Skip to main content

Tata Cara Nabi dalam Shalat Malam dan Witir (5) | Shalat Tarawih Menurut Tuntunan Rasulullah

Shalaatu at-Taraawiihi.

Imam Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullah.

Shalat Tarawih Menurut Tuntunan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.

Fasal VIII.

Tata Cara Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dalam Shalat Malam dan Witir (5).

Yang kelima: Beliau (shallallahu 'alaihi wa sallam) shalat delapan raka'at, dan hanya duduk pada raka'at yang kedelapan lalu bertasyahhud dan membaca shalawat atas Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam (beliau sendiri), setelah itu bangkit dan tidak bersalam. Kemudian beliau melanjutkan dengan witir satu raka'at, baru salam. Setelah itu beliau shalat dua raka'at sambil duduk. Dasarnya hadits 'Aisyah radhiyallahu 'anhuma. Diriwayatkan oleh Sa'ad bin Hisyam bin Amir, bahwasanya dia pernah mendatangi Ibnu 'Abbas (radhiyallahu 'anhuma) dan bertanya kepadanya tentang witirnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam. Dia (Ibnu 'Abbas) menjawab sambil bertanya: "Maukah engkau kutunjukkan orang di muka bumi ini yang paling tahu tentang witirnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam?" Sa'ad bertanya: "Siapa ya?" Ibnu 'Abbas menjawab: "'Aisyah radhiyallahu 'anhuma, datangilah dia, dan tanyakan hal itu kepadanya." Aku pun beranjak menemuinya. Setelah sampai, aku pun bertanya: "Wahai Ummul Mukminin, tolong beritahukan aku tentang witir Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam." Dia ('Aisyah) menanggapi: "Kamilah yang mempersiapkan bagi Rasulullah (shallallahu 'alaihi wa sallam) siwak dan air wudhunya. Lalu ketika Allah membangunkan beliau pada saat yang dikehendaki-Nya di malam hari, beliau pun bersiwak dan berwudhu. Lalu beliau shalat 9 raka'at dan hanya duduk pada raka'at yang kedelapan. Beliau lalu berdzikir kepada Allah, memuji-Nya (membaca shalawat atas Nabi-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam), (69) berdo'a dan bangkit tanpa salam terlebih dahulu. Setelah itu beliau melanjutkan shalat, raka'at yang ke-9. Kemudian beliau duduk dan berdzikir kepada Allah, memuji-Nya, (membaca shalawat atas Nabi-Nya shallallahu 'alaihi wa sallam), berdo'a dan kemudian bersalam dengan suara yang terdengar oleh kami. Seusai itu beliau shalat lagi dua raka'at sambil duduk, (70) yaitu setelah beliau salam terlebih dahulu. Jadi jumlahnya 11 raka'at, wahai anakku. Namun ketika beliau telah lanjut usia dan sudah gemuk badannya, beliau berwitir pada raka'at ketujuh. Lalu yang dua raka'at sesudah itu beliau lakukan seperti biasa. Jadi jumlahnya 9 raka'at, wahai anakku."

Diriwayatkan oleh Muslim (II: 169-170), Abu Uwanah (II: 321-325), Abu Dawud (I: 210-211), an-Nasa`i (I: 244-250), Ibnu Nashar (49), al-Baihaqi (III: 30), dan Ahmad (VI: 53-54, 167).

===

(69) [Ini satu hal yang penting. Di dalamnya terkandung penjelasan yang gamblang bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam juga bershalawat atas dirinya sendiri. Beliau juga menjadikan shalawat ini pada tasyahhud pertama, seperti juga pada tasyahhud terakhir. Apakah seorang Muslim masih berkilah untuk menghindarkan diri dari membaca shalawat atas Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam pada tasyahhud pertama, hanya karena madzhabnya menyatakan bahwa membacanya pada tasyahhud pertama adalah makruh tahrim (makruh yang mendekati haram)! Dan sebagaimana yang menjadi ketetapan di kalangan para 'Ulama, bahwa tidak ada perbedaan antara shalat sunnah dengan shalat wajib tanpa adanya dalil yang membedakan keduanya. Dan dalam hal ini, dalil itu tidak ada!]

(70) [Dua raka'at yang dilakukan setelah witir ini zhahirnya nampak bertentangan dengan sabda Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam: "Jadikanlah witir itu sebagai akhir shalat kamu di malam hari." Diriwayatkan oleh al-Bukhari, Muslim dan lain-lain. Para 'Ulama berbeda pendapat dalam menggabungkan makna kedua hadits tersebut dengan hadits Nabi ini sampai ada beberapa pendapat, yang tak satupun di antaranya yang aku unggulkan hingga saat ini. Yang paling selamat, menahan diri untuk berpendapat. Karena ini merupakan syari'at yang bersifat umum. Perbuatan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dalam mengerjakan shalat yang dua raka'at itu ada kemungkinan merupakan kekhususan. Wallahu a'lam.]

===

Maraji'/ Sumber:
Kitab: Shalaatu at-Taraawiihi, Penulis: Imam Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullah, Tanpa keterangan penerbit, Tanpa keterangan cetakan, Tanpa keterangan tahun, Judul terjemahan: Shalat Tarawih Menurut Tuntunan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, Penerjemah: Ustadz Abu Umar Basyir al-Maidani hafizhahullah, Penerbit: at-Tibyan, Solo - Indonesia, Cetakan IV, Nopember 2000 M.

===

Abu Sahla Ary Ambary bin Ahmad Awamy bin Muhammad Noor al-Bantani
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Popular posts from this blog