Skip to main content

Shahih Tafsir Ibnu Katsir: Surat al-Faatihah (0/7)

Shahih Tafsir Ibnu Katsir

Surat al-Faatihah (0/7)

Isti'aadzah sebelum membaca al-Qur-an

Makna firman Allah Subhaanahu wa Ta'aala:

"Apabila kamu membaca al-Qur-an, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk." (QS. An-Nahl: 98)

Yakni jika engkau hendak membaca, (maka sebelumnya bacalah isti'aadzah (a'uudzu billaahi minasy syaithaanir rajiim)) sebagaimana firman Allah Subhaanahu wa Ta'aala: "Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah wajah dan tanganmu." (QS. Al-Maa-idah: 6)

Yakni, jika engkau hendak mengerjakan shalat, (maka berwudhu'lah terlebih dahulu).

Hal ini juga berdasarkan hadits-hadits Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam:

Imam Ahmad bin Hanbal rahimahullaah meriwayatkan sebuah hadits dari Abu Sa'id al-Khudri radhiyallaahu 'anhu, ia berkata: "Apabila Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam hendak mengerjakan shalat malam, maka beliau membuka shalatnya dengan bertakbir seraya mengucapkan:

سُبْحَانَكَ اللَّهُمَّ وَبِحَمْدِكَ وَتَبَرَكَ اسْمُكَ وَتَعَالَى جَدُّكَ وَلَا إِلَهَ غَيْرُكَ

Sub-haanakallaahumma wa bihamdika wa tabarakasmuka wa ta'aala jadduka wa laa ilaaha ghairuka
'Mahasuci Engkau ya Allah, dan segala puji bagi-Mu. Mahaagung Nama-Mu dan Mahatinggi kemuliaan-Mu. Tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Engkau.'

Kemudian beliau Shallallaahu 'alaihi wa Sallam membaca:

لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ

Laa ilaaha illallaah
Tidak ada ilah yang berhak diibadahi dengan benar kecuali Allah.
Sebanyak tiga kali.

Setelah itu beliau Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mengucapkan:

أَعُوْذُ بِاللَّهِ السَّمِيْعِ الْعَلِيْمِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ مِنْ هَمْزِهِ وَنَفْخِهِ وَنَفْثِهِ

A'uu-dzu billaahis samii'il 'aliimi minasy syai-thaanir rajiimi min hamzihi wa naf-khihi wa naf-tsihi
'Aku berlindung kepada Allah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui dari syaitan yang terkutuk, dari godaan, tiupan dan hembusannya.'"

Hadits ini juga diriwayatkan oleh para penulis kitab Sunan yang empat. At-Tirmidzi mengatakan bahwa hadits ini adalah hadits paling masyhur dalam masalah ini. (18)

Kata al-hamz juga ditafsirkan dengan cekikan (yang menyebabkan kematian), an-nafkh adalah kesombongan dan an-nafts adalah sya'ir. Sebagaimana diriwayatkan oleh Abu Dawud dan Ibnu Majah dari Jubair bin Muth'im dari ayahnya, ia berkata: "Aku melihat Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam ketika mulai mengerjakan shalat, beliau mengucapkan:

اَللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا -ثَلَاثًا-, اَلْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيْرًا -ثَلَاثًا-, سُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلًا -ثَلَاثًا-, اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ مِنْ هَمْزِهِ وَنَفْخِهِ وَنَفْثِهِ

'Allaahu Akbaru kabiiraa (Allah Mahabesar)' sebanyak tiga kali, 'al-Hamdulillaahi ka-tsiiraa (segala puji bagi Allah dengan pujian yang banyak)' sebanyak tiga kali, 'Sub-haanallaahi bukratan wa a-shiilaa (Mahasuci Allah di waktu pagi dan petang) sebanyak tiga kali. (Lalu beliau Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mengucapkan:) 'Allaahumma innii a'uu-dzu bika minasy syai-thaanir rajiim min hamzihi wa naf-khihi wa naf-tsihi (Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari gangguan syaitan yang terkutuk, dari godaan, tiupan dan hembusannya).'"

'Amr berkata: "Makna al-hamz adalah cekikan (yang menyebabkan kematian), an-nafkh adalah kesombongan dan an-nafts adalah sya'ir." (19)

Ibnu Majah meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami 'Ali bin al-Mundzir, telah menceritakan kepada kami Ibnu Fudhail, telah menceritakan kepada kami 'Atha' bin as-Sa-ib dari Abu 'Abdirrahman as-Sulami dari Ibnu Mas'ud radhiyallaahu 'anhu dari Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, beliau bersabda:

اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوْذُ بِكَ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ مِنْ هَمْزِهِ وَنَفْخِهِ وَنَفْثِهِ

Allaahumma innii a'uu-dzu bika minasy syai-thaanir rajiimi min hamzihi wa naf-khihi wa naf-tsihi
"Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari (gangguan) syaitan yang terkutuk, serta godaan, tiupan dan hembusannya."

Ibnu Majah berkata, "Al-hamz adalah cekikan (yang menyebabkan kematian), an-nafkh adalah kesombongan dan an-nafts adalah sya'ir." (20)

Bersambung...

===

(18) Ahmad 3/69, Abu Dawud 1/490, dan Tuhfatul Ahwadzi 2/47, an-Nasa-i 2/132 dan Ibnu Majah 1/264. Shahih: Abu Dawud no. 775, at-Tirmidzi no. 242, an-Nasa-i no. 900, Ibnu Majah no. 804. Dishahihkan oleh Syaikh al-Albani dalam kitabnya Shahiih Sunan Abi Dawud no. 701.

(19) Abu Dawud 1/486 dan Ibnu Majah 1/265. Dha'if: Abu Dawud no. 764, Ibnu Majah no. 806. Lihat al-Irwaa' 2/54.

(20) Ibnu Majah 1/264. Shahih: Ibnu Majah no. 808. Lihat kitab al-Irwaa' 2/55.

===

Maraji'/ sumber:
Kitab: al-Mishbaahul Muniiru fii Tahdziibi Tafsiiri Ibnu Katsiir, Penyusun: Tim Ahli Tafsir di bawah pengawasan Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, Penerbit: Daarus Salaam lin Nasyr wat Tauzi', Riyadh - Kerajaan Saudi Arabia, Cetakan terbaru yang telah direvisi dan disempurnakan, April 2000 M/ Muharram 1421 H, Judul terjemahan: Shahih Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1, Penerjemah: Abu Ihsan al-Atsari, Penerbit: Pustaka Ibnu Katsir, Jakarta - Indonesia, Jumadal Awwal 1436 H/ Maret 2015 M.

===

Layanan GRATIS Konsultasi, Estimasi Biaya, dan Survei Lokasi: Rangka Baja Ringan, Genteng Metal & Plafon Gypsum
http://www.bajaringantangerang.com

===

Ary Ambary Ahmad Abu Sahla al-Bantani
Sent from my BlackBerry® PIN 269C8299
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Popular posts from this blog