Skip to main content

Shahih Tafsir Ibnu Katsir: Surat al-Faatihah (3-4)

Shahih Tafsir Ibnu Katsir

Surat al-Faatihah (3-4)

Al-Faatihah, Ayat 3

Firman Allah Subhaanahu wa Ta'aala:

"Ar-Rahmaanir Rahiim."
Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (QS. 1: 3)

Telah dijelaskan pada pembahasan basmalah, sehingga tidak perlu diulang kembali. Al-Qurthubi berkata: "Allah menyifati diri-Nya dengan ar-Rahmaan dan ar-Rahiim setelah Rabbul 'aalamiin, untuk menyertai anjuran (targhiib) setelah peringatan (tarhiib). Sebagaimana firman Allah Subhaanahu wa Ta'aala:

"Kabarkan kepada hamba-hamba-Ku, bahwa sesungguhnya Akulah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. Dan bahwa sesungguhnya adzab-Ku adalah adzab yang sangat pedih." (QS. Al-Hijr: 49-50)

Dan juga firman-Nya:

"Sesungguhnya Rabbmu amat cepat siksaan-Nya, dan sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS. Al-An'aam: 165) (54)

Selanjutnya al-Qurthubi mengatakan: "Ar-Rabb merupakan peringatan, sedangkan ar-Rahmaan dan ar-Rahiim merupakan anjuran."

Dalam Shahiih Muslim disebutkan sebuah hadits yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallaahu 'anhu, ia berkata: "Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:

"Seandainya seorang mukmin mengetahui siksaan yang ada di sisi Allah, niscaya tidak ada seorang pun yang bersemangat untuk meraih Surga-Nya. Dan seandainya orang kafir mengetahui rahmat yang ada di sisi Allah, niscaya tidak ada seorang pun yang berputus asa dari rahmat-Nya." (55)

Al-Faatihah, Ayat 4

"Maaliki yaumid diin."
Yang menguasai hari pembalasan. (QS. 1: 4)

Makna Pengkhususan al-Maalik (Penguasa) pada Hari Pembalasan

Pengkhususan kekuasaan pada hari Pembalasan tidaklah menafikan kekuasaan Allah atas kerajaan lainnya (kerajaan di dunia). Karena telah disampaikan sebelumnya bahwa Di adalah Rabb semesta alam. Dan kekuasaan-Nya itu umum, baik di dunia maupun di akhirat. Disandarkannya (al-Maalik) kepada kalimat yaumid diin (hari Pembalasan), karena pada hari itu tidak ada seorang pun yang dapat mengaku-aku sesuatu dan tidak juga dapat berbicara kecuali dengan izin Allah. Sebagaimana firman Allah Subhaanahu wa Ta'aala:

"Pada hari ketika ruh dan para Malaikat berdiri bershaff-shaff, mereka tidak berkata-kata, kecuali siapa yang diberi izin kepadanya oleh Rabb Yang Maha Pemurah, dan ia mengucapkan kata yang benar." (QS. An-Naba': 38)

Dan Allah berfirman:

"Dan merendahlah semua suara kepada Yang Maha Pemurah, maka kamu tidak mendengar kecuali bisikan saja." (QS. Thaahaa: 108)

Dia juga berfirman:

"Di kala datang hari itu, tidak ada seorang pun yang berbicara, melainkan dengan izin-Nya, maka di antara mereka ada yang celaka dan ada yang berbahagia." (QS. Huud: 105)

Adh-Dhahhak meriwayatkan dari Ibnu 'Abbas radhiyallaahu 'anhuma tentang Maaliki yaumid diin, ia berkata: "Pada hari itu hukum hanyalah milik Allah, tidak seperti ketika mereka hidup di dunia."

Bersambung...

===

(54) Al-Qurthubi 1/139.

(55) Muslim 4/2109. Muslim no. 2755(23), at-Tirmidzi no. 3542, Ahmad no. 8396, 9153, 10285 dan lihat Shahiih at-Targhiib no. 3379.

===

Maraji'/ sumber:
Kitab: al-Mishbaahul Muniiru fii Tahdziibi Tafsiiri Ibnu Katsiir, Penyusun: Tim Ahli Tafsir di bawah pengawasan Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, Penerbit: Daarus Salaam lin Nasyr wat Tauzi', Riyadh - Kerajaan Saudi Arabia, Cetakan terbaru yang telah direvisi dan disempurnakan, April 2000 M/ Muharram 1421 H, Judul terjemahan: Shahih Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1, Penerjemah: Abu Ihsan al-Atsari, Penerbit: Pustaka Ibnu Katsir, Jakarta - Indonesia, Jumadal Awwal 1436 H/ Maret 2015 M.

===

Layanan GRATIS Konsultasi, Estimasi Biaya, dan Survei Lokasi: Rangka Baja Ringan, Genteng Metal & Plafon Gypsum
http://www.bajaringantangerang.com

===

Ary Ambary Ahmad Abu Sahla al-Bantani
Sent from my BlackBerry® PIN 269C8299
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Popular posts from this blog