Pembahasan kedua: Pernyataan tegas para 'ulama tentang para penguasa kerajaan Bani 'Ubaidiyyah (Fathimiyyah)
Ke-5: Abu Syamah (wafat 665 H) (47)
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah rahimahullaah berkata di dalam kitab Majmu' Fatawa 35/10-132, dan di antara perkataannya adalah:
"Adapun yang terbanyak dari para penulis sejarah tentang mereka dari para 'ulama yang terdahulu maupun yang belakangan, bahkan sampai juga al-Qadhi Ibnu Khallikan di dalam kitab sejarahnya (yang berjudul Wafayatul A'yan). Mereka semua telah sepakat untuk menolak kebenaran nasab mereka (kepada Fathimah radhiyallaahu 'anha), begitu juga halnya dengan Ibnul Jauzi dan Abu Syamah dan yang selain keduanyaa dari para 'ulama pakar dalam bidang nasab dan sejarah."
Imam Abu Syamah rahimahullaah mengatakan di dalam kitabnya yang berjudul ar-Raudhatain fi Akhbari Daulatain halaman 200-201:
"Dan telah banyak dari para 'ulama yang menyebutkan bahwa sebenarnya mereka (para penguasa kerajaan 'Ubaidiyyah) tidak berhak untuk menjadi penguasa dan mereka juga telah menolak akan kebenaran nasab mereka (kepada Fathimah radhiyallaahu 'anha), karena seperti yang telah diketahui bersama bahwa mereka itu berasal dari keturunan Bani 'Ubaid, sedangkan bapaknya 'Ubaid ini berasal dari keturunan al-Qaddah yang kafir dan beragama majusi, tapi ada juga yang menyebutkan bahwa ayahnya orang ini beragama yahudi yang berasal dari keluarga Salimah yang berdomisili di Syam, dan ia adalah seorang tukang pandai besi. Dan 'Ubaid ini nama aslinya adalah Sa'id, tetapi ketika ia datang ke negeri Maroko, maka ia merubah namanya menjadi 'Ubaidullah, ironisnya ia mengaku sebagai keturunan 'Alawi (keturunan 'Ali bin Abi Thalib radhiyallaahu 'anhu) dan Fathimi (keturunan Fathimah radhiyallaahu 'anha), dan mereka menyebutkan nasab ini secara dusta... dan Sa'id ini adalah seorang yang zindiq yang buruk dan merupakan seorang musuh Islam, ia seringkali menampakkan bahwa dirinya adalah pengikut ajaran syi'ah, dan berkedok dengan kedok tersebut untuk menghancurkan Islam dari dalam, dan dia telah berhasil membunuh sekian banyak dari para 'ulama ahli fiqih, ahli hadits dan yang selainnya... pada masa merekalah tersebar madzhab syi'ah rafidhah. Dan mereka juga telah membebani rakyat dengan pajak yang bermacam-macam, sehingga hal itu diikuti oleh selain mereka... dan termasuk dari kejelekan mereka (para penguasa kerajaan Fathimiyyah) bahwasanya mereka pernah memerintahkan para khatib Jum'at untuk menetapkan bahwa mereka itu termasuk dari keturunan 'Alawi dan Fathimi di atas mimbar-mimbar Jum'at, sebagaimana mereka juga telah memerintahkan untuk ditulis di atas dinding masjid dan di selain kedua tempat itu... di antara perkataan yang dibacakan dan ditulis itu adalah: "Ya Allah, shalawat semoga diberikan kepada hamba-Mu dan wali-Mu, buah dari kenabian dan keturunan yang suci yang memberikan petunjuk dan al-Mahdi yang bernama: Ma'd Abu Tamim al-Imam; al-Mu'iz lidinillah, amirul mukminin, sebagaimana Engkau telah bershalawat kepada nenek moyangnya yang suci dan terpilih dan para imam yang diberi petunjuk." (Imam Abu Syamah menimpali perkataan di atas:) Semua ini adalah kedustaan wahai musuh Allah yang terlaknat. Orang ini tidak memiliki kebaikan (sama sekali), dan tidak juga para nenek moyangnya secara keseluruhan dan tidak juga pada keturunannya secara keseluruhan, sedangkan keluarga Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam bersih dari kejahatan mereka sama sekali (mereka bukan dari keturunan keluarga Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam)... dari sini jelaslah tentang kewajiban untuk memerangi mereka, dan kejahatan lebih berbahaya bagi agama Islam dan kaum Muslimin daripada kejahatan yang ditimbulkan oleh orang-orang kafir..." (48)
Ke-6: Ibnu Khallikan (wafat 681 H) (49)
Seorang ahli sejarah Islam terkemuka yang bernama Ibnu Khallikaan rahimahullaah mengatakan di dalam kitabnya yang berjudul Wafayatul A'yan 3/117-118 tentang nasab para penguasa kerajaan 'Ubaidiyyah (Fathimiyyah):
"Dan pada peneliti ahli nasab telah mengingkari pengakuan orang ini (yaitu: 'Ubaidullah al-Mahdi yang menyandarkan nasabnya kepada Fathimah radhiyallaahu 'anha).
Beliau juga mengatakan di dalam kitabnya Wafayatul A'yan 5/374 dan kemudian dinukil oleh adz-Dzahabi di dalam kitab Siyar A'lamin Nubala 15/169:
"Itu semua (disebutkan) lantaran mereka (para penguasa kerajaan Fathimiyyah) mengaku mengetahui perkara-perkara ghaib. Dan berita tentang hal itu dari mereka sangat terkenal."
Bersambung...
===
(47) Beliau adalah seorang pembesar 'ulama hadits dan termasuk seorang 'ulama Syafi'iyyah pada masanya. Nama beliau: 'Abdurrahman bin Isma'il bin Ibrahim, Syihabuddin, Abu Syamah al-Maqdisi (599-665 H = 1202-1267 M). Ia berasal dari Baitul Maqdis, sedangkan ia besar sampai wafatnya di Damaskus, Syiria. Ia pernah dikenal sebagai seorang 'ulama yang ada di madrasah Darul Hadits. Di antara guru beliau: Imam Ibnu Shalah dan al-'Izz bin 'Abdis Salam. Sedangkan di antara murid beliau adalah: Imam an-Nawawi. Beliau telah banyak berjasa di dalam memerangi sikap madzhab dan taqlid buta lewat kitab karangannya yang berjudul Mukhtashar Kitabil Mu-ammal fir Raddi Ilal Amril Awwal, dan kitabnya al-Ba'its 'ala Inkaril Bida'i wal Hawadits. Pernah datang kepadanya dua orang yang berpura-pura ingin bertanya meminta fatwa, ternyata keduanya malah memukul beliau, sehingga beliau jatuh sakit sampai wafat.
(Lihat riwayat hidupnya di dalam kitab Thabaqatusy Syafi'iyyah al-Kubra 8/165-168, Thabaqatusy Syafi'iyyah 2/118-119 nomor 716 oleh Jamaluddin al-Asnawi, Tadzkiratul Huffazh 4/1460-1461, al-A'lam 3/299, Mu'jamul Mu-allifin 5/125)
(48) Lihat nukilannya di: al-Maulidun Nabawi Tarikhuhu Hukmuhu Atsaruhu wa Aqwalul 'Ulama fihi halaman 5.
(49) Beliau adalah seorang 'ulama ahli sejarah dan juga seorang 'ulama Syafi'iyyah yang belakangan (muta-akhirin). Namaa beliau: Ahmad bin Muhammad bin Ibrahim bin Abi Bakr (608-681 H = 1211-1282 M). Ia lahir di kota Irbil, dekat dengan kota Maushil (di Irak). Kemudian ia pergi ke Mesir dan menjabat sebagai wakil hakim di sana beberapa saat, setelah itu pergi lagi ke kota Damaskus dan ia ditugasi oleh raja azh-Zhahir untuk menjabat hakim di sana, kemudian dicopot dari jabatannya itu setelah 10 tahun, lalu kembali lagi ke Mesir selama 7 tahun. Dan akhirnya kembali lagi ke Damaskus dan mengajar di banyak madrasah di sana. Di antara gurunya adalah: Imam Ibnu Shalah (wafat 643 H) dan al-Hafizh al-Mundziri (656 H) -pengarang kitab at-Targhib wat Tarhib-. Di antara karya tulisnya yang terkenal adalah kitab Wafayatul A'yan (kitab biografi para 'ulama dan kitab sejarah). Para 'ulama seperti al-Hafizh Ibnu Katsir dalam kitab al-Bidayah wan Nihayah telah memberikan kritik kepadanya berupa kekurangannya di dalam menguraikan biografi para 'ulama sesuai dengan hak mereka, karena bila ia menguraikan biografi para penya'ir, maka ia menguraikannya dengan panjang lebar, begitu juga bila ia menyebutkan biografi oraang-orang zindiq, maka tidak diterangkan kezindiqannya, lebih dari itu semua ia memiliki kecondongan kepada Kuburiyyun (para penyembaah kubur).
(Lihat: Thabaqatusy Syafi'iyyah al-Kubra 8/33-34, al-A'lam 1/220)
===
Maroji'/ Sumber:
Judul buku: Benarkah Shalahuddin al-Ayubi merayakan Maulid Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam?, Penulis: Ustadz Ibnu Saini bin Muhammad bin Musa rahimahullaah, Muraja'ah: Ustadz 'Abdul Hakim bin Amir Abdat hafizhahullaah, Penerbit: Maktabah Mu'awiyah bin Abi Sufyan, Jakarta - Indonesia, Cetakan ketiga, Syawwal 1435 H/ Agustus 2014 M.
===
Layanan GRATIS Estimasi Biaya Baja Ringan, Genteng Metal & Plafon Gypsum
http://www.bajaringantangerang.com
===
Ary Ambary Ahmad Abu Sahla al-Bantani
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT