Skip to main content

Tata Cara Nabi dalam Shalat Malam dan Witir (3) | Shalat Tarawih Menurut Tuntunan Rasulullah

Shalaatu at-Taraawiihi.

Imam Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullah.

Shalat Tarawih Menurut Tuntunan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.

Fasal VIII.

Tata Cara Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam dalam Shalat Malam dan Witir (3).

Yang ketiga: Beliau (shallallahu 'alaihi wa sallam) shalat 11 raka'at, lalu salam pada setiap dua raka'at. Setelah itu beliau berwitir satu raka'at. Dasarnya, hadits 'Aisyah radhiyallahu 'anhuma bahwa dia bertutur:

"Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam shalat malam antara seusai shalat 'Isya -yang kala itu mereka sebut shalat 'Atamah- hingga shalat Fajar 11 raka'at. Beliau salam pada setiap dua raka'at, dan berwitir satu raka'at. {Beliau tak bergeming dalam sujudnya itu selama kalau seorang di antara kamu membaca 50 ayat, baru beliau mengangkat kepalanya}. Apabila muadzin telah selesai melantunkan adzan shalat Fajar, sehingga jelas sudah masuk waktu Fajar dan muadzin pun sudah hadir di masjid, beliau pun lantas shalat dua raka'at ringan. Lalu berbaring miring ke arah kanan (68), hingga datang muadzin melantunkan iqamat."

Diriwayatkan oleh Muslim (II: 155), Abu Uwanah (II: 326), Abu Dawud (I: 209), ath-Thahawi (I: 167), Ahmad (VI/ 215, 248). Abu Uwanah meriwayatkannya dari hadits Ibnu 'Abbas (radhiyallahu 'anhuma) (II: 315), sedangkan Muslim dan juga Abu Uwanah sendiri meriwayatkannya dari hadits Ibnu 'Umar radhiyallahu 'anhuma.

Bentuk shalat malam seperti itu, juga dikuatkan oleh hadits Ibnu 'Umar; Bahwa seorang lelaki pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tentang shalat malam, maka beliau bersabda:

"Shalat malam itu dua raka'at, dua raka'at. Apabila seorang di antara kamu takut kedahuluan Shubuh, maka hendaknya ia berwitir satu raka'at menutup shalat-shalatnya sebelum itu."

Diriwayatkan oleh Malik (I: 144), al-Bukhari (II: 382-385), Muslim (II: 172) dan Abu Uwanah (II: 230-231), dua perawi yang terakhir di atas menambahkan:

"Ibnu 'Umar pernah ditanya: 'Apa yang dimaksud dengan dua raka'at, dua raka'at?' Dia menjawab: 'Bersalam setiap dua raka'at.'"

Dalam riwayat al-Bukhari dan Malik disebutkan: "Dan Ibnu 'Umar biasa bersalam antara dua raka'at pertama shalat witir, dengan satu raka'at terakhirnya, bahkan sempat menyuruh-nyuruh (orang lain) untuk keperluannya."

Penafsiran Ibnu 'Umar di atas, diriwayatkan oleh Imam Ahmad (no. 5103), secara marfu' namun di tengah haditsnya terselip ucapan Ibnu 'Umar. Dan dalam susunan perawinya terdapat seorang bernama 'Abdul 'Aziz bin Abi Rawud. Dia orang yang jujur, namun suka salah menduga, sebagaimana dijelaskan dalam at-Taqrib. Dan aku khawatir, kali ini ia juga salah menduga kalau hadits itu adalah marfu', wallahu a'lam.

===

(68) [Ini merupakan dalil yang gamblang tentang disunnahkannya berbaring antara seusai melakukan sunnah Fajar dan shalat Shubuh. Namun tidak diketahui adanya seorang Shahabat pernah menyalahkan perbuatan itu. Maka cukuplah kita lakukan di rumah, sebagaimana yang disunnahkan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.]

===

Maraji'/ Sumber:
Kitab: Shalaatu at-Taraawiihi, Penulis: Imam Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullah, Tanpa keterangan penerbit, Tanpa keterangan cetakan, Tanpa keterangan tahun, Judul terjemahan: Shalat Tarawih Menurut Tuntunan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, Penerjemah: Ustadz Abu Umar Basyir al-Maidani hafizhahullah, Penerbit: at-Tibyan, Solo - Indonesia, Cetakan IV, Nopember 2000 M.

===

Abu Sahla Ary Ambary bin Ahmad Awamy bin Muhammad Noor al-Bantani
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Popular posts from this blog