Skip to main content

Sakarotul maut

Kematian

Sakarotul maut

Sudah tiba saatnya orang tidur harus bangun, sudah tiba waktunya orang lalai harus sadar sebelum kematian menjelang dengan membawa minuman yang getir, sebelum semua gerakan ini terhenti, sebelum nafas tidak lagi berhembus, sebelum dibawa dan berada di dalam kubur.

Imam al-Qurthubi rohimahuLLOOH menjelaskan, ALLOH Sub-haanahu wa Ta'aala menggambarkan beratnya kematian di empat ayat sebagai berikut,

Pertama, firman-NYA,

"Dan datanglah sakarotul maut dengan sebenar-benarnya."
(Qur-an Suroh Qof: ayat 19)

Kedua,

"Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang zholim berada dalam tekanan sakarotul maut."
(Qur-an Suroh al-An'am: ayat 93)

Ketiga,

"Maka mengapa ketika nyawa sampai di kerongkongan."
(Qur-an Suroh al-Waqi'ah: ayat 93)

Keempat,

"Sekali-kali jangan. Apabila nafas (seseorang) telah (mendesak) sampai ke kerongkongan."
(Qur-an Suroh al-Qiyamah: ayat 26)

Diriwayatkan dari 'Aisyah ro-dhiyaLLOOHU 'anhuma, "Dihadapan Rosululloh shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam terdapat timba atau ember, Beliau shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam memasukkan kedua tangan ke dalam air lalu Beliau shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam usapkan ke wajah, Beliau shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam mengucapkan,

'Laa ilaaha illaLLOOH, sungguh kematian itu ada sekaratnya.' Beliau shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam menengadahkan tangan lalu berdo'a, 'Bersama golongan para Nabi.' Hingga Beliau shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam wafat kemudian tangan Beliau shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam jatuh." (10)

Imam al-Qurthubi rohimahuLLOOH menyampaikan, bahwa 'ulama menjelaskan, kematian akan menimpa para Nabi, Rosul, golongan pertama, dan orang-orang bertaqwa, lantas kenapa kita sibuk untuk membicarakannya, kenapa kita berselisih pendapat untuk mempersiapkan diri mengahadapinya?!

"Katakanlah, 'Berita itu adalah berita yang besar, yang kamu berpaling daripadanya.'"
(Qur-an Suroh Shod: ayat 67-68)

Beratnya kematian dan sakarotul maut yang dialami para Nabi memiliki dua manfaat:

Pertama, agar manusia tahu seperti apa derita saat menghadapi kematian, dan beban berat kematian itu tidak terlihat. Kadang orang menyaksikan orang mati tanpa melihat gerakan atau kesedihan si mayit, yang ia lihat hanyalah ruh keluar dari jasad dengan mudahnya, sehingga yang bersangkutan mengira kematian itu mudah padahal ia tidak tahu apa sebenarnya yang dialami si mayit.

Karena para Nabi yang benar imannya telah mengabarkan berita tentang beban berat sakitnya kematian yang mereka alami, padahal mereka adalah orang-orang yang mulia di mata ALLOH Sub-haanahu wa Ta'aala meski ada sebagian Nabi yang wafat dengan mudah, seluruh manusia pun meyakini kematian yang dirasakan dan dialami oleh si mayit sangat berat berdasarkan berita yang mereka sampaikan.

Kedua, mungkin ada sebagian orang berpikir, mereka adalah orang-orang tercinta (para Nabi dan Rosul ALLOH), lalu kenapa mereka juga mengalami beban berat yang begitu besar, ALLOH kuasa untuk meringankan kematian mereka. Jawabannya karena manusia yang paling berat cobaannya di dunia adalah para Nabi, selanjutnya orang-orang semisal mereka, lalu orang-orang yang mengikut mereka. (11)

ALLOH Sub-haanahu wa Ta'aala ingin menguji mereka untuk menyempurnakan kemuliaan mereka di sisi-NYA, meninggikan derajat mereka di dekat-NYA. Beratnya kematian yang dialami para Nabi dan Rosul bukan sebagai kekurangan ataupun siksa, namun seperti yang telah ALLOH sampaikan, hal itu untuk mengangkat kemuliaan mereka setinggi-tingginya, dan mereka ridho atas taqdir yang diberlakukan terhadap mereka. Karena itulah ALLOH ingin menutup usia mereka dengan beban berat seperti itu meski ALLOH bisa meringankan beban itu untuk mengangkat derajat mereka dan memperbesar pahala mereka sebelum wafat, seperti halnya Nabi Ibrohim 'alay-his salam diuji dengan kobaran api, Nabi Musa 'alay-his salam diuji dengan rasa takut dan kitab Taurot, Nabi 'Isa 'alay-his salam diuji dengan tanah gersang dan Nabi kita Muhammad shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam yang diuji dengan kemiskinan di dunia serta peperangan yang Beliau shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam lancarkan terhadap orang-orang kafir. Itu semua berfungsi untuk meningkatkan kondisi dan menyempurnakan derajat mereka.

Pertanyaan: Apakah semua makhluq merasaka sakarotul maut?

Jawaban: Sebagian 'ulama memberi penjelasan, berdasarkan dalil yang shohih, kematian sangat terasa getir, semua makhluq merasakannya, hanya saja dalam hal ini ada dua golongan dan dua perkiraan.

Hanya ALLOH semata yang kekal abadi selamanya dan ALLOH memberlakukan ketetapan semua makhluq binasa dan fana, ini menunjukkan bahwa ALLOH berbeda dengan semua makhluq. ALLOH membedakan semua benda nyata berdasarkan perbedaan tingkat dan derajat; ada alam hewan, ada alam manusia, ada pula alam non manusia, kemudian di atasnya ada alam ruhani, dan golongan atas, mereka semua merasakan sakarotul maut. ALLOH Sub-haanahu wa Ta'aala berfirman,

"Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati."
(Qur-an Suroh Ali 'Imron: ayat 185)

Imam al-Qurthubi rohimahuLLOOH menjelaskan, bila penjelasan di atas sudah jelas, selanjutnya perlu diketahui kematian merupakan sesuatu yang sangat mengerikan, kematian merusak dan memutuskan semua kenikmatan, memutuskan semua kesenangan, mendatangkan berbagai hal yang tidak disukai, memutuskan dan mencerai-beraikan semua anggota badan, dan merusak semua persendian. Kematian benar-benar hal besar, dan hari terjadinya kematian merupakan hari besar. (12)

Oleh karena itu Nabi shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam mewasiatkan ketika menghadapi sakarotul maut melalui sabdanya,

"Barangsiapa perkataan terakhirnya 'Laa ilaaha illaLLOOH', ia masuk Surga." (13)

Hendaklah orang yang tengah sekarat mewaspadai dorongan syaithon karena syaithon menghampiri orang yang sekarat untuk merusak aqidahnya. Ketika orang yang sekarat ditalqin dan mengucapkannya satu kali, setelah itu tidak perlu diulang lagi agar tidak ada gelisah padanya.

Ahlul Ilmi memakruhkan memperbanyak dan mendesakkan talqin pada orang yang tengah sekarat bila yang bersangkutan telah memahaminya. Ibnu Mubarok rohimahuLLOOH berkata, "Talqinkan Laa ilaaha illaLLOOH pada orang yang sekarat, bila sudah diucapkan, biarkan."

Abu Muhammad 'Abdul Haq rohimahuLLOOH menjelaskan, bahwa dikhawatirkan bila talqin disampaikan secara terus menerus dan dipaksakan akan menimbulkan kegelisahan pada orang yang sekarat dan diperberat oleh syaithon, sehingga akan menjadi penyebab su'ul khotimah. Perintah Ibnu Mubarok harus dilaksanakan. (14)

===

(10) Riwayat Imam at-Tirmidzi, hadits nomor 2338, dishohihkan oleh Imam al-Albani, lihat kitab Shohiih al-Jami' 1/333.

(11) Riwayat Imam at-Tirmidzi, hadits nomor 2338, dishohihkan oleh Imam al-Albani, lihat kitab Shohiih al-Jami' 1/333.

(12) Kitab at-Tadzkiroh halaman 23-25.

(13) Riwayat Imam Abu Dawud, hadits nomor 3116, dishohihkan oleh Imam al-Albani dalam kitab Shohiih Sunan Abi Dawud, hadits nomor 2673.

(14) Kitab at-Tadzkiroh halaman 31.

===

Sumber:
Kitab: ar-Riyad an-Naadiroh fii Shohiih ad-Daaril Akhiroh, Penulis: Dr. Ahmad Musthofa Mutawalli, judul terjemahan: Seri ke-1 (Serial Trilogi Alam Akhiroh) Misteri Kematian, Menguak fenomena kematian dan rentetan peristiwa dahsyat menjelang Kiamat, Penerjemah: Umar Mujtahid Lc, Penerbit: Darul Ilmi Publishing - Bogor, Cetakan II, Robiul Akhir 1434 H/ Februari 2013 M.

===

Layanan gratis estimasi biaya rangka atap baja ringan, genteng metal, dan plafon gypsum:
http://www.bajaringantangerang.com

===
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT