Persamaan dalam memiliki hak menggunakan harta miliknya (5)
Jalan yang benar dan lurus dalam masalah ini -dalam pandangan kami- adalah hendaknya kita menerapkan syari'at Allah dalam hal kedudukan dan hubungan antara laki-laki dan perempuan, sebagaimana yang telah tergambar jelas dalam nash al-Qur-an dan as-Sunnah.
Dan hendaknya kita semua menerapkannya secara murni tanpa adanya sedikitpun pengurangan maupun penambahan. Maka jika telah kita tetapkan prinsip itu, semboyan kita selanjutnya adalah firman Allah yang berbunyi:
"Dan katakanlah, 'Kebenaran itu datangnya dari Rabbmu, maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) maka biarlah ia kafir'."
(Qur-an Surah al-Kahfi: ayat 29)
Jadi demikianlah semestinya, bagi semua penulis muslim untuk meletakkan masalah ini dengan sudut pandang 'aqidah agama itu sendiri. Dan jangan hanya menjadikannya sebagai masalah pemikiran belaka, yang oleh para pengamat hanya dibanding-bandingkan dengan beberapa pandangan lain termasuk dengan sikap keagamaan yang ada dalam hatinya.
Karena sesungguhnya hanya 'aqidah agama itulah yang menjadi penggeraknya, adapun faktor-faktor lain yang berupa pemikiran dan nilai-nilai luar cenderung terpengaruh dan mengikutinya.
Jika masalahnya memang demikian, maka siapapun yang tidak melihat bahwa Islam adalah sebagai agama yang benar, maka jiwanya tidak akan siap untuk memahami secara benar syari'at-syari'atnya dengan kacamata yang benar. Sebab kita melihat, bahwa fitrahnya telah kerasukan nilai-nilai yang berseberangan dengan agama yang benar ini, sehingga sering kali dia melihat sesuatu yang benar itu menjadi salah dan sesuatu yang salah itu menjadi benar. Sedangkan Islam sebagai sebuah satu kesatuan syari'at, 'aqidah, dan akhlaq -dalam keyakinan kami- adalah agama fitrah yang lurus yang tidak cela dan tidak ada penyimpangan apapun di dalamnya.
Tidak berlebihan kiranya jika dikatakan bahwa andaikata kita gambarkan kepada mereka tentang keindahan sikap Islam, lewat pendekatan dengan cara-cara yang tidak elegan dan tidak sportif -dengan mengikuti visi mereka- niscaya mereka akan mau menerima syari'at Islam dan nilai-nilainya, lalu berpihak kepada Islam.
Rasanya tidak mungkin bagi mereka, sebagaimana para pendahulunya sejak masa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam, mau mengikuti kita, kecuali jika kita mengikuti mereka dan tunduk dengan pandangan dan gaya hidup mereka mulai dari masalah-masalah yang paling kecil hingga masalah yang paling besar.
Oleh sebab itulah, merupakan tindakan yang paling bijak, jika kita menampilkan Islam dengan warna dan karakter aslinya sebagaimana yang telah Allah syari'atkan kepada kita, tanpa pengurangan dan tambahan.
Kemudian setelah itu, Allah Ta'ala berfirman,
"Adapun orang-orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah), dan bertaqwa, dan membenarkan adanya pahala terbaik (Surga), maka Kami kelak akan menyiapkan baginya jalan yang mudah. Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala terbaik, maka kelak Kami akan menyiapkan baginya (jalan) yang sukar."
(Qur-an Surah al-Lail: ayat 5-10)
Bagi orang-orang mukmin, ketetapan ini akan menambahkan keimanan mereka (1), sedangkan bagi orang-orang yang tercerabut fitrahnya, maka hal itu tidak akan menambah apapun kecuali pembangkangan dan kesombongan. Sebagaimana yang Allah firmankan, "Dan Kami turunkan dari al-Qur-an itu suatu yang menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan al-Qur-an itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zhalim selain kerugian." (Qur-an Suraha al-Isra': ayat 82), kecuali orang-orang yang memiliki kebersihan pandangan, kedekatan untuk kembali kepada fitrah, dan tidak tenggelam dalam pembangkangan-pembangkangan dan kesombongan dengan apa yang ada pada dirinya.
Sehingga dengan sikapnya ini, ada kemungkinan baginya untuk memahami kebenaran dan kemudian mengikuti kebenaran itu. Pada saat itulah mungkin baginya mampu memahami secara baik syari'at al-Qur-an dan dia akan dapatkan penawar yang merasuk dalam jiwanya.
Bersambung...
===
(1) Sebagaimana yang Allah firmankan, "Sesungguhnya jawaban orang-orang yang mukmin, bila mereka dipanggil kepada Allah dan Rasul-Nya agar Rasul menghukum (mengadili) di antara mereka ialah ucapan, 'Kami mendengar dan kami patuhi.' Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung." (Qur-an Surah an-Nuur: ayat 51)
===
Maroji'/ Sumber:
Kitab: Tafsir al-Qur-an al-Azhim li an-Nisa', Penulis: Syaikh Imad Zaki al-Barudi, Penerbit: al-Maktabah at-Taufiqiyyah, Kairo - Mesir, Judul terjemahan: Tafsir wanita, Penerjemah: Samson Rahman MA, Penerbit: Pustaka al-Kautsar, Jakarta - Indonesia, Cetakan pertama, Juni 2004 M.
===
Layanan gratis estimasi biaya rangka atap baja ringan, genteng metal, dan plafon gypsum:
http://www.bajaringantangerang.com
===
Ary Ambary Ahmad Abu Sahla al-Bantani
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT