Skip to main content

Tidak Ada Seorang pun Shahabat yang Pernah Shalat Tarawih 20 Raka'at, Penelitian Riwayat Tersebut dan Penjelasan Tentang Kelemahannya (2/2) | Shalat Tarawih Menurut Tuntunan Rasulullah

Shalaatu at-Taraawiihi.

Imam Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullah.

Shalat Tarawih Menurut Tuntunan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.

Fasal V.

Tidak Ada Seorang pun Shahabat yang Pernah Shalat Tarawih 20 Raka'at, Penelitian Riwayat Tersebut dan Penjelasan Tentang Kelemahannya (2/2).

Yang kedua: Dikeluarkan oleh adh-Dhayya' al-Maqdisi dalam al-Mukhtarah (I: 384) dari Abu Ja'far ar-Razi, dari Rabi' bin Anas, dari Abul Aliyah, dari Ubay bin Ka'ab (radhiyallahu 'anhu) bahwasanya 'Umar (radhiyallahu 'anhu) pernah menyuruh Ubay untuk mengimami manusia di bulan Ramadhan. Dia ('Umar) berkata: "Sesungguhnya orang-orang berpuasa di siang hari, tapi mereka tak pandai membaca al-Qur`an. Bagaimana kalau kamu mengimami mereka shalat malam?" Dia (Ubay) menjawab: "Wahai Amirul Mukminin, tapi itukan belum pernah terjadi?" "Aku tahu itu, tapi lebih baik demikian. Imamilah mereka shalat 20 raka'at."

Aku katakan: Sanad hadits ini lemah. Abu Ja'far sebenarnya adalah Isya bin Abi Isya bin Mahan. Dicantumkan namanya oleh Imam adz-Dzahabi dalam adh-Dhu'afa (kumpulan perawi-perawi lemah), dan dia berkomentar:

"Abu Zur'ah menyatakan: 'Banyak salah menduga.' Imam Ahmad mengomentarinya: 'Tidak layak.' Pernah juga dia menyatakan: 'Baik haditsnya.' Al-Fallas menyatakan: 'Buruk hafalannya.' Ada juga yang menyatakan: 'Orang yang terrpercaya.' Kemudian Imam adz-Dzahabi kembali memuat biodatanya dalam al-Kuna, lalu berkomentar: 'Mereka (ahli hadits) semuanya mencela dirinya.' Al-Hafizh menegaskan dalam at-Taqrib: "Buruk hafalannya.' Ibnul Qayyim menyatakan dalam Zaadul Ma'ad (I: 99): 'Pemilik hadits-hadits munkar. Tak seorangpun dari ahli hadits yang menjadikannya sebagai hujjah di kala meriwayatkan hadits seorang diri.'"

Aku mengatakan: Dalam hal ini, seorang peneliti yang jeli tak akan ragu untuk menyatakan bahwa hadits-haditsnya banyak menyelisihi riwayat-riwayat para perawi terpercaya. Di antaranya, adalah hadits ini. (51)

Telah disebutkan sebelumnya satu riwayat dengan sanad yang shahih dari 'Umar (radhiyallahu 'anhu) bahwa dia memerintahkan Ubay untuk mengimami manusia shalat sebelas raka'at. Dan tak mungkin Ubay lalu menyalahi perintah Amirul Mukminin itu, apalagi amalan itu bersesuaian dengan Sunnah Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, baik lewat perbuatan beliau maupun pembenaran beliau terhadap apa yang dilakukan Ubay radhiyallahu 'anhu.

Masih ada lagi penyelisihan lain, yaitu ungkapan Ubay: "Itu kan tak pernah terjadi?" Mustahil kalau diucapkan oleh Ubay lalu disetujui oleh 'Umar radhiyallahu 'anhuma. Karena tarawih berjama'ah itu pernah ada di masa hidup Rasul shallallahu 'alaihi wa sallam sebagaimana telah dijelaskan dalam hadits-hadits yang shahih pada fasal pembahasan pertama. Seharusnya kan mereka berdua ikut melakukannya, atau paling tidak mengetahui hal itu. Dan mereka berdua juga dikenal keilmuannya.

Kesimpulannya, riwayat dari Ubay ini adalah munkar dan tak dapat dijadikan hujjah.

===

(51) [Di antaranya lagi haditsnya juga dengan sanad yang sama dari Anas radhiyallahu 'anhu: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam selalu melakukan do'a qunut pada shalat Shubuh sampai beliau meninggal dunia." Para ulama peneliti hadits telah melemahkan hadits tersebut, dan menerangkan kontradiksi hadits itu dengan hadits yang shahih dari Anas: "Sesungguhnya Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam tidak pernah berdo'a qunut kecuali apabila mendo'akan satu kaum atau melaknat kaum yang lain." Silahkan lihat Nashbu ar-Rayah (II: 132), al-Jauharu an-Naqiy (II: 209), Zaadul Ma'ad (I: 99) dan Talkhishu al-Habir (hal. 93).]

===

Maraji'/ Sumber:
Kitab: Shalaatu at-Taraawiihi, Penulis: Imam Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullah, Tanpa keterangan penerbit, Tanpa keterangan cetakan, Tanpa keterangan tahun, Judul terjemahan: Shalat Tarawih Menurut Tuntunan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, Penerjemah: Abu Umar Basyir al-Maidani, Penerbit: at-Tibyan, Solo - Indonesia, Cetakan IV, Nopember 2000 M.

===

Abu Sahla Ary Ambary bin Ahmad Awamy bin Muhammad Noor al-Bantani
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Popular posts from this blog