Skip to main content

Anjuran Memperbagus Shalat, dan Ancaman Bagi yang Shalat Tanpa Aturan | Shalat Tarawih Menurut Tuntunan Rasulullah

Shalaatu at-Taraawiihi.

Imam Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullah.

Shalat Tarawih Menurut Tuntunan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.

Fasal IX.

Anjuran Memperbagus Shalat, dan Ancaman Bagi yang Shalat Tanpa Aturan.

Pembaca budiman,

Kita sekarang sedang dalam bulan penuh ibadah, dan bulan berpuasa; yaitu bulan Ramadhan nan penuh berkah. Hendaknya di dalam bulan puasa ini kita dapat tampil selaku mukmin yang shalih; yang ta'at kepada Rabbnya, dan mengikuti sunnah Nabi-Nya (shallallahu 'alaihi wa sallam) dalam segala ajaran yang beliau bawa dari Rabbnya, terutama yang berkaitan dengan menegakkan ibadah nan agung ini, yakni shalat Tarawih. Dalam hal ini, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam pernah bersabda:

"Barangsiapa yang beribadah di bulan Ramadhan ini dengan penuh keimanan dan perhitungan, niscaya akan diampuni baginya dosa-dosanya yang terdahulu."

Kita telah mengetahui, hal-hal yang baik sekali lewat pembahasan terdahulu dalam tulisan ini. Di antaranya tata cara shalat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam di bulan Ramadhan dari sisi kebagusan dan panjangnya. Sebagaimana yang diungkapkan 'Aisyah radhiyallahu 'anhuma: "...beliau (shallallahu 'alaihi wa sallam) shalat empat raka'at, jangan tanya soal bagus dan panjangnya. Kemudian beliau shalat lagi empat raka'at; jangan tanya juga soal bagus dan panjangnya..." Juga seperti diungkapkannya: "...beliau (shallallahu 'alaihi wa sallam) tak bergeming dalam bersujud, selama kalau seorang di antara kamu membaca lima puluh ayat..." Atau seperti yang dituturkan oleh Hudzaifah (radhiyallahu 'anhu): "Kemudian beliau (shallallahu 'alaihi wa sallam) membaca surat al-Baqarah (yakni dalam raka'at pertama), setelah itu beliau ruku'. Dan ruku'nya itu sama panjang dengan berdirinya tadi..." Kemudian ia menceritakan bahwa berdirinya beliau sesudah ruku' dan sujudnya beliau pun sepanjang/ selama itu juga. Kita pun mengetahui, bahwa para ulama as-Salaf pada masa 'Umar radhiyallahu 'anhu juga biasa memanjangkan bacaan pada shalat Tarawih, sehingga dalam shalat itu mereka membaca tak kurang dari tiga ratus ayat, sampai-sampai mereka terpaksa bertelekan pada tongkat-tongkat mereka karena oleh sebab lamanya berdiri. Dan mereka hanya baru usai menunaikan shalat menjelang fajar. (74)

Semua ini harus menjadi motivator bagi kita sekalian untuk sebisa mungkin menjadikan shalat Tarawih kita mendekati kualitas shalat mereka. Hendaknya kita memanjangkan bacaannya, memperbanyak membaca tasbih dan dzikir dalam ruku', sujud dan di antara keduanya (75), sehingga kita dapat merasakan -meskipun hanya sedikit- satu kekhusyu'an yang merupakan ruh dan saripati dari shalat itu sendiri. Kekhusyu'an inilah yang dilalaikan oleh banyak orang yang melakukan shalat itu saking bernafsunya mereka mengejar shalat 20 raka'at yang mereka yakini dari 'Umar (radhiyallahu 'anhu)! Mereka tak memperdulikan lagi tuma'ninah. Bahkan mereka shalat ibarat ayam mematuk. Seolah-olah mereka itu alat atau pun perangkat yang naik turun dengan cepat, sehingga mereka tak sempat lagi merenungkan ayat-ayat Allah yang mereka dengar. Sampai-sampai orang lain pun hanya bisa mengikuti mereka kalau berusaha setengah mati!

Aku ungkapkan hal ini, dengan tetap menyadari bahwa tidak sedikit di antara para imam masjid pada akhir-akhir ini yang mulai sadar dengan kondisi shalat Tarawihnya yang sudah sampai sedemikian bobroknya. Merekapun kembali melaksanakannya dengan 11 raka'at yang diimbangi dengan tuma'ninah dan kekhusyu'an. Semoga Allah menambah taufik-Nya atas mereka untuk mengamalkan dan menghidupkan as-Sunnah. Orang-orang semacam mereka itu banyak terdapat di Damaskus dan di tempat-tempat lain.

===

(74) [Para penulis al-Ishabah sungguh tak mengacuhkan hal ini. Mereka tak sedikitpun menyinggung-nyinggung persoalan ini, atau menulis satu kata saja berkenaan dengan hal ini, dalam upaya mendorong ummat untuk melakukannya. Seolah-olah hal itu tak penting bagi mereka sama sekali, tetapi mereka justru habis-habisan mengurus persoalan lain; yaitu mempertahankan shalat 20 raka'at, bagaimanapun cara pelaksanaannya. Meskipun bertentangan dengan cara shalat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam baik dari sisi kualitas maupun kuantitas! Padahal salah seorang di antara mereka adalah imam masjid. Coba kita lihat bagaimana dia melakukan shalatnya!]

(75) [Untuk mengetahui dzikir-dzikir tersebut, silahkan gunakan buku kami Shifat Shalat Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam. Sesungguhnya buku itu adalah buku yang paling shahih dan lengkap dalam pembahasan itu. Al-Hamdu lillah.]

===

Maraji'/ Sumber:
Kitab: Shalaatu at-Taraawiihi, Penulis: Imam Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullah, Tanpa keterangan penerbit, Tanpa keterangan cetakan, Tanpa keterangan tahun, Judul terjemahan: Shalat Tarawih Menurut Tuntunan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, Penerjemah: Ustadz Abu Umar Basyir al-Maidani hafizhahullah, Penerbit: at-Tibyan, Solo - Indonesia, Cetakan IV, Nopember 2000 M.

===

Abu Sahla Ary Ambary bin Ahmad Awamy bin Muhammad Noor al-Bantani
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Popular posts from this blog