Inilah tauhid yang merupakan makna dari kalimat laa ilaaha illaLLOOH [1]. Al-ilah (sesembahan) yang dimaksud orang-orang musyrik adalah berkaitan dengan hal-hal tersebut, baik sesembahan itu berwujud Malaikat, Nabi, wali, pohon, kuburan atau jin. Mereka tidak menganggap bahwa al-ilah (sesembahan) mereka itu adalah dia yang menciptakan, yang memberi rizqi, dan yang mengatur alam semesta, karena mereka mengakui bahwa yang demikian itu adalah hak ALLOH semata, sebagaimana telah aku kemukakan di depan. Akan tetapi, yang mereka maksudkan dengan al-ilah (sesembahan) adalah seperti apa yang dikehendaki orang-orang musyrik pada zaman kita dengan lafazh as-sayyid. Dalam keadaan mereka seperti itu, datanglah Nabi shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam menyeru kepada kalimat tauhid, yaitu kalimat laa ilaaha illaLLOOH [2].
Penjelasan
[1] Tauhid yang diseru oleh Nabi shollaLLOOHU 'alay-hi wa sallam merupakan makna dari kalimat laa ilaaha illaLLOOH, yang artinya tidak ada sesembahan yang berhak disembah selain ALLOH 'Azza wa Jalla. Orang-orang musyrik telah mengetahui makna seperti itu. Mereka juga mengetahui bahwa kalimat ini bukan bermakna "tidak ada yang mencipta, tidak ada yang memberi rizqi dan tidak ada yang mengatur alam semesta melainkan ALLOH." Dan juga tidak seperti apa yang dikatakan oleh orang-orang ahlul kalam yang mengartikan kalimat ini dengan 'tidak ada yang mampu mengadakan sesuatu yang baru melainkan ALLOH'. Mereka tidak mengingkari dan tidak menolak makna-makna seperti ini. Yang mereka tolak adalah makna bahwa tidak ada sesembahan yang berhak disembah melainkan ALLOH. ALLOH Sub-haanahu wa Ta'aala berfirman tentang mereka,
"Apakah dia hendak menjadikan tuhan-tuhan yang banyak ini menjadi satu ilah saja? Sungguh, ini adalah sesuatu yang mengherankan. Maka pergilah pemimpin-pemimpin mereka itu (seraya berkata), 'Pergilah engkau dan tetaplah (menyembah) sembahan-sembahan engkau. Sesungguhnya ini adalah satu hal yang dia kehendaki. Kami tidak pernah mendengar hal ini dalam agama yang terakhir. Ini (yakni mengesakan ALLOH) tidak lain adalah (dusta) yang diada-adakan.'"
(Qur-an Suroh ash-Shod: ayat 5)
[2] Syaikh (Imam Muhammad bin 'Abdul Wahhab) rohimahuLLOOH menjelaskan bahwa orang-orang musyrik tidak menolak kalimat laa ilaaha illaLLOOH dengan makna "tidak ada yang mengatur atau tidak ada yang mencipta selain ALLOH." Karena mereka mengetahui bahwa hal yang demikian adalah benar. Yang mereka tolak adalah makna 'Tidak ada yang berhak disembah melainkan ALLOH.' Inilah yang disampaikan berulang kali oleh penulis sejak awal dengan maksud untuk menguatkan argumentasinya dalam membantah orang yang mengatakan, "Sesungguhnya kami ber'ibadah kepada para Malaikat atau yang selainnya tidak lain hanyalah supaya mereka mendekatkan diri kami kepada ALLOH sedekat-dekatnya. Kami tidak meyakini bahwa merekalah yang menciptakan dan memberi rizqi."
===
Sumber:
Kitab: Syar-hu kasy-fusy syubuhaati wa yaliihi syar-hul u-shuulus sittah, Penulis: Muhammad bin Sholih al-'Utsaimin, Penerbit: Dar ats-Tsaroyya - Kerajaan Saudi Arobia, 1416 H/ 1996 M, Judul terjemah: Syaroh kasyfu syubuhat membongkar akar kesyirikan dilengkapi syaroh ushulus sittah, Penerjemah: Bayu Abdurrohman, Penerbit: Media Hidayah - Jogjakarta, Cetakan I, Robi'uts Tsani 1425 H/ Juni 2004 M.
===
Layanan gratis estimasi biaya rangka atap baja ringan, genteng metal, dan plafon gypsum:
http://www.bajaringantangerang.com
===
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT