Skip to main content

Tata Cara Nabi dalam Shalat Malam dan Witir | Shalat Tarawih Menurut Tuntunan Rasulullah

Shalaatu at-Taraawiihi.

Imam Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullah.

Shalat Tarawih Menurut Tuntunan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.

Fasal VIII.

Tata Cara Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dalam Shalat Malam dan Witir.

Perlu diketahui wahai kaum muslimin, bahwa tata cara yang dikerjakan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dalam shalat malam dan witir banyak corak ragamnya. Karena tata cara itu sudah tercatat dalam buku-buku fiqih baik yang ringkas maupun yang tebal-tebal, maka sudah menjadi keharusan untuk dijelaskan Sunnah Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam tersebut kepada ummat. Agar kita turut merentangkan jalan bagi mereka yang berhasrat mengikutinya, lalu mengamalkannya. Sehingga kitapun turut mendapat ganjarannya, insya Allah. Demikian juga, agar orang yang bodohpun berhati-hati untuk tidak lekas mengingkari satupun di antaranya. Semoga Allah Tabaraka wa Ta'ala memberi kepada kita taufik-Nya untuk dapat mengikuti Sunnah beliau shallallahu 'alaihi wa sallam dengan sebenar-benarnya ittiba', serta menghindarkan diri kita dari perbuatan bid'ah. Hal itu wajib dijelaskan, maka aku katakan:

Yang pertama: Beliau (shallallahu 'alaihi wa sallam) shalat 13 raka'at, dibuka dengan dua raka'at ringan, dan dalam hal itu ada beberapa hadits:

1. Hadits Zaid bin Khalid al-Juhani (radhiyallahu 'anhu), bahwa dia bertutur: "Sungguh aku telah memantau shalat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam di waktu malam. Beliau shalat ringan 2 raka'at. Lalu beliau shalat lagi 2 raka'at yang panjang sekali. Lalu shalat lagi 2 raka'at, namun tidak sepanjang shalat sebelumnya. Lalu shalat lagi 2 raka'at, namun tidak sepanjang sebelumnya. Lalu shalat lagi 2 raka'at, namun juga tidak sepanjang sebelumnya. Setelah itu beliau shalat Witir. Jumlah seluruhnya 13 raka'at."

2. Hadits Ibnu 'Abbas (radhiyallahu 'anhuma), bahwa dia bertutur: "Aku pernah menginap di rumah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, ketika itu beliau di kediaman Maimunah radhiyallahu 'anha. Beliau tidur hingga berlalu sepenggalan malam pertama, atau pertengahan malam lalu bangun dan mendekati qirbah (tempat air), yang sudah berisi air, dan beliau pun berwudhu. Aku juga turut berwudhu bersama beliau. Beliau lalu tegak melakukan shalat, aku pun tegak di samping beliau sebelah kiri. Beliau lalu menggiring aku ke samping. Kemudian beliau meletakkan tangannya di atas kepalaku. Seolah-olah beliau hendak menjewer telingaku, seolah-olah beliau hendak membuatku terjaga. Beliau lalu shalat dua raka'at ringan. Dalam shalat itu beliau membaca al-Fatihah pada setiap raka'at. Setelah itu beliau salam. Kemudian beliau shalat lagi hingga 11 raka'at termasuk Witir, dan kemudian tidur. Setelah itu datang Bilal menggugah beliau: "Shalat Rasulullah, shalat!" Beliau lalu bangun dan shalat dua raka'at, kemudian shalat mengimami manusia." (Diriwayatkan oleh Abu Dawud (I: 215), dan Abu Uwanah dalam Shahihnya (II: 318) (66). Asal hadits tersebut ada dalam Shahih al-Bukhari dan Muslim).

3. Hadits 'Aisyah radhiyallahu 'anhuma, bahwa dia menuturkan:

"Dahulu, Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam apabila bangun malam, beliau memulai shalatnya dengan dua raka'at ringan. Lalu beliau shalat delapan raka'at, kemudian shalat Witir." Dalam salah satu lafazhnya disebutkan: "...beliau shalat 'Isya, dan tidak langsung shalat dua raka'at (ba'diyah). Kala itu beliau sudah menyiapkan siwak dan air wudhunya. Lalu Allah membangun pada saat yang dikehendaki-Nya. Kemudian beliau bersiwak dan berwudhu. Setelah itu beliau shalat dua raka'at (yang tertinggal), kemudian shalat delapan raka'at. Masing-masing raka'atnya disamakan panjang (bacaan)nya. Setelah itu beliau shalat Witir pada raka'at yang kesembilan. Ketika beliau shallallahu 'alaihi wa sallam sudah berumur, dan badannya sudah gemuk (67), beliau merubah yang delapan raka'at itu menjadi enam. Lalu beliau berwitir pada raka'at yang ketujuh kemudian beliau shalat dua raka'at sambil duduk dan membaca: [Qul Ya Ayyuhal Kafirun dan Idza Zulzilat].

(Dikeluarkan oleh ath-Thahawi (I: 165) dengan dua bentuk lafazh, dan keduanya shahih. Paragrap pertama dari lafazh yang pertama dikeluarkan juga oleh Muslim (II: 184) dan Abu Uwanah (II: 304). Semuanya meriwayatkannya dari jalur Hasan al-Bashri secara 'an'anah [dengan mengatakan: dari Fulan, dari Fulan...]. Akan tetapi an-Nasa`i mengeluarkannya (I: 250) demikian juga Imam Ahmad (VI: 168) dari jalur sanad Hasan al-Bashri juga secara terang-terangan (dengan lafazh: Dia berkata, dan sejenisnya) namun dengan lafazh kedua. Lafazh semacam itu dalam riwayat ath-Thahawi jelas menunjukkan bahwa jumlah raka'at (shalat beliau) tiga belas. Itu merupakan indikasi bahwa ucapan 'Aisyah dalam lafazh pertama: "...lalu beliau berwitir...", adalah berwitir dengan tiga raka'at. Dengan itu tercipta korelasi jumlah raka'at antara riwayat ini dengan lafazh yang lain. Sehingga hadits 'Aisyah ini tak ada bedanya dengan hadits Ibnu 'Abbas yang terdahulu.

Adapun lafazh yang kedua dapat ditilik, bahwa 'Aisyah radhiyallahu 'anhuma menyebutkan "dua raka'at" sesudah beliau shallallahu 'alaihi wa sallam menunaikan shalat 'Isya tanpa menyebut-nyebut adanya dua raka'at ba'diyah 'Isya. Maka ini menguatkan pendapat yang aku paparkan pada awal tulisan ini (hal. 17 -buku asli) bahwasanya 2 raka'at ringan itu adalah dua raka'at ba'diyah itu sendiri, wallahu a'lam.

===

(66) [Riwayat ini luput dari pengetahuan Ibnul Qayyim, sehingga dia menyatakan dalam Zadul Ma'ad (I: 121): "Ibnu 'Abbas tak ada menyebut-nyebut bahwa Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam membuka shalatnya dengan dua raka'at ringan sebagaimana yang dituturkan oleh 'Aisyah radhiyallahu 'anhuma..."]

(67) [Artinya, daging ditubuhnya sudah banyak. Dalam riwayat lain oleh an-Nasa`i (I: 244) diceritakan: ...hingga ketika beliau shallallahu 'alaihi wa sallam sudah berumur dan banyak daging di tubuhnya...]

===

Maraji'/ Sumber:
Kitab: Shalaatu at-Taraawiihi, Penulis: Imam Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullah, Tanpa keterangan penerbit, Tanpa keterangan cetakan, Tanpa keterangan tahun, Judul terjemahan: Shalat Tarawih Menurut Tuntunan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, Penerjemah: Ustadz Abu Umar Basyir al-Maidani hafizhahullah, Penerbit: at-Tibyan, Solo - Indonesia, Cetakan IV, Nopember 2000 M.

===

Abu Sahla Ary Ambary bin Ahmad Awamy bin Muhammad Noor al-Bantani
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Popular posts from this blog