Menyorot sholat arba'in di Masjid Nabawi (2)
Disusun oleh ustadz Anas Burhanuddin MA hafizhohuLLOOH
Beberapa catatan tentang praktek sholat arba'in
Terlepas dari perbedaan pendapat di atas, ada beberapa catatan yang perlu diperhatikan seputar 'amalan ini, di antaranya:
1. Kadang-kadang terjadi pelanggaran Sunnah yang sudah jelas untuk mengejar pahala 'amalan yang masih diperselisihkan ini. Saat musim hajji, di Masjid Nabawi kita bisa dengan mudah melihat banyak orang yang berlarian saat mendengar iqomat dikumandangkan. Hal ini mereka lakukan untuk mengejar takbirotul ihrom bersama imam. Padahal Nabi Muhammad shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam memerintahkan kita untuk mendatangi Masjid dengan tenang dan melarang kita untuk tergesa-gesa saat hendak sholat. Beliau shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam bersabda,
"Jika kalian mendengar iqomat, berjalanlah untuk sholat dengan tenang dan wibawa, jangan terburu-buru, sholatlah bersama imam sedapatnya, dan sempurnakan sendiri bagian yang tertinggal."
(Hadits Riwayat Imam al-Bukhori nomor 636, dan Imam Muslim nomor 154, dan ini adalah lafazh Imam al-Bukhori)
2. Sebagian orang tidak lagi bersemangat sholat di Masjid Nabawi setelah menyelesaikan arba'in. Hal ini bisa mudah dilihat di penginapan para jama'ah hajji menjelang kepulangan dari Madinah. Panggilan adzan yang terdengar keras dari hotel-hotel yang umumnya dekat dari Masjid Nabawi tidak lagi dijawab sebagaimana hari-hari sebelumnya saat program arba'in belum selesai. Jika kita melihat kondisi para jama'ah hajji setelah sampai di negeri masing-masing, kita bisa melihat kondisi yang lebih memprihatinkan lagi. Adakah ini karena keyakinan mereka bahwa mereka telah bebas dari Neraka dan kemunafikan setelah menyelesaikan program arba'in? Jika demikian, maka 'amalan yang masih diperselisihkan ini telah memberikan dampak buruk atau dipahami secara salah.
Syaikh 'Athiyyah Muhammad Salim -salah satu 'ulama yang ikut menshohihkan 'amalan ini- berkata, "Perlu diketahui bahwa tujuan dari arba'in adalah membiasakan dan memompa semangat sholat jama'ah. Adapun jika setelah pulang orang meninggalkan sholat jama'ah dan meremehkan sholat, maka ia sungguh telah kembali buruk setelah sempat baik." (4)
3. Sebagian orang memaksakan diri untuk menginap di Madinah untuk waktu lama, sedangkan mereka tidak memiliki bekal yang memadai. Padahal mereka perlu menyewa penginapan dan menyediakan kebutuhan hidup yang lain. Sebagian orang yang kehabisan bekal akhirnya mengemis di Madinah demi mengejar keutamaan arba'in (5). Adapun jama'ah hajji Indonesia, insya ALLOH tidak mengalami hal ini karena biaya hidup di Madinah sudah masuk dalam paket biaya pelaksanaan 'ibadah hajji yang harus dibayarkan sebelum berangkat.
Di samping itu, jika ada bekal dan waktu berlebih, lebih baik jika digunakan untuk memperbanyak 'ibadah di Makkah dan Masjidil Harom yang jelas memiliki keutamaan lebih besar.
4. Barangkali ada jama'ah hajji yang memaksakan diri untuk tetap sholat di Masjid Nabawi saat sedang sakit keras demi mengejar keutamaan arba'in. Semangat 'ibadah tentu sangat dianjurkan, namun jika sampai membahayakan kesehatan, maka hal ini menjadi tidak boleh. Dalam beberapa kasus, saya (penyusun) melihat bahwa memforsir tenaga secara berlebihan selama perjalanan hajji adalah salah satu faktor penyebab banyaknya kematian para jama'ah hajji. Sayangnya hal ini kadang terjadi dalam 'ibadah yang tidak kuat dalilnya, seperti mengulang-ulang 'umroh saat di Makkah. Sementara sebagian jama'ah lain justru sakit saat 'ibadah utama (hajji) tiba waktunya, karena sebelumnya sudah terforsir untuk 'ibadah-'ibadah seperti ini.
5. Bagi para jama'ah hajji wanita, sholat di rumah atau penginapan lebih baik bagi mereka daripada sholat di Masjid Nabawi. Mari kita perhatikan hadits berikut ini,
Dari Ummu Humaid -isteri Abu Humaid as-Sa'idi- bahwa ia telah datang kepada Nabi shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam dan berkata, "Wahai Rosululloh, sungguh aku senang sholat bersamamu." Nabi shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam bersabda, "Aku sudah tahu itu, dan sholatmu di bagian dalam rumahmu lebih baik bagimu daripada sholat di kamar depan. Sholatmu di kamar depan lebih baik bagimu daripada sholat di kediaman keluarga besarmu. Sholatmu di kediaman keluarga besarmu lebih baik daripada sholat di Masjid kaummu, dan sholatmu di Masjid kaummu lebih baik dari sholat di Masjidku." Maka Ummu Humaid memerintahkan agar dibangunkan Masjid di bagian rumahnya yang paling dalam dan paling gelap, dan ia sholat di situ sampai bertemu ALLOH.
(Hadits Riwayat Imam Ahmad nomor 27090, dihukumi hasan oleh al-Hafizh Ibnu Hajar)
Kita sudah mengetahui besarnya keutamaan sholat di Masjid Nabawi. Namun bagi para wanita, sholat di rumah mereka tetap lebih baik bagi mereka dibanding sholat di Masjid Nabawi, bahkan di Masjidil Harom. Semakin tersembunyi tempat sholat, itu semakin baik bagi mereka. Para jama'ah hajji wanita perlu meneladani Ummu Humaid ro-dhiyaLLOOHU 'anha yang begitu menaati Sunnah Nabi Muhammad shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam dengan selalu sholat di rumah. Tidak seperti sebagian jama'ah hajji wanita yang kadang sholat di jalan-jalan kota Makkah karena masjid-masjid penuh. Mereka bersemangat tinggi tapi tidak didasari 'ilmu agama yang memadai.
Bersambung...
===
(4) Kitab Adhwaa'ul Bayaan 8/336.
(5) Al-Bahtsul Amin fi Hadits al-Arba'in, diterbitkan dalam Majalah al-Jami'ah al-Islamiyyah edisi 41.
===
Sumber:
Majalah as-Sunnah nomor 5/ tahun XVI, Syawwal 1433 H/ September 2012 M.
===
Layanan gratis estimasi biaya rangka atap baja ringan, genteng metal, dan plafon gypsum:
http://www.bajaringantangerang.com
===
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT