Skip to main content

Syari'at 'ibadah hajji (2) | Tidak Semua Hajji Mabrur

al-Mab-hats

Syaikh Kholil Harros rohimahuLLOOH

Syari'at 'ibadah hajji (2)

Hajji termasuk 'ibadah yang mempunyai pengaruh besar dalam mendidik jiwa, berupa lepas diri dari gemerlap dunia, kembali kepada fitroh aslinya, mengatasi kesulitan-kesulitan dan kepayahan-kepayahan, mengagungkan kehormatan-kehormatan ALLOH 'Azza wa Jalla dengan menahan diri dari setiap gangguan dan tindakan bermusuhan. Oleh karenanya, seorang yang berihrom tidak boleh membunuh binatang buruan, tidak boleh memotong kuku, tidak boleh mencukur rambut, bahkan semua kegiatan 'ibadah hajji itu adalah keselamatan untuk diri dan orang lain.

Pelaksanaan 'ibadah hajji adalah bentuk pemenuhan terhadap panggilan ALLOH 'Azza wa Jalla melalui lisan kekasih-NYA, yaitu Ibrohim 'alay-his salam, agar berkunjung ke Baitul Harom. Oleh karenanya, orang yang berhajji mengucapkan niatnya berhajji atau ber'umroh:

LabbaikaLLOOHUmma labbaik, labbaika laa syariika laka labbaik, innalhamda wanni'mata laka wal mulk, laa syariika lak

"Kupenuhi panggilan-MU wahai ALLOH, kupenuhi seruan-MU, kupenuhi panggilan-MU tidak ada sekutu bagi-MU, kupenuhi panggilan-MU, sesungguhnya pujian dan nikmat hanya untuk-MU, juga kerajaan-MU, tidak ada sekutu bagi-MU."

Makna labbaika: Bersegera menuju keta'atan kepada-MU, dan memenuhi panggilan-MU tanpa lama-lama dan lambat.

Selain itu, 'ibadah hajji merupakan ajang perkumpulan kaum Muslimin yang berulang setiap tahunnya, dimana mereka datang dari berbagai belahan bumi, hingga mereka dapat mengingat persatuan agama yang menaungi mereka semua. Meski mereka berbeda jenis dan warna kulit, serta berlainan lisan dan dialek, maka dikenalkan persaudaraan, saling berganti memberikan manfaat di antara mereka, serta saling memahami keadaan masing-masing. Di dalamnya ada perbaikan terhadap keadaan dan kemuliaan mereka; juga memperkuat tali persaudaraan sesama mereka. Sungguh al-Qur-an telah mengisyaratkan akan hal itu dalam firman-NYA,

"...Supaya mereka menyaksikan berbagai manfaat bagi mereka..."
(Qur-an Suroh al-Hajj (22): ayat 28)

Dalam hadits di atas (Hadits Riwayat Imam al-Bukhori 1424) Nabi shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam memberitakan bahwa barangsiapa melaksanakan kewajiban hajji dengan cara yang benar, yakni: mengikhlaskan niat kepada ALLOH 'Azza wa Jalla di dalamnya, dia tidak keluar (berhajji) karena riya' atau sum'ah, namun karena iman kepada ALLOH 'Azza wa Jalla dan mengharapkan pahala dari sisi-NYA, patuh atas perintah-NYA; dia menunaikan kewajiban menjauhi perkara yang tidak pantas dilakukan orang yang berihrom berupa rofats, yakni jima' dan pendahulu-pendahulunya dan setiap yang terkait dengannya; juga tidak berbuat fasiq, yaitu keluar dari keta'atan kepada ALLOH 'Azza wa Jalla, yakni bermaksiat terhadap-NYA; maka sungguh dia pulang dari 'ibadah hajji dalam keadaan bersih dari dosa seperti saat dia dilahirkan. Kecuali jika dosa itu menyangkut hak-hak orang lain, maka sungguh dosa ini tidak terhapus dengan 'ibadah hajji dan yang selainnya, bahkan harus mengembalikannya kepada yang berhak, atau meminta kepada mereka agar menghalalkannya.

Tidak heran jika 'ibadah hajji dengan kedudukan seperti ini bisa mensucikan dari dosa-dosa, karena ia sebenarnya rihlah (pergi) menuju ALLOH 'Azza wa Jalla. Saat berhajji, seorang Muslim menanggung banyak kesusahan, terancam berbagai malapetaka dan marabahaya, mengorbankan tenaga dan hartanya, lalu melaksanakan manasik hajji. Ia melangkah menuju pintu ROBB-nya, datang kepada-NYA dari tempat yang amat jauh untuk memohon maaf dan ampunan dari-NYA, meluapkan keluhannya kepada-NYA atas dosa-dosanya yang bisa menyebabkan kehancuran dan kebinasaannya, jika dosa-dosa itu masih ada dan tidak diampuni ALLOH 'Azza wa Jalla.

Maka apa persangkaanmu terhadap ROBB Yang Maha Pemurah, yang hamba-NYA meminta perlindungan kepada-NYA, mencurahkan keluh kesahnya ke hadapan-NYA, mengakui kezholiman dan kejahilannya di sisi-NYA, juga terhadap sikap melampaui batasnya terhadap hak-NYA, kemudian dia bertaubat, menyesal dan menyadari bahwa tidak ada tempat berlindung baginya dari ALLOH 'Azza wa Jalla, kecuali hanya pada-NYA. Juga bahwasanya tidak ada seorangpun yang selamat dari ALLOH 'Azza wa Jalla, serta bahwasanya jikalau dia tidak mendapatkan rohmat dan keutamaan dari ALLOH 'Azza wa Jalla, maka akan menjadi orang yang sengsara dengan kesengsaraan seluruhnya.

Sesungguhnya ALLOH 'Azza wa Jalla paling pengasih daripada DIA mengembalikan hamba-NYA dengan kondisi kecewa setelah DIA mengetahui kejujuran darinya dalam berlindung kepada-NYa dan ikhlash dalam taubatnya dari dosanya. Dan sungguh telah datang di dalam hadits shohih,

"Ibadah hajji mabrur (maka) tidak ada baginya balasan melainkan Surga."
(Hadits Riwayat Imam Muslim)

Kami memohon kepada ALLOH 'Azza wa Jalla agar mengaruniai kami dan saudara-saudara kami kesempurnaan dalam menjalankan kewajiban tersebut dan menerimanya dengan anugerah dan kemurahan-NYA.

Referensi:

Majalah al-Asholah halaman 31-34, bulan Dzulqo'dah, tahun 1425 H, volume ke-47, tahun ke-9.

===

Sumber:
Majalah as-Sunnah Edisi 08/ Tahun XIII/ Dzulqo'dah 1430 H/ November 2009 M.

===

Layanan gratis estimasi biaya rangka atap baja ringan, genteng metal, dan plafon gypsum:
http://www.bajaringantangerang.com

===
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Popular posts from this blog