Skip to main content

Tidak Ada Seorang pun Shahabat yang Pernah Shalat Tarawih 20 Raka'at, Penelitian Riwayat Tersebut dan Penjelasan Tentang Kelemahannya (3) | Shalat Tarawih Menurut Tuntunan Rasulullah

Shalaatu at-Taraawiihi.

Imam Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullah.

Shalat Tarawih Menurut Tuntunan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.

Fasal V.

Tidak Ada Seorang pun Shahabat yang Pernah Shalat Tarawih 20 Raka'at, Penelitian Riwayat Tersebut dan Penjelasan Tentang Kelemahannya (3).

3. Dari 'Abdullah bin Mas'ud (radhiyallahu 'anhu). Diriwayatkan oleh Ibnu Nashar dalam Qiyamul Lail (52), dari Zaid bin Wahab: "Dahulu Ibnu Mas'ud mengimami kami tarawih di bulan Ramadhan, lalu beranjak pulang di tengah malam." Al-A'masy berkata: "Dan kala itu dia shalat 20 raka'at, ditambah witir tiga raka'at."

Al-Mubarakfuri menyatakan dalam at-Tuhfah (II: 75):

"Riwayat ini juga terputus. Karena al-A'masy tidak pernah berjumpa Ibnu Mas'ud."

Aku katakan: Benar apa yang dikatakannya. Bahkan ada kemungkinan riwayat itu kehilangan dua perawi sekaligus. Karena al-A'masy biasanya meriwayatkan dari Ibnu Mas'ud dengan perantaraan dua orang perawi, sebagaimana sudah dimaklumi oleh orang yang biasa meneliti sanadnya Ibnu Mas'ud. Kemudian kamipun masih belum tahu, apakah sanad sampai kepada al-A'masy juga shahih. Karena peringkas buku tersebut, yaitu Imam al-Muqrizi, telah menghapus sanad-sanadnya. Andaikata dia tak melakukan hal itu, tentu dia tak membikin kita kehilangan arah untuk mengetahui derajat banyak hadits-hadits di buku itu! Namun dugaanku, sanadnya juga tidak shahih sampai kepada al-A'masy. Imam ath-Thabrani juga meriwayatkan atsar ini dari jalur Zaid bin Wahab tadi sebagaimana yang disebut dalam al-Majma' (III: 172), namun dia tak ada menyebut-nyebut perkataan al-A'masy ini. Diprediksikan, bahwa dalam jalur sanad itu ada perawi yang lemah karena buruk hafalannya, atau karena hal lain, wallahu a'lam." (53)

Inilah semua yang berhasil kami peroleh dari atsar-atsar yang diriwayatkan dari para Shahabat radhiyallahu 'anhum, tentang tambahan raka'at dari jumlah raka'at tarawih yang ada dalam as-Sunnah. Semuanya lemah, tak ada satupun yang shahih. At-Tirmidzi telah menyinggung tentang kedha'ifan hadits itu, sebagaimana yang disebutkan pada hal. 55 (buku asli, -pent). Keyakinanku, para pembaca yang budiman tak akan mendapatkan rangkuman hadits-hadits tersebut dengan penelitian jalur-jalur sanadnya, dan pembuktian ilmiah yang rinci dalam buku manapun (seperti dalam buku ini). Segala puji bagi Allah, Yang dengan karunia-Nya, sempurnalah segala kemaslahatan.

===

(52) [Buku ini amat bermutu. Di dalamnya, si penulis al-Imam al-Hafizh Muhammad bin Nashar al-Mirwazi mengumpulkan buat kita banyak sekali hadits-hadits dan atsar-atsar mulia yang banyak di antaranya yang tak terdapat dalam buku-buku lain. Namun sayang sekali, seorang ulama yang meringkasnya al-Allamah al-Muqrizi menghilangkan banyak nilai-nilai buku itu, karena dia menghapus sanad-sanadnya! Buku itu sudah dicetak di India.]

(53) [Kemudian aku dapatkan al-Aini telah menyitir sanad hadits itu dalam al-Umdah (V: 357), dan menukilnya dari Ibnu Nashar. Setelah itu menjadi jelas bagiku, bahwa sanadnya sampai kepada al-A'masy ternyata shahih. Maka harus diingatkan, bahwa pendha'ifan hadits tersebut cukup dengan keterputusan sanadnya, bahkan ada keterputusan dua perawi sekaligus.]

===

Maraji'/ Sumber:
Kitab: Shalaatu at-Taraawiihi, Penulis: Imam Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullah, Tanpa keterangan penerbit, Tanpa keterangan cetakan, Tanpa keterangan tahun, Judul terjemahan: Shalat Tarawih Menurut Tuntunan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, Penerjemah: Abu Umar Basyir al-Maidani, Penerbit: at-Tibyan, Solo - Indonesia, Cetakan IV, Nopember 2000 M.

===

Abu Sahla Ary Ambary bin Ahmad Awamy bin Muhammad Noor al-Bantani
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT