu lemah dan minta damai padahal kamulah yang di atas dan Allah (pun) beserta kamu dan Dia sekali-kali tidak akan mengurangi (pahala) amal-amalmu. Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau." (Qur-an Surat Muhammad (47): ayat 35-36)
Dengan pengukuhan dan peneguhan ini, mereka merasa senang dengan kekuatan, keteguhan dan kesungguhan yang mereka miliki. Mereka pun melakukan segala persiapan kekuatan dengan melaksanakan perintah Rabb mereka. "Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi." (Qur-an Surat al-Anfal (8): ayat 60)
Kekuatan itu berupa kekuatan jiwa yang bersifat batiniyah dan juga kekuatan militer yang bersifat lahiriyah. Allah memberikan pertolongan kepada mereka karena mereka menolong agama Allah Subhaanahu wa Ta'aala:
"... Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya. Sesungguhnya Allah benar-benar Mahakuat lagi Maha Perkasa. (Yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan zakat, menyuruh berbuat yang makruf dan mencegah dari perbuatan yang munkar, dan kepada Allahlah kembali segala urusan." (Qur-an Surat al-Hajj (22): ayat 40-41)
Dalam kedua ayat yang mulia ini, Allah memberikan janji pertolongan kepada orang yang mau menolong agama-Nya dalam bentuk janji yang dikuatkan dengan menggunakan bentuk taukid lafzhi maupun ma'nawi. Bentuk taukid lafzhi adalah bentuk sumpah yang disembunyikan (muqaddarah), dan wujudnya adalah wallahi layanshurannallahu man yanshuruhu (Demi Allah, Allah pasti akan menolong orang yang menolong agama-Nya). Demikian juga huruf lam dan nun dalam kata wa layanshuranna, maka keduanya berfungsi sebagai taukid (penguat). Sedangkan bentuk taukid ma'nawi adalah firman Allah: innallaha laqawiyyun 'aziz (sungguh Allah itu Mahakuat dan Maha Perkasa). Allah Subhaanahu wa Ta'aala Mahakuat dan tidak akan pernah lemah. Allah Maha Perkasa dan tidak pernah lemah dan hina. Setiap kekuatan dan keperkasaan yang menentang-Nya pasti akan nista dan lemah. Firman Allah yang menyatakan: "dan kepada Allahlah kembali segala urusan," merupakan peneguhan terhadap orang yang beriman ketika mereka merasa jauh dari kemenangan dari pandangannya disebabkan karena keterjauhannya dari sebab-sebab kemenangan itu. Akibat segala urusan itu kembali kepada Allah saja. Hanya Allah yang bisa merubah apa saja yang dikehendaki-Nya sesuai dengan hikmah/ kebijaksanaan-Nya.
Kedua ayat ini mengandung penjelasan mengenai sifat-sifat yang akan menyebabkan turunnya pertolongan Allah. Sifat-sifat ini harus benar-benar dipegang oleh setiap mukmin setelah mereka diteguhkan di muka bumi. Jangan sampai peneguhan dari Allah ini membuat mereka tertipu dengan merasa bangga, sombong, tinggi dan angkuh dan melakukan kerusakan. Akan tetapi harus sebaliknya, yaitu semakin menambah kekuatan dalam memeluk agama Allah dan dalam berpegang teguh dengan-Nya.
Baca selanjutnya: Sarana-sarana untuk Meraih Kemenangan yang Hakiki (3)
===
Maraji'/ sumber:
Kitab: Majaalisu Syahru Ramadhaan, Penulis: Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin rahimahullaah, Penerbit: Daruts Tsurayya lin Nasyr - Riyadh, Cetakan I, 1422 H/ 2002 M, Judul terjemahan: Kajian Ramadhan, Penerjemah: Salafuddin Abu Sayyid, Penerbit: al-Qowam - Solo, Cetakan V, 2012 M.
===
Ary Ambary Ahmad Abu Sahla al-Bantani
Sent from my BlackBerry® PIN 269C8299
powered by Sinyal Kuat INDOSAT