Skip to main content

Sejarah maulidan (11)

Sejarah maulidan (11)

Pembahasan kedua: Pernyataan tegas para 'ulama tentang para penguasa kerajaan Bani 'Ubaidiyyah (Fathimiyyah)

Ke-7: al-Qadhi Abu Ya'la

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah telah menyebutkan bahwa di antara para 'ulama yang telah mencela kedudukan para penguasa kerajaan 'Ubaidiyyah adalah Imam al-Qadhi Abu Ya'la rahimahullaah, sebagaimana akan datang keterangannya setelah ini.

Ke-8: Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah

Syaikhul Islam rahimahullaah telah berkata di dalam kitab Majmu' Fatawa 35/120-132, dan di antara perkatannya adalah:

"Bagaimana mungkin mereka (para penguasa kerajaan 'Ubaidiyyah) mengaku sebagai orang-orang yang ma'shum (terpelihara dari kesalahan), padahal telah terlihat jelas dari mereka perbuatan jahat, mungkar, zhalim, penyelewengan, permusuhaan terhadap orang-orang shalih dan bertaqwa dari ummat ini. Dan sebaliknya mereka justru merangkul orang-orang kafir dan kaum munafiq. Maka mereka (para penguasa kerajaan 'Ubaidiyyah) termasuk manusia yang paling fasiq... dan telah diketahui bersama dan tidak diragukan lagi bahwa orang-orang yang memasukkan mereka ke dalam golongan orang-orang yang beriman dan bertaqwa, atau membenarkan nasab mereka (kepada Fathimah radhiyallaahu 'anha), maka sesungguhnya orang-orang itu telah mengatakan apa yang mereka tidak ketahui, padahal Allah Subhaanahu wa Ta'aala telah berfirman: "Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai 'ilmu tentangnya." (Qur-an Surah al-Isra' (17): ayat 36)... Sedangkan yang terbanyak dari para 'ulama Islam dan para imam kaum Muslimin telah memberikan persaksian bahwa mereka (para penguasa kerajaan 'Ubaidiyyah) adalah orang-orang munafiq, zindiq, orang-orang yang menampakkan keislaman dan menyembunyikan kekufuran... begitu juga tentang kebenaran nasab mereka, maka sesungguhnya kebanyakan 'ulama (ahli nasab) telah mendustakan kebenaran nasab mereka, dan para 'ulama itu menyebutkan bahwa mereka sebenarny berasal dari keturunan majusi atau yahudi, dan hal ini telah banyak difatwakan oleh para 'ulama dari sekalian madzhab di dalam Islam, baik dari para 'ulama kalangan madzhab Hanafi, Maliki, Syafi'i, Hambali, Ahlul Hadits, Ahli Kalam (kaum mutakallimin), para 'ulama pakar 'ilmu nasab, dan yang selain mereka. Dan hal ini telah disebutkan oleh umumnya para penulis sejarah mereka... Adapun yang terbanyak dari para penulis sejarah tentang mereka dari para 'ulama yang terdahulu maupun yang belakangan, bahkan sampai kepada al-Qadhi Ibnu Khallikan di dalam kitab sejarahnya (yang berjudul Wafayatul A'yan). Mereka semua telah sepakat untuk menolak kebenaran nasab mereka (kepada Fathimah radhiyallaahu 'anha), begitu juga halnya dengan Ibnul Jauzi dan Abu Syamah dan yang selain keduanya dari para 'ulama pakar dalam bidang nasab dan sejarah. Sehingga para 'ulama telah menulis untuk mengungkap rahasia mereka dan membongkar kedok mereka, sebagaimana al-Qadhi Abu Bakar al-Baqilami di dalam kitabnya yang terkenal dengan judul Kasyfu Asrarihim wa Hatqu Astarihim, dimana beliau menyebutkan di dalam kitabnya itu bahwasanya mereka termasuk dari keturunan orang-orang majusi, dan ia juga menyebutkan bahwa di antara hal yang diyakini di dalam madzhab mereka (para penguasa kerajaan 'Ubaidiyyah) itu adalah sebagaimana yang diterangkan oleh Imam Abu Bakar al-Baqilani, bahwa madzhab mereka itu lebih buruk keadaannya daripada madzhab yang ada di dalam agama yahudi ataupun kristen, bahkan juga lebih buruk daripada madzhab orang-orang yang menjadikan 'Ali bin Abi Thalib radhiyallaahu 'anhu sampai ke derajat seorang Nabi atau mereka yang menjadikan 'Ali bin Abi Thalib sampai ke derajat tuhan. Mereka (para penguasa kerajaan 'Ubaidiyyah) lebih kafir lagi daripada semua yang telah disebutkan di atas. Begitu pula telah disebutkan oleh Imam al-Qadhi Abu Ya'la di dalam kitabnya yang berjudul al-Mu'tamad sebuah pembahasan yang panjang untuk menerangkan tentang kezindiqan mereka ini. Begitu pula Imam Abu Hamid al-Ghazali menyebutkan di dalaam kitabnya yang berjudul Fadhaa-ilul Mustazh-hiriyyah wa Fadhaa-ihul Bathiniyyah, di antaranya Imam al-Ghazali berkata: Mereka menampakkan bahwa mereka adalah pengikut faham syi'ah rafidhah, padahal mereka menyembunyikan kekufuran yang murni. Begitu pula disebutkan oleh al-Qadhi 'Abdul Jabbar bin Ahmad dan yang sepertinya dari para 'ulama kalangan mu'tazilah dan sebagian orang yang condong kepada syi'ah sekalipun, yang mereka sendiri bermadzhab sesat, seperti mengatakan bahwa tidak ada yang lebih utama dari 'Ali bin Abi Thalib radhiyallaahu 'anhu, bahkan mereka sendiri juga menghukumi fasiq (berdosa) bagi para shahabat yang telah memerangi 'Ali bin Abi Thalib dan tidak bertaubat dari hal itu. Walaupun demikian orang-orang ini juga telah sepakat untuk menghukumi mereka (para penguasa kerajaan 'Ubaidiyyah) sebagai para pembesar kaum munafiq yang zindiq. Bila kita telah mengetahui bahwa kaum mu'tazilah saja telah menetapkan hal di atas, maka bagaimana dengan Ahlus Sunnah?!

Ke-9: Imam adz-Dzahabi (50)

Imam adz-Dzahabi rahimahullaah berkata di dalam kitab Siyar A'lamin Nubala 15/141:

"Ubaidullah, Abu Muhammad. Ia adalah seorang yang mendirikan kerajaan khawarij al-'Ubaidiyyah al-Bathiniyyah yang telah memutarbalikkan ajaran Islam, dan ia mengumumkan bahwa dirinya adalah seorang pengikut agama rafidhah, padahal sebenarnya ia menyembunyikan faham madzhab isma'iliyyah.

Itulah keputusan yang telah ditetapkan oleh para pembesar 'ulama Islam, dan itulah keputusan yang adil dari mereka, walhamdulillaah.

===

(50) Beliau adalah Syamsuddin, Muhammad bin Ahmad bin 'Utsman ad-Dimasyqi al-Muqri', Abu 'Abdillah (673-748 H = 1274-1348 M), beliau tergolong sebagai seorang 'ulama Syafi'iyyah pad masanya, seorang ahli sejarah Islam ternama, di antara karyanya adalah kitab Siyar A'lamin Nubala'. Di antara gurunya adalah Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, sedangkan yang termasuk muridnya adalah Tajuddin as-Subki -pengarang kitab Thabaqatusy Syafi'iyyah al-Kubra'-.
(Lihat riwayat hidupnya di dalam kitab Thabaqatusy Syafi'iyyah al-Kubra' 9/100-123)

===

Maroji'/ Sumber:
Judul buku: Benarkah Shalahuddin al-Ayubi merayakan Maulid Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam?, Penulis: Ustadz Ibnu Saini bin Muhammad bin Musa rahimahullaah, Muraja'ah: Ustadz 'Abdul Hakim bin Amir Abdat hafizhahullaah, Penerbit: Maktabah Mu'awiyah bin Abi Sufyan, Jakarta - Indonesia, Cetakan ketiga, Syawwal 1435 H/ Agustus 2014 M.

===

Layanan GRATIS Estimasi Biaya Baja Ringan, Genteng Metal & Plafon Gypsum
http://www.bajaringantangerang.com

===
Ary Ambary Ahmad Abu Sahla al-Bantani
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Popular posts from this blog