Skip to main content

Hukum orang yang tidak di'aqiqahkan oleh orang tuanya, bolehkah dia meng'aqiqahkan sendiri apabila dia telah dewasa? | Aqiqah | Ketika Anak Itu Lahir | Menanti Buah Hati dan Hadiah Untuk Yang Dinanti

Menanti Buah Hati dan Hadiah Untuk Yang Dinanti.

Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat hafizhahullah.

Bab II.

Ketika Anak Itu Lahir.

23. Aqiqah (اَلْعَقِيْقَةُ).

5. Hukum orang yang tidak di'aqiqahkan oleh orang tuanya, bolehkah dia meng'aqiqahkan sendiri apabila dia telah dewasa?

Masalah ini adalah satu masalah yang diperselisihkan oleh para ulama dengan perselisihan yang berkepanjangan dan berpulang kepada dua sebab:

Pertama: Apakah perintah 'aqiqah itu dikenakan kepada anak atau kepada bapak atau kepada salah satu dari keduanya?

Mereka yang berpendapat dikenakan kepada anak atau kepada yang mampu dari dua orang di atas, maka kalau dia tidak di'aqiqahkan oleh orang tuanya dia meng'aqiqahkan dirinya kapan waktu saja apabila dia telah mampu hatta sesudah dia dewasa sebagaimana sebab yang lain di bawah ini:

Kedua: Diriwayatkan dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sesungguhnya beliau meng'aqiqahkan dirinya sesudah nubuwwah (Kenabian).

Artinya: Dari Anas (radhiyallahu 'anhu), "Sesungguhnya Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam meng'aqiqahkan dirinya sendiri sesudah kenabian (sesudah beliau diangkat menjadi Nabi)."

Diriwayatkan oleh al-Baihaqiy (juz 9 hal. 300 bab 'aqiqah).

Jawaban kami: Adapun sebab yang pertama telah kami jelaskan di masalah yang sebelum ini. Tegasnya, bahwa perintah 'aqiqah ditujukan kepada orang tua bukan kepada anak atau kepada keduanya. Imam Ahmad pernah ditanya tentang seseorang yang tidak di'aqiqah oleh bapaknya bolehkah dia meng'aqiqahkan dirinya? Jawab al-Iman, "Itu adalah kewajiban bapak." (171)

Untuk sebab yang kedua bahwa hadits di atas sangat lemah/ dha'ifun jiddan kalau tidak mau dikatakan sebagai hadits maudhu'/ palsu. Di sanad-nya ada seorang rawi yang bernama 'Abdullah bin Muharrar dan dia ini sangat lemah sebagaimana diterangkan al-Hafizh Ibnu Hajar. Imam Ahmad mengatakan munkar dan beliau melemahkan 'Abdullah bin Muharrar ini. Imam al-Baihaqiy mengatakan bahwa hadits ini munkar. Imam an-Nawawi mengatakan hadits ini batil! (172)

===

(171) Al-Mughni juz 13 hal. 397.

(172) Majmu' Syarah al-Muhadzdzab juz 8 hal. 431-432. Talkhisul Habir juz 4 hal. 147, Tuhfatul Maudud bab VI fasal 19. Sunanul Kubra al-Baihaqiy juz 9 hal. 300.

===

Maraji'/ Sumber:
Buku: Menanti Buah Hati dan Hadiah Untuk Yang Dinanti, Penulis: Ustadz Abdul Hakim bin Amir Abdat hafizhahullah, Penerbit: Darul Qolam, Jakarta - Indonesia, Cetakan III, Tahun 1425 H/ 2004 M.

===

Abu Sahla Ary Ambary bin Ahmad Awamy bin Muhammad Noor al-Bantani
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Popular posts from this blog