Al-Mab-hats
Disusun oleh Ustadz Zaenal Abidin Lc hafizhohuLLOOH
Akar ritual bid'ah hajji
Tidaklah muncul kesesatan termasuk ritual bid'ah sebelum dan sesudah hajji melainkan bersumber dari rekaan hawa nafsu dan mengedepankan akal di atas nash-nash agama. Karena langkah demikian hanya menghasilkan berbagai macam keburukan, menampakkan kekejian, merobek penutup harga diri dan kehormatan serta menjadi pintu masuk berbagai kejahatan (2), bahkan seluruh kebid'ahan lahir karena menuhankan hawa nafsu dan mengedepankan akal dengan mengalahkan al-Qur-an dan as-Sunnah sebagaimana firman ALLOH 'Azza wa Jalla,
"Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai tuhannya, dan ALLOH membiarkannya dalam keadaan seperti itu berdasarkan 'ilmu-NYA, dan ALLOH telah mengunci mati pendengaran dan hatinya kemudian meletakkan penutup di atas penglihatannya?"
(Qur-an Suroh al-Jatsiyah (45): ayat 23)
Qodhi Syuroih rohimahuLLOOH berkata, "Celakalah kalian, sungguh Sunnah telah mendahului qiyasmu, maka ikutilah Sunnah jangan membuat kebid'ahan, karena kalian tidak akan tersesat selagi masih mengambil atsar." (3)
Mengikuti kebenaran membutuhkan sikap tulus dan menanggalkan gengsi, sombong dan sikap fanatis tokoh. Karena sangat sulit bagi seseorang harus mengakui kebenaran yang dahulu dianggap sesat dan mengikuti kebenaran suatu kelompok atau seorang tokoh yang dahulu dianggap berseberangan. Maka dalam demikian, biarpun salah tetap mengaku benar bahkan berani menantang dengan menghalalkan segala cara termasuk dengan mubahalah. Keadaan mereka menyerupai yang dituturkan ALLOH 'Azza wa Jalla dalam firman-NYA,
"Dan (ingatlah), ketika mereka (orang-orang musyrik) berkata, 'Ya ALLOH, jika betul (al-Qur-an) ini, dialah yang benar dari sisi ENGKAU. Maka hujanilah kami dengan batu dari langit, atau datangkanlah kepada kami adzab yang pedih."
(Qur-an Suroh al-Anfal (8): ayat 32)
Bila keyakinan sudah mendarah daging maka akan sulit bagi pelakunya untuk rujuk kepada kebenaran kecuali sedikit. Itupun kebanyakan motivasi awal mereka ketika ingin rujuk kepada kebenaran karena faktor dunia (4). Maka, banyak sekali nash-nash al-Qur-an dan as-Sunnah yang mencela sikap mengikuti hawa nafsu, ALLOH 'Azza wa Jalla berfirman,
"Maka jika mereka tidak menjawab seruanmu, ketahuilah sesungguhnya mereka hanyalah mengikuti hawa nafsu. Dan siapakah yang lebih sesat daripada orang yang mengikuti hawa nafsunya tanpa mendapat petunjuk dari ALLOH sedikitpun. Sesungguhnya ALLOH tidak memberi pertunjuk kepada orang-orang yang zholim."
(Qur-an Suroh al-Qoshos (28): ayat 50)
Mereka tidak berusaha mencari kebenaran namun yang mereka cari adalah pembenaran atas kebatilannya. Contoh paling aktual yang sering kita saksikan adalah tradisi walimah dan selamatan sebelum dan sesudah hajji. Mereka menjadikan hawa nafsu sebagai sumber inspirasi untuk melakukan atau meninggalkan sesuatu dan tidak peduli apakah tindakannya sesuai dengan keinginan ALLOH 'Azza wa Jalla atau menyelisih-NYA. Barangsiapa yang membenci kebenaran dan mengikuti hawa nafsunya pasti kesesatan yang akan mereka peroleh.
Nabi shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam bersabda, "Dan sesungguhnya akan keluar dari ummatku sekelompok kaum yang diserang hawa nafsu tersebut, seperti seorang yang diserang virus anjing rabies, hingga tidak tersisa urat dan persendian melainkan telah dimasukinya." (5)
Hawa nafsu terkadang menguasai orang alim yang mempunyai kepedulian terhadap al-Qur-an dan as-Sunnah, namun tidak menyerunya untuk meninggalkan nash-nash al-Qur-an dan as-Sunnah secara keseluruhan, tetapi hanya mengajak untuk meng'amalkan kandungan al-Qur-an dan as-Sunnah yang sesuai dengan selera hawa nafsunya. Maka wajib bagi seorang hamba mengukur apakah kadar kecintaan dan kebenciannya kepada sesuatu dengan perintah ALLOH 'Azza wa Jalla dan Rosul-NYA. (6)
Memang benar, Rosululloh shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam pernah mengadakan walimah safar ketika sampai di Madinah namun Beliau shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam melakukan setelah datang dari safar sebagaimana yang ditegaskan Jabir bin 'Abdillah ro-dhiyaLLOOHU 'anhu bahwa Nabi shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam pernah membeli seekor unta dariku dengan harga satu setengah atau dua dirham ketika Beliau shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam datang Beliau memerintahkan untuk menyembelih sapi dan mereka memakannya. (7)
Ibnu Baththol rohimahuLLOOH mengatakan bahwa dalam hadits ini terdapat anjuran bagi seorang pemimpin atau tokoh agar menjamu para shohabatnya ketika ia datang dari safar. Dan demikian itu hukumnya mustahab (sunnat) menurut para 'ulama Salaf yang disebut dengan istilah Naqii'ah. Sementara Imam Muhallab rohimahuLLOOH menukil bahwa Ibnu 'Umar ro-dhiyaLLOOHU 'anhuma ketika datang dari bepergian menjamu orang-orang yang menemuinya dan makan bersama mereka dan mengurungkan qodho' puasa Romadhon, karena dia ro-dhiyaLLOOHU 'anhuma memang tidak pernah berpuasa saat sedang safar dan ketika usai menjamu maka dia mulai mengqodho' puasa Romadhon. (8)
===
(2) Lihat kitab Adabud Dunya, al-Mawardi, halaman 32.
(3) Riwayat Imam ad-Darimi dalam kitab Sunannya 202, 1/71.
(4) Lihat kitab al-Qoid ila Tashihul Aqoid, 'Abdurrohman al-Yamani, halaman 20.
(5) Hadits shohih diriwayatkan oleh Imam Abu Dawud 4597, Imam Ahmad 4/102, Imam ad-Darimi 2/158, Imam al-Hakim 8325, Imam al-Ajurri dalam kitab asy-Syari'ah 31, Imam Ibnu Abi 'Ashim dalam kitab as-Sunnah 1,2, dan 65, Imam Ibnu Nashr al-Marwazi dalam kitab as-Sunnah 14 dan 15, Imam al-Laalika'i dalam kitab Syarh Ushul I'tiqod Ahli Sunnah wa al-Jama'ah 150, dan Imam Ibnu Baththoh dalam al-Ibanah al-Kubro 245 dan 247, dan hadits ini dishohihkan oleh Imam al-Albani dalam Dzilalul Jannah 1.
(6) Lihat kitab Majmu' Fatawa 28/133-134.
(7) Hadits shohih diriwayatkan Imam al-Bukhori dalam kitab Shohiih-nya 3089.
(8) Lihat kitab Fat-hul Baari 6/216.
===
Sumber:
Majalah as-Sunnah nomor 5/ tahun XVI, Syawwal 1433 H/ September 2012 M.
===
Layanan gratis estimasi biaya rangka atap baja ringan, genteng metal, dan plafon gypsum:
http://www.bajaringantangerang.com
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT