Mengenali cara merusak usus halus (4)
Kebersihan dan pencemaran lingkungan
Lingkungan kotor, kumuh dan tak terawat menjadi salah satu faktor penting pemicu tifus. Tentunya kebersihan harus dimulai dari pribadi, keluarga, rumah dan lingkungan. Bila seseorang tak memperdulikan kebersihan diri dan lingkungannya sama saja membiarkan berkembangnya bibit penyakit (kuman, bakteri, dan virus). Ketika hendak menyentuh makanan lalai membasuh tangan, apalagi bagi seorang mukmin, ia selalu identik dengan kebersihan mulai dari tubuh, pakaian, rumah dan tempat beraktivitas. Tubuhnya selalu terjaga, apalagi dengan minimal sholat lima waktu -berarti lima kali wudhu'- merupakan kegiatan harian yang memberikan maslahat kesehatan yang menakjubkan.
Lingkungan kotor, kumuh, sanitasi buruk, genangan air yang bermasalah, selain bisa menjadi tempat berkembang biaknya bibit penyakit juga area yang disukai syaithon. Di lingkungan yang kotor bibit penyakit cukup mudah merasuk ke dalam makanan, minuman serta menempel di tubuh, telapak tangan atau menelusup ke dalam tubuh secara terus menerus sehingga dapat merusak organ, terutama organ pencernaan. Menurut data organisasi kesehatan dunia ratusan ribu orang meninggal lantaran tifus setiap tahun.
Selain lingkungan kotor yang tampak di permukaan, perlu diperhatikan sumber air yang dibutuhkan dan digunakan manusia sehari-hari, terutama untuk minum, mandi dan masak. Bila diamati air yang digunakan manusia itu berasal dari tanah, sedangkan kondisi sebagian besar air tanah saat ini, terutama di perkotaan sudah sangat memprihatinkan. Sebab air tanah yang diambil atau disedot besar-besaran tiap detik membuat ruang-ruang bawah tanah semakin terbuka, bahkan membentuk kubangan-kubangan besar yang bisa melebihi luas bangunan di atasnya. Melebarnya ruang-ruang bawah tanah inilah yang membuka peluang masuknya atau resapan air dan kotoran dari sungai, penampungan tinja, air laut dan berbagai limbah berbahaya.
Prof. Dr. Sutami, pakar lingkungan, sebelum wafatnya pernah memperkirakan pulau Jawa bakal tenggelam lantaran tidak dibatasinya penyuntikan (pengeboran air tanah). Sebelum pulau-pulau yang dikuras air tanahnya tenggelam, tentunya dampak yang membahayakan dari melebarnya ruang bawah tanah ini adalah pencemaran terhadap air tanah. Bila ada pihak yang menyebut penyebab tifus adalah bakteri salmonella yang terdapat pada kotoran (tinja), maka bila pembuangan kotoran manusia sudah mencemari air tanah tentunya sangat mungkin air yang digunakan manusia sehari-hari tercemari bibit penyakit tersebut.
Belum lagi pembuangan limbah baik kotoran binatang paling kotor seperti babi dan limbah pabrik berbahaya yang langsung mencemari tanah dan airnya juga sangat mungkin memicu berkembangnya penderita tifus. Pasalnya dari hasil penelitian ditemukan bahwa tifus adalah salah satu penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri salmonella. Bakteri ini ternyata adalah salah satu dari sekian banyak bakteri yang bersarang di tubuh babi. Nama salmonella diberikan oleh ahli patologi Amerika Daniel Edward Salmon pada abad 19. Tapi bakteri ini sebelumnya ditemukan oleh rekannya Theobold Smith pada tahun 1985 di tubuh babi.
===
Sumber:
Tabloid Bekam Edisi 15/ Tahun ke-3/ Tahun 2012
===
Layanan GRATIS Estimasi Biaya Baja Ringan, Genteng Metal & Plafon Gypsum
http://www.bajaringantangerang.com
===
Kebersihan dan pencemaran lingkungan
Lingkungan kotor, kumuh dan tak terawat menjadi salah satu faktor penting pemicu tifus. Tentunya kebersihan harus dimulai dari pribadi, keluarga, rumah dan lingkungan. Bila seseorang tak memperdulikan kebersihan diri dan lingkungannya sama saja membiarkan berkembangnya bibit penyakit (kuman, bakteri, dan virus). Ketika hendak menyentuh makanan lalai membasuh tangan, apalagi bagi seorang mukmin, ia selalu identik dengan kebersihan mulai dari tubuh, pakaian, rumah dan tempat beraktivitas. Tubuhnya selalu terjaga, apalagi dengan minimal sholat lima waktu -berarti lima kali wudhu'- merupakan kegiatan harian yang memberikan maslahat kesehatan yang menakjubkan.
Lingkungan kotor, kumuh, sanitasi buruk, genangan air yang bermasalah, selain bisa menjadi tempat berkembang biaknya bibit penyakit juga area yang disukai syaithon. Di lingkungan yang kotor bibit penyakit cukup mudah merasuk ke dalam makanan, minuman serta menempel di tubuh, telapak tangan atau menelusup ke dalam tubuh secara terus menerus sehingga dapat merusak organ, terutama organ pencernaan. Menurut data organisasi kesehatan dunia ratusan ribu orang meninggal lantaran tifus setiap tahun.
Selain lingkungan kotor yang tampak di permukaan, perlu diperhatikan sumber air yang dibutuhkan dan digunakan manusia sehari-hari, terutama untuk minum, mandi dan masak. Bila diamati air yang digunakan manusia itu berasal dari tanah, sedangkan kondisi sebagian besar air tanah saat ini, terutama di perkotaan sudah sangat memprihatinkan. Sebab air tanah yang diambil atau disedot besar-besaran tiap detik membuat ruang-ruang bawah tanah semakin terbuka, bahkan membentuk kubangan-kubangan besar yang bisa melebihi luas bangunan di atasnya. Melebarnya ruang-ruang bawah tanah inilah yang membuka peluang masuknya atau resapan air dan kotoran dari sungai, penampungan tinja, air laut dan berbagai limbah berbahaya.
Prof. Dr. Sutami, pakar lingkungan, sebelum wafatnya pernah memperkirakan pulau Jawa bakal tenggelam lantaran tidak dibatasinya penyuntikan (pengeboran air tanah). Sebelum pulau-pulau yang dikuras air tanahnya tenggelam, tentunya dampak yang membahayakan dari melebarnya ruang bawah tanah ini adalah pencemaran terhadap air tanah. Bila ada pihak yang menyebut penyebab tifus adalah bakteri salmonella yang terdapat pada kotoran (tinja), maka bila pembuangan kotoran manusia sudah mencemari air tanah tentunya sangat mungkin air yang digunakan manusia sehari-hari tercemari bibit penyakit tersebut.
Belum lagi pembuangan limbah baik kotoran binatang paling kotor seperti babi dan limbah pabrik berbahaya yang langsung mencemari tanah dan airnya juga sangat mungkin memicu berkembangnya penderita tifus. Pasalnya dari hasil penelitian ditemukan bahwa tifus adalah salah satu penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri salmonella. Bakteri ini ternyata adalah salah satu dari sekian banyak bakteri yang bersarang di tubuh babi. Nama salmonella diberikan oleh ahli patologi Amerika Daniel Edward Salmon pada abad 19. Tapi bakteri ini sebelumnya ditemukan oleh rekannya Theobold Smith pada tahun 1985 di tubuh babi.
===
Sumber:
Tabloid Bekam Edisi 15/ Tahun ke-3/ Tahun 2012
===
Layanan GRATIS Estimasi Biaya Baja Ringan, Genteng Metal & Plafon Gypsum
http://www.bajaringantangerang.com
===