Skip to main content

Sejarah maulidan (9)

Sejarah maulidan (9)

Pembahasan kedua: Pernyataan tegas para 'ulama tentang para penguasa kerajaan Bani 'Ubaidiyyah (Fathimiyyah)

Ke-2: Imam Abu Bakar bin al-Baqilani (wafat 403 H)

Seorang pembesar madzhab Asy'ariyyah yang bernama Abu Bakar bin al-Baqilani telah menulis sebuah kitab khusus untuk membongkar aib dan keburukan para penguasa kerajaan 'Ubaidiyyah (Fathimiyyah) dengan judul Kasyful Asyrar wa Hatkil Astar. Di antara beliau berkata di dalam kitab tersebut:

"Sesungguhnya mereka itu adalah dari keturunan orang-orang majusi... dan madzhab mereka itu lebih buruk keadaannya daripada madzhab yang ada di dalam agama yahudi ataupun kristen, bahkan juga lebih buruk daripada madzhab mereka yang menjadikan 'Ali bin Abi Thalib radhiyallaahu 'anhu sampai ke derajat seorang Nabi atau mereka yang menjadikan 'Ali bin Abi Thalib sampai kepada derajat tuhan. Mereka (para pembesar kerajaan 'Ubaidiyyah) lebih kafir lagi daripada semua yang telah disebutkan di atas." (44)

Ia juga berkata di dalam kitabnya tersebut:

"Mereka adalah sebuah kaum yang menampakkan seolah-olah mereka adalah pengikut kaum syi'ah rafidhah, padahal mereka telah menyembunyikan kekufuran yang murni." (45)

Ke-3: Imam al-Ghazali (wafat 505 H) (46)

Imam al-Ghazali mengatakan di dalam kitabnya yang berjudul Fadhaa-ihul Bathiniyyah halaman 160:

"Kami telah menggabungkan mereka ke dalam golongan orang-orang yang murtad (keluar dari agama Islam) di dalam seluruh hukum Islam. Walaupun demikian, taubat dari orang-orang yang telah murtad tetaplah diterima. Bahkan yang selayaknya dilakukan oleh khalifah kaum muslimin adalah tidak langsung membunuh (dan memerangi mereka), akan tetapi hendaklah mereka diminta untuk bertaubat terlebih dahulu..."

Imam al-Ghazali juga mengatakan di halaman 37 pada bab keempat: Ketika beliau menerangkan tentang madzhab mereka itu, baik keterangan yang bersifat global ataupun terperinci al-Baabur Raabi': fii Naqli Madzhabihim Jumlatan wa Tafshiilaa:

"Adapun madzhab (faham) mereka secara global: Bahwa ajaran mereka itu adalah menampakkan seakan-akan mereka pengikut faham syi'ah rafidhah, pada hakikatnya mereka menyembunyikan kekufuran yang murni."

Ke-4: Ibnul Jauzi

Seorang pembesar 'ulama ahli sejarah lainnya yang dikenal dengan sebutan Ibnu al-Jauzi berkata di dalam kitab sejarahnya yang berjudul al-Muntazham 8/257-258 pada peristiwa tahun 462 H:

"Dan pada bulan Dzulqa'dah (tahun 462 H) banyak sekali terjadi pengungsian dari Mesir dan Syam, baik kaum laki-laki ataupun wanita, mereka semua melarikan diri dari malapetaka dan tingginya harga bahan pokok di sana. Dan dikabarkan bahwa di sana tidak lagi tertinggal kecuali segelintir orang saja lantaran kelaparan dan kematian yang menimpa mereka. Dan di sana manusia telah mulai memakan antara satu dengan yang lainnya. Pernah didapati ada seorang laki-laki yang telah membunuh sekian banyak anak-anak kecil dan kaum wanita untuk dimasak daging mereka dan untuk dijual kepada orang-orang. Pernah juga digali sebuah lubang, ternyata di lubang itu telah ditanam sekian banyak kepala-kepala dan jari-jemari mereka. Hewan-hewan pun habis dibunuhi dan dimakan dagingnya, sehingga tidak tertinggal kecuali tiga ekor kuda yang dimiliki oleh penguasa Mesir saat itu (dari penguasa kerajaan 'Ubaidiyyah)..."

Bersambung...

===

(44) Lihat kitab Majmu' Fatawa 35/120-132.

(45) Lihat kitab al-Bidayah wan Nihayah 11/398.

(46) Beliau adalah seorang pembesar 'ulama Syafi'iyyah, bahkan seorang 'ulama Syafi'iyyah yang telah berjasa di dalam menertibkan fiqih madzhab Syafi'i dengan tiga kitabnya: al-Basith, al-Wasith, dan al-Wajiz (ketiga judul kitab ini diambil dari judul kitab Imam al-Wahidi (wafat 468 H) dan tafsir). Nama beliau Muhammad bin Muhammad bin Muhammad ath-Thusi, Abu Hamid al-Ghazali (450-505 H = 1058-1111 M). Dilahirkan di Thus, Khurasan. Ia pernah mengadakan perjalanan 'ilmiah ke beberapa negeri Islam, diantaranya adalah Naisabur, Baghdad, Hijaz, Syam, dan Mesir, kemudian ia kembali lagi ke negerinya. Di antara gurunya yang sangat terkenal adalah Imam Haramain Abu Ma'ali al-Juwaini. Beliau wafat dalam keadaan kitab Shahiih al-Bukhari berada di atas dadanya. Sebutan Ghazali (penyandaran kepada daerah yang berada di Thus, Khurasan) dan juga dapat dibaca dengan tasydid Ghazali (penyandaran kepada pembuatan ghazal).
(Lihat riwayat hidupnya di dalam kitab Thabaqatusy Syafi'iyyah al-Kubra 6/191-389), kitab Siyar 19/322-346).

===

Maroji'/ Sumber:
Judul buku: Benarkah Shalahuddin al-Ayubi merayakan Maulid Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam?, Penulis: Ustadz Ibnu Saini bin Muhammad bin Musa rahimahullaah, Muraja'ah: Ustadz 'Abdul Hakim bin Amir Abdat hafizhahullaah, Penerbit: Maktabah Mu'awiyah bin Abi Sufyan, Jakarta - Indonesia, Cetakan ketiga, Syawwal 1435 H/ Agustus 2014 M.

===

Layanan GRATIS Estimasi Biaya Baja Ringan, Genteng Metal & Plafon Gypsum
http://www.bajaringantangerang.com

===
Ary Ambary Ahmad Abu Sahla al-Bantani
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT