Skip to main content

Jenis Tilawatul Qur-an yang Kedua | Kajian Ramadhan

Majaalisu Syahru Ramadhaan.

Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin rahimahullaah.

Kajian Ramadhan.

Kajian Keduabelas.

Jenis Tilawatul Qur-an yang Kedua.

Segala puji bagi Allah, Pemberi pahala yang sangat besar kepada siapa saja yang mematuhinya dan mengharap pahala dari-Nya. Sebaliknya, ia sangat keras siksa-Nya kepada siapa saja yang berpaling dari mengingat-Nya dan mendurhakai-Nya. Allah memilih siapa saja yang dikehendaki oleh-Nya untuk diberi karunia, dan kemudian didekatkan dengan-Nya serta menjauhkan dari-Nya siapa saja yang dikehendaki dengan keadilan-Nya dengan memberikan keleluasaan kepada arah yang dikehendaki-Nya. Allah menurunkan al-Qur-an sebagai rahmat bagi semesta alam dan sebagai rambu bagi orang-orang yang menempuh perjalanan. Maka barangsiapa yang berpegang dengannya akan meraih keinginannya. Barangsiapa melanggar batasan-batasan-Nya dan menghilangkan hak-hak-Nya, maka ia akan mengalami kerugian dunia dan akhirat.

Aku memuji Allah atas anugerah kemurahan dan pemberian yang dilimpahkan oleh-Nya kepada kita, dan aku berterima kasih kepada-Nya atas nikmat-nikmat agama dan dunia. Betapa layak orang yang bersyukur itu mendapatkan tambahan dari-Nya.

Aku bersaksi bahwa tidak ada sembahan yang benar kecuali Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya, yang sempurna sifat-sifat-Nya dan yang terjaga dari keserupaan dengan makhluk.

Aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya yang dipilih oleh Allah atas manusia lainnya. Semoga Allah mencurahkan rahmat dan kedamaian kepada beliau, keluarga beliau, serta para shahabat dan siapa yang mereka dengan berbuat baik sepanjang zaman.

Pada bagian kelima kita telah bicarakan bahwa membaca al-Qur-an (tilawatul Qur-an) itu terbagi menjadi dua macam; membaca lafal-lafalnya, yang telah kita bicarakan di depan, dan yang kedua adalah membaca hukumnya dengan membenarkan segala berita yang disampaikan oleh Allah Subhaanahu wa Ta'aala dan mengikuti hukum-hukumnya, dalam rangka melaksanakan segala yang diperintahkan dan menjauhi segala yang dilarang.

Jenis yang kedua ini merupakan tujuan terbesar dari diturunkannya al-Qur-an, sebagaimana difirmankan oleh Allah Subhaanahu wa Ta'aala: "Ini adalah sebuah kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayatnya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran." (Qur-an Surat Shad (38): ayat 29)

Oleh karena itu Salafush Shalih membuat tingkatan dalam masalah ini, yaitu: mereka mempelajari al-Qur-an, membenarkannya, dan menerapkan hukum-hukumnya secara nyata dengan didasari oleh aqidah yang mantap dan keyakinan yang kuat.

Abu 'Abdurrahman as-Sulami radhiyallaahu 'anhu berkata: Orang-orang yang mengajarkan al-Qur-an kepada kami, yaitu 'Utsman bin Affan, 'Abdullah bin Mas'ud dan selainnya, menceritakan kepada kami bahwa jika mereka mempelajari al-Qur-an dari Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam sepuluh ayat, maka mereka tidak mau menambahnya sehingga mereka benar-benar mempelajarinya dengan baik, memahami kandungannya, serta mengamalkannya. Mereka berkata: "Kami mempelajari al-Qur-an, memahami dan mengamalkannya secara bersamaan." Bentuk 'membaca' al-Qur-an seperti inilah yang menjadi kunci kebahagiaan maupun kesengsaraan.

Baca selanjutnya: Jenis Tilawatul Qur-an yang Kedua (2)

===

Maraji'/ sumber:
Kitab: Majaalisu Syahru Ramadhaan, Penulis: Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin rahimahullaah, Penerbit: Daruts Tsurayya lin Nasyr - Riyadh, Cetakan I, 1422 H/ 2002 M, Judul terjemahan: Kajian Ramadhan, Penerjemah: Salafuddin Abu Sayyid, Penerbit: al-Qowam - Solo, Cetakan V, 2012 M.

===

Ary Ambary Ahmad Abu Sahla al-Bantani
Sent from my BlackBerry® PIN 269C8299
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Popular posts from this blog