Skip to main content

Hal-hal yang Boleh Dilakukan Oleh Orang yang Beri'tikaf | I'tikaf | Qiyam Ramadhan

Qiyaamu Ramadhaan.

Imam Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullaah.

Qiyam Ramadhan.

I'tikaf.

Hal-hal yang Boleh Dilakukan Oleh Orang yang Beri'tikaf.

1. Ia boleh keluar untuk menyelesaikan keperluan yang mendesak, mengeluarkan kepalanya dari masjid untuk dicuci dan disisir. 'Aisyah radhiyallahu 'anhuma berkata:

"Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah memasukkan kepala beliau ke kamarku pada saat beliau sedang beri'tikaf di dalam masjid, ketika itu aku berada di dalam kamar. Lalu aku merapikan rambut beliau (shallallahu 'alaihi wa sallam). [Dalam riwayat lain disebutkan: "Aku mencuci rambutnya sementara kami dipisahkan oleh ambang pintu, ketika itu aku sedang haidh."] Bila sedang beri'tikaf, beliau (shallallahu 'alaihi wa sallam) tidak akan masuk ke dalam kamar (rumah) kecuali untuk menunaikan hajat penting." (51)

2. Ia boleh berwudhu' di dalam masjid. Berdasarkan ucapan seorang pelayan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam yang menuturkan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berwudhu' di dalam masjid dengan wudhu' yang ringan. (52)

3. Ia juga boleh membentang kemah kecil di sudut masjid sebagai tempat i'tikaf. Diriwayatkan bahwa 'Aisyah radhiyallahu 'anhuma membentangkan kemah buat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bila beliau hendak beri'tikaf. Hal itu dilakukannya atas perintah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. (53)

Beliau (shallallahu 'alaihi wa sallam) juga pernah beri'tikaf dengan menggunakan kemah buatan Turki yang beratapkan tikar. (54)

===

(51) HR. Al-Bukhari dan Muslim serta Ibnu Abi Syaibah dan Ahmad. Tambahan dalam kurung tersebut adalah dari riwayat keduanya. Aku telah mencantumkan takhrijnya dalam Shahih Abi Dawud (2131-2132).

(52) HR. Al-Baihaqi dengan sanad yang jayyid (bagus), Ahmad (V/364) secara ringkas dengan sanad yang shahih.

(53) HR. Al-Bukhari dan Muslim dari hadits 'Aisyah radhiyallahu 'anhuma. A-Bukhari meriwayatkan perbuatan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sementara Muslim meriwayatkan perintah beliau. Takhrijnya telah aku sebutkan sebelumnya.

(54) Yaitu kubah kecil. Dinaungi oleh tikar seperti naungan di atas pintu yang melindunginya dari tetesan air hujan. Maksudnya adalah beliau membentangkan tikar sebagai naungannya agar orang-orang yang lalu lalang tidak dapat melihat ke dalam, sebagaimana dikatakan oleh as-Sindi. Lebih tepat lagi bila dikatakan agar konsentrasi tidak buyar karena orang-orang yang lalu lalang di depannya dan agar tujuan dan makna i'tikaf itu dapat dicapai. Sebagaimana dikatakan oleh Ibnul Qayyim: "Berbeda dengan yang dilakukan oleh orang-orang jahil yang menjadikan tempat i'tikaf sebagai tempat ngobrol. Ini jelas berbeda dengan i'tikaf menurut tuntunan sunnah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, wallahul muwaffiq."

===

Maraji'/ sumber:
Kitab: Qiyaamu Ramadhaan, Penulis: Imam Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullaah, Tanpa keterangan penerbit, Tanpa keterangan cetakan, Tanpa keterangan tahun, Judul terjemahan: Qiyam Ramadhan, Penerjemah: Abu Ihsan al-Atsari dan Siti Khoiriyah, Penerbit: at-Tibyan, Solo - Indonesia, Cetakan I, Nopember 2001 M.

===

Abu Sahla Ary Ambary bin Ahmad Awamy bin Muhammad Noor al-Bantani
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT