Skip to main content

Kesamaan dalam taklif (kewajiban agama) dan ganjaran (2)

Muqaddimah

Kesamaan dalam taklif (kewajiban agama) dan ganjaran (2)

Kita merasakan sebuah keheranan dengan orang-orang yang mengaku bahwa dirinya adalah orang modern, namun dalam keyakinan mereka masih ada tanda tanya; apakah wanita itu jenis makhluq manusia atau bukan? Apakah sah 'ibadahnya atau tidak?

Bahkan kita dapatkan juga sebuah keyakinan; bahwa dosa yang dilakukan oleh Adam dibebankan kepada Hawa seorang diri, dan Adam seakan lepas tanggung jawab dari dosa yang dia lakukan di Surga. Padahal al-Qur-an dalam hal ini, telah jelas menegaskan bahwa keduanya sama-sama bertanggung jawab terhadap dosa yang mereka lakukan berdua.

Coba kita lihat apa yang disebutkan dalam Perjanjian Lama berikut ini:

"Adapun ular ialah binatang yang paling cerdik dari segala binatang di darat yang dijadikan Tuhan Allah. Ular tersebut berkata kepada perempuan itu, 'Tentulah Allah berfirman, 'Semua pohon dalam taman ini jangan kamu makan buahnya bukan?' Lalu sahut perempuan itu kepada ular itu, 'Buah pohon-pohonan dalam taman ini boleh kami makan, tetapi tentang buah pohon yang ada di tengah-tengah taman, Allah berfirman, 'Janganlah kamu makan atau raba buah itu, nanti kamu mati.' Tetapi ular itu berkata, 'Sekali-kali kamu tidak akan mati, tetapi Allah mengetahui, bahwa pada waktu kamu memakannya matamu akan terbuka, dan kamu akan menjadi seperti Allah, tahu tentang yang baik dan yang jahat.' Perempuan itu melihat bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena akan memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikan juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminya pun memakannya. Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu bahwa mereka telanjang, lalu mereka menyemat daun pohon dan membuatnya menjadi cawat.

Ketika mereka mendengar bunyi langkah Tuhan Allah, yang berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk, bersembunyilah manusia dan isterinya itu terhadap Tuhan Allah di antara pohon-pohonan dalam taman.

Tetapi Tuhan Allah memanggil manusia itu dan berfirman kepadanya, 'Di mana engkau?' Ia menjawab, 'Ketika aku mendengar, bahwa Engkau ada dalam taman ini, aku menjadi takut, karena aku telanjang; sebab itu bersembunyi.' Firman-Nya, 'Siapakah yang memberitahukan kepadamu, bahwa engkau telanjang? Apakah engkau makan dari pohon yang Kularang engkau makan itu?' Manusia itu menjawab, 'Perempuan yang Kau tempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka lalu kumakan.' Kemudian berfirmanlah Tuhan Allah kepada perempuan itu, 'Apakah yang telah kau perbuat ini?' Jawab perempuan itu, 'Ular itu yang memperdayakan aku, sehingga aku memakan.' Lalu berfirmanlah Tuhan Allah kepada ular itu, 'Karena engkau berbuat demikian, terkutuklah engkau di antara segala ternak dan di antara segala binatang hutan; dengan perutmulah engkau akan menjalar dan debu tanahlah akan kaumakan seumur hidupmu. Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu dan engkau akan meremukkan tumitnya.' Firman-Nya kepada perempuan itu, 'Susah payahmu waktu mengandung, akan Kubuat sangat banyak, dengan kesakitan, engkau akan melahirkan anakmu, namun engkau akan birahi kepada suamimu dan ia akan berkuasa atasmu.' Lalu firman-Nya, 'Karena engkau mendengarkan perkataan isterimu dan memakan dari buah pohon, yang telah Kuperintahkan kepadamu; Jangan makan daripadanya, maka terkutuklah tanah karena engkau."
(Kejadian: 3: 1-17) (1)

Sekarang coba bandingkan dengan apa yang dijelaskan oleh al-Qur-an, dimana dia dengan gamblang menyebutkan bahwa syaithanlah -dan bukan ular- yang menggoda mereka untuk melakukan kemaksiatan sehingga keduanya makan buah pohon itu. Sebagaimana firman-Nya:

"Dan (ingatlah) ketika Kami berkata kepada Malaikat, 'Sujudlah kamu kepada Adam!' Maka mereka sujud kecuali iblis. Ia membangkang. Maka Kami berkata, 'Hai Adam, sesungguhnya ini (iblis) adalah musuh bagimu dan bagi isterimu, maka sekali-kali janganlah ia sampai mengeluarkan kamu berdua dari Surga, yang menyebabkan kamu menjadi celaka. Sesungguhnya kamu tidak akan kelaparan di dalamnya dan tidak akan telanjang. Dan sesungguhnya kamu tidak akan merasa dahaga dan tidak (pula) akan ditimpa panas matahari di dalamnya.' Kemudian syaithan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata, 'Hai Adam, maukah aku tunjukkan kepada kamu pohon khuldi, dan kerajaan yang tidak akan binasa?' Maka keduanya memakan dari buah pohon itu, lalu tampaklah bagi keduanya aurat-auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) Surga, dan durhakalah Adam kepada Rabb dan sesatlah ia. Kemudian Rabbnya memilihnya, maka Dia menerima taubatnya dan memberinya petunjuk."
(Qur-an Surah Thaha: ayat 122)

Bersambung...

===

(1) Dikutip dari buku Makanat al-Mar'ah fi al-Qur-an al-Karim wa as-Sunnah ash-Shahihah, Dr. Muhammad Baltaji, halaman 17.

===

Maroji'/ Sumber:
Kitab: Tafsir al-Qur-an al-Azhim li an-Nisa', Penulis: Syaikh Imad Zaki al-Barudi, Penerbit: al-Maktabah at-Taufiqiyyah, Kairo - Mesir, Judul terjemahan: Tafsir wanita, Penerjemah: Samson Rahman MA, Penerbit: Pustaka al-Kautsar, Jakarta - Indonesia, Cetakan pertama, Juni 2004 M.

===

Layanan gratis estimasi biaya rangka atap baja ringan, genteng metal, dan plafon gypsum:
http://www.bajaringantangerang.com

===
Ary Ambary Ahmad Abu Sahla al-Bantani
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT