Skip to main content

Jenis Tilawatul Qur-an yang Kedua (3) | Kajian Ramadhan

Majaalisu Syahru Ramadhaan.

Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin rahimahullaah.

Kajian Ramadhan.

Kajian Keduabelas.

Jenis Tilawatul Qur-an yang Kedua (3).

Dalam kitab Shahih Muslim disebutkan riwayat dari Malik al-Asy'ari radhiyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:

"Al-Qur-an itu merupakan bukti yang menguntungkanmu dan sekaligus (bisa juga) yang memberatkanmu."

Ibnu Mas'ud radhiyallaahu 'anhu berkata: "Al-Qur-an itu adalah perantara yang bisa membantu. Siapa yang menjadikan al-Qur-an di depannya, maka al-Qur-an akan menggiringnya menuju Surga, dan siapa yang menjadikan al-Qur-an di belakangnya, maka al-Qur-an akan menggiring menuju Neraka." (30)

Sungguh kasihan orang mempunyai musuh al-Qur-an. Bagaimana engkau bisa berharap syafa'at dari orang yang menjadikanmu sebagai musuhmu?! Sungguh celaka orang yang penolongnya adalah para musuhnya sendiri pada hari ketika komoditi memberikan laba (hari akhirat, -ed).

Saudara sekalian, ini adalah kitab Allah yang dibacakan dan didengar di tengah-tengah kalian. Yaitu al-Qur-an. Kalau saja ia diturunkan kepada gunung, maka akan engkau lihat bahwa gunung itu ketakutan dan terpecah. Namun demikian, masih juga tidak ada telinga yang mendengar, tidak ada mata yang berlinang, tidak ada hati yang takut, dan tidak ada pelaksanaan kandungan al-Qur-an sehingga ia bisa diharap menjadi syafa'at. Hati telah kosong dari ketakwaan, dan kegelapan dosa terus menumpuk sehingga ia tidak lagi bisa melihat dan mendengar. Betapa banyak ayat-ayat suci al-Qur-an yang telah dibacakan kepada kita, namun hati kita ternyata seperti batu atau bahkan lebih keras lagi. Berapa kali Ramadhan mendatangi kita, namun keberadaan kita masih saja seperti orang-orang yang sengsara. Kenapa kita tidak segera mengikuti orang yang jika mendengar seruan Allah langsung menyambutnya, dan ketika dibacakan ayat-ayat-Nya maka hati mereka menjadi gemetar. Mereka itulah orang-orang yang diberi nikmat oleh Allah, dan mereka mengenal hak Allah dan memilih jalan yang benar.

Ibnu Mas'ud radhiyallaahu 'anhu berkata: Seyogianya pembaca al-Qur-an itu dikenal dengan shalat malamnya ketika orang lain tidur lelap, dikenal dengan siangnya (dengan berpuasa) ketika orang lain tidak puasa, dikenal dengan tangisnya ketika orang lain tertawa, dikenal dengan sifat wara'nya (menjauhkan diri dari segala yang syubhat, kotor dan haram) ketika orang lain tak begitu peduli akan hal itu, dikenal dengan diamnya ketika orang lain mengumbar pembicaraan, dikenal dengan kekhusyuannya ketika orang lain bersifat angkuh, dan dikenal dengan kesedihannya ketika orang lain riang gembira.

Baca selanjutnya: Jenis Tilawatul Qur-an yang Kedua (4)

===

(30) Ada pula riwayat yang marfu' dari Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam.

==

Maraji'/ sumber:
Kitab: Majaalisu Syahru Ramadhaan, Penulis: Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin rahimahullaah, Penerbit: Daruts Tsurayya lin Nasyr - Riyadh, Cetakan I, 1422 H/ 2002 M, Judul terjemahan: Kajian Ramadhan, Penerjemah: Salafuddin Abu Sayyid, Penerbit: al-Qowam - Solo, Cetakan V, 2012 M.

===

Ary Ambary Ahmad Abu Sahla al-Bantani
Sent from my BlackBerry® PIN 269C8299
powered by Sinyal Kuat INDOSAT