Skip to main content

Waktu 'aqiqah | Aqiqah | Ketika Anak Itu Lahir | Menanti Buah Hati dan Hadiah Untuk Yang Dinanti

Menanti Buah Hati dan Hadiah Untuk Yang Dinanti.

Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat hafizhahullah.

Bab II.

Ketika Anak Itu Lahir.

23. Aqiqah (اَلْعَقِيْقَةُ).

6. Waktu 'aqiqah.

Seshahih-shahih hadits yang datang dan sampai kepada kita tentang waktu 'aqiqah ialah hadits Samurah bin Jundab (radhiyallahu 'anhu) dimana Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam telah bersabda, "Setiap anak tergadai dengan 'aqiqahnya, disembelih (kambing) untuknya pada hari ketujuhnya..." (Lihat lafazh dan artinya di fasal ke-20 masalah pertama).

Tidak ada khilaf di antara ulama tentang penyembelihan pada hari ketujuh merupakan keterangan yang sah datangnya dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Hanyasanya mereka berselisih apakah hari ketujuh itu merupakan ketetapan yang mutlak atau hanya waktu yang disukai dan lebih utama dari waktu yang lain?

Mereka yang berpendapat bahwa hari ketujuh merupakan ketetapan mutlak, berarti apabila disembelih sebelum hari ketujuh atau sesudahnya tidak ada 'aqiqah (tidak sah). Ini zhahir-nya madzhab Imam Malik bin Anas.

Adapun jumhur ulama berpendapat bahwa hari ketujuh hanya merupakan waktu yang disukai atau lebih utama dari waktu yang lain bukan ketetapan mutlak atau sebagai syarat. Maka apabila seorang menyembelih sebelum atau sesudah hari ketujuh sembelihannya sah dan mencukupi hanyasanya menyalahi keutamaan atau menyalahi Sunnah.

Saya berkata: Yang lebih tepat dikatakan menyalahi Sunnah meskipun sembelihannya sah dan mencukupi. Jika dikatakan: Kenapa sembelihannya sah dan mencukupi padahal dia telah menyalahi Sunnah dan ketentuan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pada hari ketujuh? Dijawab: Hari ketujuh bukan merupakan ketetapan mutlak dan syarat penyembelihan yang terkait dengan waktu tersebut sah dan tidaknya penyembelihan 'aqiqah itu. Akan tetapi yang menjadi pegangan atau k-tibar ialah penyembelihan itu sendiri sebagai 'aqiqah bukan waktunya. Ini yang pertama!

Dan yang kedua, tergadainya anak dengan 'aqiqah. Kalau demikian maka pendapat jumhur ulama lebih tepat atau sekurang-kurangnya mendekati kebenaran. Wallahu A'lam.

Ini, kemudian madzhab yang kedua ini (jumhur ulama) pun berselisih tentang batasan waktunya, berapa lama, apakah ada batasannya atau tidak sesudah mereka bersepakat tentang sah dan mencukupinya penyembelihan 'aqiqah di luar hari ketujuh? Sepanjang penelitian kami dalam masalah ini pandangan yang lebih tepat dan masuk dalam kehati-hatian ialah tidak lebih dari hari kedua puluh satu.

Caranya, apabila belum mampu pada hari ketujuh maka di'aqiqahkan pada hari keempat belas. Dan apabila belum sanggup juga pada hari keempat belas maka di'aqiqahkan pada hari kedua puluh satu. Dalam hal ini terdapat hadits marfu' dari jalan Buraidah dan riwayat mauquf dari 'Aisyah akan tetapi kedua riwayat ini dha'if sebagaimana telah di-takhrij oleh Syaikh al-Albani di Irwaa'-nya (juz 4 hal. 394-396 no. 1170)

Perselisihan tentang masalah waktu 'aqiqah ini sidang pembaca yang terhormat dapat menelitinya kembali di kitab-kitab yang kami turunkan sebagai rujukan di akhir masalah ketiga.

===

Maraji'/ Sumber:
Buku: Menanti Buah Hati dan Hadiah Untuk Yang Dinanti, Penulis: Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat hafizhahullah, Penerbit: Darul Qolam, Jakarta - Indonesia, Cetakan III, Tahun 1425 H/ 2004 M.

===

Abu Sahla Ary Ambary bin Ahmad Awamy bin Muhammad Noor al-Bantani
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Popular posts from this blog