Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin rahimahullaah.
Kajian Keduapuluh Satu.
Kajian Ramadhan.
Keutamaan Sepuluh Hari Terakhir Bulan Ramadhan (3).
Orang yang berakal tentu tidak akan mau menjadikan setan sebagai wali selain Allah, padahal ia tahu bahwa setan itu selalu memusuhinya, tindakan seperti itu bertentangan dengan akal sehat dan keimanannya. Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman:
"Patutkah kamu mengambil dia dan turunan-turunannya sebagai pemimpin selain dari-Ku, sedang mereka adalah musuhmu? Amat buruklah iblis itu sebagai pengganti (Allah) bagi orang-orang yang zhalim." (QS. Al-Kahfi (18): 50)
"Sungguh setan itu musuh bagimu, maka anggaplah ia sebagai musuhmu. Sesungguhnya setan itu mengajak golongannya supaya menjadi penghuni Neraka yang menyala-nyala." (QS. Fathir (35): 6)
Di antara keistimewaan sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan ini adalah bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mengerjakan i'tikaf di dalamnya. I'tikaf adalah menetap di dalam masjid dengan memanfaatkan waktu sepenuhnya untuk melakukan ketaatan (ibadah) kepada Allah. I'tikaf merupakan bagian dari ibadah sunnah yang didasarkan pada Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya. Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman: "Janganlah kamu campuri mereka itu, sedang kamu beri'tikaf dalam masjid." (QS. Al-Baqarah (2): 187)
Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dan para Shahabat radhiyallaahu 'anhum melaksanakan i'tikaf, begitu juga kaum muslimin sesudah mereka. Diriwayatkan dari Abu Sa'id al-Khudri radhiyallaahu 'anhu bahwa Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam melakukan i'tikaf pada sepuluh hari pertama bulan Ramadhan, kemudian beri'tikaf sepuluh hari di tengah bulan Ramadhan, sesudah itu beliau Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersabda:
"Sesungguhnya aku beri'tikaf pada sepuluh hari pertama bulan Ramadhan untuk mencari malam ini (lailatul qadr). Kemudian aku beri'tikaf sepuluh pertengahan bulan Ramadhan, kemudian aku diberi wahyu oleh Allah, lalu dikatakan kepadaku: 'Sesungguhnya ia (lailatul qadr) ada pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.' Maka dari itu, siapa saja di antara kalian yang ingin beri'tikaf silakan melakukannya." (HR. Muslim)
Dalam Shahiihain diriwayatkan hadits dari 'Aisyah radhiyallaahu 'anhuma bahwa ia berkata:
"Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam melakukan i'tikaf pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan sampai beliau diwafatkan oleh Allah Subhaanahu wa Ta'aala. Sesudah itu, isteri-isteri beliau beri'tikaf pula sepeninggal beliau Shallallaahu 'alaihi wa Sallam."
Dalam Shahiih al-Bukhari disebutkan pula riwayat dari 'Aisyah radhiyallaahu 'anhuma bahwa ia berkata:
"Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mengerjakan i'tikaf pada setiap bulan Ramadhan selama sepuluh hari. Beliau Shallallaahu 'alaihi wa Sallam pernah selama setahun tidak melakukan i'tikaf. Maka, ketika tahun berikutnya tiba, beliau Shallallaahu 'alaihi wa Sallam beri'tikaf dua puluh hari."
Baca selanjutnya: Keutamaan Sepuluh Hari Terakhir Bulan Ramadhan (4)
===
Maraji'/ sumber:
Kitab: Majaalisu Syahru Ramadhaan, Penulis: Syaikh Muhammad bin Shalih al-'Utsaimin rahimahullaah, Penerbit: Daruts Tsurayya lin Nasyr - Riyadh, Cetakan I, 1422 H/ 2002 M, Judul terjemahan: Kajian Ramadhan, Penerjemah: Salafuddin Abu Sayyid, Penerbit: al-Qowam - Solo, Cetakan V, 2012 M.
===
Ary Ambary Ahmad Abu Sahla al-Bantani
Sent from my BlackBerry® PIN 269C8299
powered by Sinyal Kuat INDOSAT