Skip to main content

Sejarah Maulidan (4)

Sejarah Maulidan (4)

Jangan salah faham!

Banyak dari para penulis yang terkecoh dengan perkataan Imam Abu Syamah di dalam kitabnya al-Ba'its 'ala Inkaril Bida' wal Hawadits halaman 31:

"Yang pertama kali merayakannya di kota Maushil adalah Syaikh 'Umar bin Muhammad al-Malla (25) seorang ahli 'ibadah yang terkenal, kemudian hal itu diikuti oleh seorang penguasa kota Irbil (yang bernama al-Muzhaffar).

Syaikh 'Abdullah at-Tuwaijiri mengatakan di dalam kitabnya al-Bida' al-Hauliyyah halaman 148-151:

(Perkataan tersebut) tidak menandakan bahwa yang pertama kali merayakan perayaan maulidan itu adalah pembesar kota Irbil karena dua sebab: Pertama, karena (Imam) Abu Syamah mengatakan "Yang pertama kali merayakannya di kota Maushil" ini berarti bahwa beliau membatasi hanya pada kota Maushil dan tidak berarti bahwa yang merayakannya pertama kali di dunia Islam adalah penguasa kota Maushil itu sendiri... Al-Mu'iz Lidinillah memasuki negeri Mesir pada tahun 362 H di bulan Ramadhan atau pada tahun 363 H, dan itulah permulaan masa pemerintahannya di Mesir, dan yang terakhir menjabat sebagai rajanya adalah 'Adhidh yang wafat pada tahun 567 H. Sedangkan raja Muzhafaruddin penguasa kota Irbil sendiri lahir pada tahun 549 H dan wafat pada tahun 630 H. Ini semua menjadi bukti kuat dan pasti bahwa penguasa kerajaan 'Ubaidiyyah (Fathimiyyah) telah jauh lebih dahulu mengadakan perayaan maulidan ini daripada penguasaa kota Irbil itu."

Jadi, janganlah perkataan seperti di atas dari para 'ulama disalahfahami (26) setelah keterangan ini. Walhamdulillaah.

===

(25) Nanti akan diterangkan tentang sekilas biografinya, insya Allah.

(26) Sebagaimana yang dilakukan oleh penulis kitaab al-Hujajul Qath'iyyah fi Shihhatil Mu'taqadati wal 'Amaliyyatin Nahdhiyyah halaman 181.
Faidah:
Saya katakan: Seandainya saja disebutkan bahwa yang pertama kali mengadakannya di Madinah adalah Abu Bakar ash-Shiddiq atau 'Umar bin al-Khaththab atau 'Utsman bin Affan atau 'Ali bin Abi Thalib radhiyallaahu 'anhum, maka hal itu mungkin menjadi hujjah bagi mereka yang menetapkan perayaan maulidan. Bagaimana halnya bila perbuatan itu hanyalah dilakukan oleh seorang raja muslim yang shalih, apakah itu dapat menjadi hujjah dalam agama Islam?! Wallaahul musta'an.

===

Maroji'/ Sumber:
Judul buku: Benarkah Shalahuddin al-Ayubi merayakan Maulid Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam?, Penulis: Ustadz Ibnu Saini bin Muhammad bin Musa rahimahullaah, Muraja'ah: Ustadz 'Abdul Hakim bin Amir Abdat hafizhahullaah, Penerbit: Maktabah Mu'awiyah bin Abi Sufyan, Jakarta - Indonesia, Cetakan ketiga, Syawwal 1435 H/ Agustus 2014 M.

===

Layanan GRATIS Estimasi Biaya Baja Ringan, Genteng Metal & Plafon Gypsum
http://www.bajaringantangerang.com

===
Ary Ambary Ahmad Abu Sahla al-Bantani
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Popular posts from this blog