Imam Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullah.
Shalat Tarawih Menurut Tuntunan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.
Fasal VIII.
Tata Cara Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dalam Shalat Malam dan Witir (2).
Yang kedua: Beliau (shallallahu 'alaihi wa sallam) shalat 13 raka'at, di antara delapan raka'at yang beliau salam setiap dua raka'at. Lalu beliau berwitir lima raka'at, tidak duduk atau salam terlebih dahulu melainkan pada raka'at yang kelima. Dalam hal itu, dalilnya adalah hadits 'Aisyah radhiyallahu 'anhuma, bahwa dia bertutur:
"Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam biasa tidur malam, dan apabila terjaga beliau lantas bersiwak kemudian berwudhu. Setelah itu beliau shalat delapan raka'at, setiap dua raka'at beliau duduk (tahiyyat) lalu salam. Kemudian beliau berwitir lima raka'at, hanya duduk pada raka'at yang kelima, dan hanya salam juga pada raka'at kelima [lalu apabila berkumandang suara adzan, beliau bangkit dari tidurnya dan shalat dua raka'at pendek]."
Diriwayatkan oleh Ahmad (VI: 123, 230), dan sanadnya shahih, mencocoki syarat al-Bukhari dan Muslim. Dikeluarkan juga oleh Muslim (II: 166), Abu Uwanah (II: 325), Abu Dawud (I: 210), at-Tirmidzi (II: 321) dan dia menshahihkannya, ad-Darimi (I: 371), Ibnu Nashir (hal. 120-121), al-Baihaqi (III: 27) dan Ibnu Hazm dalam al-Muhalla (II: 42-43). Mereka semuanya meriwayat hadits itu secara ringkas tanpa menyebutkan adanya salam pada setiap dua raka'at. Sementara Imam asy-Syafi'ie (I: 1/109), ath-Thayalisi (I: 120) dan al-Hakim (III: 29) bahkan meriwayatkan adanya witir lima raka'at, tanpa merincinya. Hadits tersebut memiliki syahid/ penguat dari hadits Ibnu 'Abbas (radhiyallahu 'anhuma) yang dikeluarkan oleh Abu Dawud (I: 214) dan al-Baihaqi (III: 29) dan derajat sanadnya shahih.
Riwayat Imam Ahmad ini jelas menunjukkan bahwa jumlah raka'at semuanya 13 tidak termasuk dua raka'at sunnah Fajar. Secara zhahir, hadits itu bertentangan dengan hadits 'Aisyah (radhiyallahu 'anhuma) yang terdahulu (hal. 16-17 -buku asli), dengan lafazh: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam baik di bulan Ramadhan maupun di luar bulan Ramadhan, tak pernah shalat malam melebihi 11 raka'at." Korelasi dua hadits tersebut telah dipaparkan sebelumnya, yang kesimpulannya, bahwa yang dimaksudkan 'Aisyah dengan lafazh itu, adalah selain dua raka'at ringan yang beliau (shallallahu 'alaihi wa sallam) lakukan sebelum beliau memulai shalat malam. Dan aku mendapati dalil yang menjadi nash dalam penggabungan makna dua hadits itu. Yaitu hadits lain, dimana 'Aisyah menyebutkan dua raka'at ini, kemudian ia menyebutkan delapan raka'at tadi, baru witir. Hal itu telah disebutkan dalam bentuk shalat malam yang pertama.
===
Maraji'/ Sumber:
Kitab: Shalaatu at-Taraawiihi, Penulis: Imam Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullah, Tanpa keterangan penerbit, Tanpa keterangan cetakan, Tanpa keterangan tahun, Judul terjemahan: Shalat Tarawih Menurut Tuntunan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, Penerjemah: Ustadz Abu Umar Basyir al-Maidani hafizhahullah, Penerbit: at-Tibyan, Solo - Indonesia, Cetakan IV, Nopember 2000 M.
===
Abu Sahla Ary Ambary bin Ahmad Awamy bin Muhammad Noor al-Bantani
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT