Skip to main content

Shahih Tafsir Ibnu Katsir: Surat al-Faatihah (1/7)

Shahih Tafsir Ibnu Katsir

Surat al-Faatihah (1/7)

Mereka mengatakan: "Ini menunjukkan bahwa Nama ar-Rahmaan, lebih mengandung rahmat karena keumumannya di dua negeri (dunia dan akhirat) dan untuk seluruh makhluk-Nya. Adapun ar-Rahiim dikhususkan bagi orang-orang yang beriman. Akan tetapi disebutkan dalam sebuah do'a Rasulullah: "Rahmaan (Pengasih) di dunia dan akhirat dan Rahiim (Penyayang) pada keduanya." (Dalam do'a ini Rahmaan dan Rahiim meliputi dunia dan akhirat, -pent).

Nama ar-Rahmaan khusus bagi Allah dan tidak boleh diberikan kepada selain-Nya. Sebagaimana firman Allah Subhaanahu wa Ta'aala:

"Katakanlah: 'Serulah Allah atau serulah ar-Rahmaan. Dengan Nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al-Asmaa-ul Husna (Nama-nama yang terbaik)." (QS. Al-Israa': 110)

Dan juga firman-Nya:

"Dan tanyakanlah kepada Rasul-rasul Kami yang telah Kami utus sebelummu: 'Adakah Kami menentukan ilah-ilah untuk diibadahi selain Allah Yang Maha Pemurah?" (QS. Az-Zukhruf: 45)

Oleh karena itu ketika Musailamah al-Kadzdzab dengan kesombongannya menamakan dirinya dengan Rahmaanul Yamamah, maka Allah memakaikan kepadanya pakaian kebohongan (al-Kadzdzab), sehingga dia terkenal dengannya. Dia tidak dipanggil melainkan dengan sebutan Musailamah al-Kadzdzab (Musailamah si pendusta). Maka jadilah ia perlambang kebohongan bagi penduduk kota maupun penduduk desa dari kalangan Arab badui.

Oleh karena itulah didahulukan Nama Allah yang tidak bisa dipakai oleh selain-Nya. Dan menyifatkan Allah terlebih dahulu dengan sifat ar-Rahmaan yang tidak boleh disandang oleh selain-Nya, sebagaimana Allah Ta'ala berfirman:

"Katakanlah: 'Serulah Allah atau serulah ar-Rahmaan. Dengan Nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al-Asmaa-ul Husna (Nama-nama yang terbaik)." (QS. Al-Israa': 110)

Musailamah telah menyombongkan diri dan menamakan dirinya dengan nama ini (Rahmaan). Dan tidak ada yang mengikutinya dalam hal ini kecuali orang yang bersamanya dalam kesesatan.

Adapun ar-Rahiim, Allah Subhaanahu wa Ta'aala telah menyifatkan selain diri-Nya dengan nama ini. Dia berfirman:

"Sesungguhnya telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin." (QS. At-Taubah: 128)

Sebagaimana Allah telah menyifatkan selain diri-Nya dengan Nama-Nya yang lain. Sebagaimana firman-Nya:

"Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari setetes mani yang bercampur yang Kami hendak mengujinya (dengan perintah dan larangan), karena itu Kami jadikan dia mendengar dan melihat." (QS. Al-Insaan: 2)

Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa di antara Nama-nama Allah ada yang boleh diberikan kepada selain diri-Nya, dan ada juga yang tidak boleh diberikan kepada selain-Nya, seperti nama ar-Rahmaan, al-Khaaliq, ar-Razzaaq dan lain sebagainya.

Oleh karena itulah, Dia memulai dengan Nama-Nya (yang paling terkenal), yaitu Allah dan kemudian menyifati-Nya dengan ar-Rahmaan, karena ar-Rahmaan lebih khusus dan lebih dikenal daripada ar-Rahiim. Nama yang disebut lebih dulu adalah nama yang paling mulia, oleh karena itu Dia memulai dengan menyebut Nama-Nya yang lebih khusus, dan seterusnya.

Telah disebutkan dalam hadits Ummu Salamah radhiyallaahu 'anha bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam biasa memutus bacaan beliau huruf demi huruf (ayat demi ayat): Bismillaahir Rahmaanir Rahiim. Al-Hamdulillaahi Rabbil 'aalamiin. Ar-Rahmaanir Rahiim. Maaliki yaumid diin.

Maka sebagian ulama pun membacanya demikian. Tetapi di antara mereka ada pula yang menyambung bismillaahir Rahmaanir Rahiim dengan ayat al-Hamdulillaahi Rabbil 'aalamiin.

Bersambung...

===

Maraji'/ sumber:
Kitab: al-Mishbaahul Muniiru fii Tahdziibi Tafsiiri Ibnu Katsiir, Penyusun: Tim Ahli Tafsir di bawah pengawasan Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, Penerbit: Daarus Salaam lin Nasyr wat Tauzi', Riyadh - Kerajaan Saudi Arabia, Cetakan terbaru yang telah direvisi dan disempurnakan, April 2000 M/ Muharram 1421 H, Judul terjemahan: Shahih Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1, Penerjemah: Abu Ihsan al-Atsari, Penerbit: Pustaka Ibnu Katsir, Jakarta - Indonesia, Jumadal Awwal 1436 H/ Maret 2015 M.

===

Layanan GRATIS Konsultasi, Estimasi Biaya, dan Survei Lokasi: Rangka Baja Ringan, Genteng Metal & Plafon Gypsum
http://www.bajaringantangerang.com

===

Ary Ambary Ahmad Abu Sahla al-Bantani
Sent from my BlackBerry® PIN 269C8299
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Popular posts from this blog