Skip to main content

Perang Badar (3) | Kajian Ramadhan

Majaalisu Syahru Ramadhaan.

Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin rahimahullaah.

Kajian Ramadhan.

Kajian Kedelapan Belas.

Perang Badar (3).

Kaum muslimin seluruhnya memohon pertolongan dan perlindungan kepada Allah, dan akhirnya Allah pun mengabulkan permintaan mereka. "(Ingatlah), ketika Rabbmu mewahyukan kepada para Malaikat: 'Sesungguhnya Aku bersama kamu, maka teguhkanlah (pendirian) orang-orang yang telah beriman.' Kelak akan Aku jatuhkan rasa takut ke dalam hati orang-orang kafir, maka penggallah kepala mereka dan pancunglah tiap-tiap ujung jari mereka. (Ketentuan) yang demikian itu adalah karena sesungguhnya mereka menentang Allah dan Rasul-Nya, dan barangsiapa menentang Allah dan Rasul-Nya, maka sesungguhnya Allah amat keras siksaan-Nya. Itulah (hukum dunia yang ditimpakan atasmu), maka rasakanlah hukuman itu. Sesungguhnya bagi orang-orang yang kafir itu ada (lagi) adzab Neraka." (Qur'an Surat al-Anfal (8): ayat 12-14)

Selanjutnya kedua pasukan pun bertempur, dan perang pun berkecamuk dengan sengitnya. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam berada dalam anjang-anjang ditemani oleh Abu Bakar dan Sa'd bin Muadz yang menjaga beliau. Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam terus saja bermunajat kepada Rabbnya, serta meminta tolong dan perlindungan kepada-Nya. Beliau Shallallaahu 'alaihi wa Sallam tertidur sejenak lalu keluar dan bersabda: "Golongan itu pasti akan dikalahkan dan mereka akan mundur terbirit-birit ke belakang." (Qur'an Surat al-Qamar (54): ayat 45)

Beliau Shallallaahu 'alaihi wa Sallam kemudian menggerakkan para shahabat radhiyallaahu 'anhum untuk berperang dengan bersabda: "Demi Dzat yang menguasai jiwa Muhammad, tiada seorang pun yang berperang pada hari ini melawan musuh kemudian ia meninggal dalam keadaan tabah mengharapkan keridhaan Allah dalam keadaan terus maju pantang mundur, maka ia pasti akan dimasukkan oleh Allah ke dalam Surga."

Umair bin Hammam al-Anshari berdiri, sedangkan ia masih memegang beberapa biji kurma yang ia makan, lalu ia berkata: "Ya Rasulullah, Surga yang seluas langit dan bumi?" Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Ya." Dia berkata: "Indah sekali, indah sekali, ya Rasulullah. Aku ingin segera masuk ke dalam Surga sekalipun aku harus terbunuh oleh mereka. Jika aku hidup untuk menghabiskan kurma-kurma ini, maka ini sungguh terlalu lama." Lalu ia pun membuang kurma dari tangannya dan kemudian berperang di medan laga dan akhirnya terbunuh sebagai syahid.

Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mengambil segenggam debu atau batu-batu kecil yang kemudian beliau Shallallaahu 'alaihi wa Sallam lemparkan kepada musuh sehingga mengenai mata mereka, dan akhirnya mereka sibuk mengucek mata sebagai satu di antara tanda-tanda kekuasaan Allah Subhaanahu wa Ta'aala. Akhirnya pasukan kaum musyrikin menjadi porak poranda dan lari terbirit-birit ke belakang. Kaum muslimin tinggal membuntuti mereka sambil membunuh atau menawan mereka. Dalam pengejaran ini mereka berhasil membunuh tujuh puluh orang musuh dan menawan tujuh puluh orang (selain yang mati dalam pertempuran). Empat belas orang di antaranya yang terdiri dari para pembesar Quraisy dimasukkan ke dalam sumur Badar, termasuk Abu Jahal, Syaibah bin Rabi'ah dan saudaranya yang bernama Uthbah dan putera Uthbah yang bernama Walid bin Uthbah.

Dalam kitab Shahih al-Bukhari disebutkan riwayat dari Abdullah bin Mas'ud radhiyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menghadap ke arah kiblat untuk mendo'akan kehancuran bagi mereka berempat dengan bersabda: "Aku bersaksi kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala, aku telah melihat mereka bergelimpangan dan wajah mereka menjadi berubah disengat oleh terik matahari." Pada saat itu hari memang sangat panas.

Dalam riwayat lain dari Abu Thalhah radhiyallaahu 'anhu disebutkan bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pada peristiwa perang Badar menyuruh empat belas mayat pentolan kaum Quraisy agar dimasukkan ke dalam sebuah sumur Badar yang kotor.

Biasanya, jika beliau Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menang dalam peperangan melawan musuh maka beliau Shallallaahu 'alaihi wa Sallam tinggal di tanah lapang selama tiga hari. Dan ketika pada peristiwa perang Badar di hari yang ketiga, beliau Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menyuruh hewan tunggangan beliau agar berjalan, kemudian beliau Shallallaahu 'alaihi wa Sallam berjalan di belakang dan diikuti pula oleh para shahabat beliau sampai akhirnya sampai di pinggiran sumur tempat menguburkan mereka itu, beliau Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mulai memanggil satu persatu dari nama-nama mereka dan bapak-bapak mereka dengan mengatakan: "Wahai Uthbah bin Rabi'ah, wahai Syaibah bin Rabi'ah, wahai Umayah bin Khalaf, wahai Abu Jahal bin Hisyam, apakah kalian menjadi bahagia karena tidak mau taat kepada Allah dan Rasul-Nya?! Sesungguhnya kami telah mendapatkan apa yang dijanjikan oleh Allah kepada kami benar-benar terwujud. Maka apakah kalian juga telah mendapatkan apa yang dijanjikan oleh Allah kepada kalian benar-benar telah terbukti juga?!"

Umar radhiyallaahu 'anhu menyahut: "Ya Rasulullah, mengapa engkau mengajak bicara jasad-jasad yang tidak bernyawa lagi?"

Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Demi Dzat yang menguasai jiwa Muhammad, kamu tidaklah lebih mendengar apa yang aku katakan ini daripada mereka."

Baca selanjutnya: Perang Badar (4)

===

Maraji'/ sumber:
Kitab: Majaalisu Syahru Ramadhaan, Penulis: Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin rahimahullaah, Penerbit: Daruts Tsurayya lin Nasyr - Riyadh, Cetakan I, 1422 H/ 2002 M, Judul terjemahan: Kajian Ramadhan, Penerjemah: Salafuddin Abu Sayyid, Penerbit: al-Qowam - Solo, Cetakan V, 2012 M.

===

Ary Ambary Ahmad Abu Sahla al-Bantani
Sent from my BlackBerry® PIN 269C8299
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Popular posts from this blog