Skip to main content

Perang Penaklukan Kota Mekkah (Fathu Makkah) (3) | Kajian Ramadhan

Majaalisu Syahru Ramadhaan.

Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin rahimahullaah.

Kajian Ramadhan.

Kajian Kesembilan Belas.

Perang Penaklukan Kota Mekkah (Fathu Makkah) (3).

Ketika sampai di sebuah tempat yang bernama Marr azh-Zhahran, dekat Mekkah, beliau Shallallaahu 'alaihi wa Sallam memerintahkan pasukan agar menyalakan sepuluh ribu obor. Beliau Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menyuruh 'Umar bin al-Khaththab radhiyallaahu 'anhu untuk memimpin penjagaan, sementar itu 'Abbas radhiyallaahu 'anhu mengendarai bagal (40) Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam untuk mencari seseorang agar menyampaikan berita kepada Quraisy agar mereka keluar menemui Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dan meminta perlindungan dan jaminan keamanan dari beliau Shallallaahu 'alaihi wa Sallam sehingga tidak terjadi pertempuran di Mekkah, negeri yang aman itu. Ketika dalam perjalanan, 'Abbas mendengar percakapan antara Abu Sufyan bin Harb dengan Budail bin Warqa. Abu Sufyan berkata kepadanya: "Aku sama sekali belum pernah melihat api seperti malam ini."

Budail berkata: "Itu adalah pasukan Khuza'ah."

Abu Sufyan menyangkal: "Khuza'ah jauh lebih sedikit dan lebih rendah dari itu."

'Abbas tahu betul itu suara Abu Sufyan. 'Abbas pun memanggil Abu Sufyan, lalu Abu Sufyan berkata: "Ada apa denganmu, Abu Fadhl?"

'Abbas berkata: "Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam sedang berada di tengah-tengah kerumunan orng itu."

"Lalu apa yang harus aku lakukan?," tanya Abu Sufyan. "Naiklah bagal bersamaku. Aku akan membawamu ke hadapan Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dan aku akan memintakan jaminan keamanan buatmu dari beliau," kat 'Abbas.

'Abbas kemudian membawanya ke hadapan Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam. Beliau berkata kepadanya: "Celakalah kau, wahai Abu Sufyan. Bukankah sudah waktunya bagimu untuk mengetahui bahwa tidak ada sembahan yang benar kecuali Allah?!"

Abu Sufyan menjawab: "Demi bapak ibuku. Sungguh engkau adalah seorang yang paling penyantun, paling pemurah dan paling suka menyambung tali kekeluargaan. Sungguh aku sudah menyadari bahwa tidak ada sembahan yang benar kecuali Allah. Kalau saja ada sembahan lain, pasti aku tidak akan membutuhkannya."

Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda lagi: "Bukankah sudah tiba saatnya bagimu untuk mengetahui bahwa aku adalah utusan Allah?!"

Untuk urusasn yang kedua ini, Abu Sufyan agak keberatan. 'Abbas kemudian berkata kepadanya: "Celakalah engkau! Segeralah engkau masuk Islam!" Akhirnya ia pun bersyahadat secara benar.

Selanjutnya Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menyuruh 'Abbas untuk menempatkan Abu Sufyan di sebuah jalan lembah di lereng bukit yang merupakan jalan menuju Mekkah sehingga orang-orang Muslim yang lewat bisa bertemu dengannya. Para kabilah yang menyertai Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pun satu persatu melewati tempat itu dengan membawa bendera. Setiap kali satu kabilah lewat, maka Abu Sufyan selalu menanyakan tentang mereka kepada 'Abbas dan 'Abbas pun memberitahukan kepadanya, sampai tibalah sebuah rombongan yang paling unik, tidak seperti yang lainnya, lalu Abu Sufyan bertanya: "Siapa mereka ini?" 'Abbas menjawab: "Mereka adalah kaum Anshar. Mereka dipimpin Sa'd bin Ubadah yang membawa bendera itu. Ketika Sa'd berhadapan dengannya, Sa'd berkata kepadanya: "Abu Sufyan! Hari ini adalah hari perang. Hari ini adalah hari pembebasan Ka'bah."

Selanjutnya datang rombongan lain yang lebih kecil, namun paling muli, karena di dalamnya terdapat Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dan para shahabat dekat beliau. Benderanya dibawa oleh Zubair bin Awwam. Ketika Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam melewati Abu Sufyan, maka ia menyampaikan apa yang dikatakan oleh Sa'd kepadanya. Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam kemudian bersabda: "Sa'd bohong. Yang benar adalah bahwa hari ini adalah hari dimana Allah mengagungkan Ka'bah dan hari dimana Ka'bah itu diberi kiswah."

Selanjutnya Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam menyuruh agar bendera yang dibawa oleh Sa'd itu diambil untuk diberikan kepada puteranya, Qais. Beliau Shallallaahu 'alaihi wa Sallam memandanga bahwa bendera itu bukan berarti sama sekali lepas dari Sa'd karena toh bendera itu diberikan kepada puteranya. Kemudian beliau Shallallaahu 'alaihi wa Sallam melanjutkan perjalanan dan memerintahkan agar benderanya diikatkan di tongkat. Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam kemudian memasuki kota Mekkah dengan gagah perkasa dengan menyandang kemenangan, seraya menundukkan kepalanya sebagai wujud sikap tawadhu di hadapan Allah 'Azza wa Jalla, sampai-sampai jidat beliau hampir menyentuh hewan tunggangannya. Beliau Shallallaahu 'alaihi wa Sallam membacakan ayat: "Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu kemenangan yang nyata." (Quran Surat al-Fath (48): ayat 1)

Baca selanjutnya: Perang Penaklukan Kota Mekkah (Fathu Makkah) (4)

===

(40) Peranakan antara keledai dan kuda.

===

Maraji'/ sumber:
Kitab: Majaalisu Syahru Ramadhaan, Penulis: Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin rahimahullaah, Penerbit: Daruts Tsurayya lin Nasyr - Riyadh, Cetakan I, 1422 H/ 2002 M, Judul terjemahan: Kajian Ramadhan, Penerjemah: Salafuddin Abu Sayyid, Penerbit: al-Qowam - Solo, Cetakan V, 2012 M.

===

Ary Ambary Ahmad Abu Sahla al-Bantani
Sent from my BlackBerry® PIN 269C8299
powered by Sinyal Kuat INDOSAT