Skip to main content

Perang Penaklukan Kota Mekkah (Fathu Makkah) (2) | Kajian Ramadhan

Majaalisu Syahru Ramadhaan.

Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin rahimahullaah.

Kajian Ramadhan.

Kajian Kesembilan Belas.

Perang Penaklukan Kota Mekkah (Fathu Makkah) (2).

Orang Quraisy pada akhirnya menyesal, merasa bersalah dan menyadari bahwa dengan tindakan tersebut, mereka berarti telah menggugurkan perjanjian. Selanjutnya mereka mengirimkan pemimpin mereka, Abu Sufyan, untuk menemui Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam guna mengikat dan mengencangkan kembali tali perjanjian dan menambah masa berlakunya perjanjian itu. Ia pun berbicara mengenai hal itu kepada Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, namun beliau tidak mau memberi jawaban. Selanjutnya ia berbicara kepada Abu Bakar dan 'Umar radhiyallaahu 'anhum agar sudi membantu menyampaikan maksudnya ini ke hadapan Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, namun hal ini tidak membawa hasil. Selanjutnya ia berbicara kepada 'Ali bin Abi Thalib radhiyallaahu 'anhu, dan masih juga tidak membawa hasil. Ia berkata kepada 'Ali: "Bagaimana pendapatmu, wahai Abul Hasan?"

'Ali menjawab: "Sungguh aku tidak tahu apa yang kiranya akan berguna buatmu. Akan tetapi engkau adalah pemimpin Bani Kinanah. Cobalah minta perlindungan kepada orang-orang."

Abu Sufyan bertanya: "Apakah menurutmu, itu berguna bagiku?"

'Ali menjawab: "Tidak, demi Allah! Tapi, aku tidak bisa mengusulkan kepadamu selain itu."

Abu Sufyan pun melakukan usulan itu, kemudian kembali ke Mekkah. Setibanya di sana, orang-orang Quraisy bertanya: "Bagaimana hasil yang engkau peroleh?"

Abu Sufyan menjawab: "Aku sudah menemui Muhammad, dan aku pun sudah mengatakan maksud kedatanganku. Namun ternyata ia tidak memberi jawaban sama sekali. Selanjutnya aku menemui anak Abu Quhafah (Abu Bakar) dan anak al-Khaththab ('Umar), namun aku tidak juga mendapatkan jalan baik. Berikutnya aku temui 'Ali, tapi ia menyarankan aku agar meminta bantuan kepada orang-orang."

Orang-orang Quraisy bertanya: "Lalu apakah kemudian Muhammad memberikan persetujuan kepadamu?"

Abu Sufyan menjawab: "Tidak."

Mereka kemudian berkata: "Sial kau, apa yang disarankan oleh 'Ali kepadamu itu tidak lain hanya mempermainkanmu!"

Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam sendiri justru memerintahkan para shahabat radhiyallaahu 'anhum agar menyiagakan diri untuk berperang serta memberitahukan kepada para shahabat mengenai apa yang diinginkan oleh beliau Shallallaahu 'alaihi wa Sallam. Beliau juga meminta agar kabilah-kabilah yang ada di sekitar beliau Shallallaahu 'alaihi wa Sallam turut serta dalam ekspedisi ini. Beliau Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Ya Allah, jangan sampai kaum Quraisy mengetahui dan melihat rencana ini sehingga kami bisa menyerbu mereka secara tiba-tiba di negeri mereka."

Selanjutnya Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam keluar dari kota Madinah dengan mengerahkan sekitar sepuluh ribu pasukan. Beliau Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menyerahkan urusan kota Madinah kepada 'Abdullah bin Ummi Maktum. Di tengah perjalanan, tepatnya di Juhfah, beliau Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bertemu dengan paman beliau, 'Abbas dengan membawa keluarga dan kerabatnya dalam rangka hijrah menuju Madinah untuk menyatakan keislamannya. Sedangkan di sebuah tempat yang bernama Abwa, beliau Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bertemu dengan anak paman beliau, yaitu Abu Sufyan bin Harits bin 'Abdul Muthalib (bukan Abu Sufyan bin Harb), dan juga anak bibi beliau, 'Abdullah bin Abi Umayah. Keduanya dahulu adalah orang yang sangat keras di dalam memusuhi Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam. Namun keduanya kemudian masuk Islam dan Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pun menerima keduanya. Tentang Abu Sufyan ini, beliau Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda: "Aku harap kiranya ia bisa menjadi pengganti dari Hamzah."

Baca selanjutnya: Perang Penaklukan Kota Mekkah (Fathu Makkah) (3)

===

Maraji'/ sumber:
Kitab: Majaalisu Syahru Ramadhaan, Penulis: Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin rahimahullaah, Penerbit: Daruts Tsurayya lin Nasyr - Riyadh, Cetakan I, 1422 H/ 2002 M, Judul terjemahan: Kajian Ramadhan, Penerjemah: Salafuddin Abu Sayyid, Penerbit: al-Qowam - Solo, Cetakan V, 2012 M.

===

Ary Ambary Ahmad Abu Sahla al-Bantani
Sent from my BlackBerry® PIN 269C8299
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Popular posts from this blog