Skip to main content

Menjawab syubhat: Beberapa dalil yang mereka tuduhkan

Menjawab syubhat

Beberapa dalil yang mereka tuduhkan

Syubhat yang dibuat oleh para penggemar maulidan sangat banyak, karena syubhat-syubhat itu mereka buat dan tetapkan setelah mereka melaksanakan maulidan. Dengan kata lain: Setelah mereka berbuat, barulah mereka mencari alasan dan dalil untuk membenarkan dan menguatkan perbuatan mereka itu. Jadi, mereka bukanlah mengamalkan dalil, akan tetapi mereka mencari dalil untuk membenarkan perbuatan mereka yang awalnya tidak memiliki dalil. Maka dari itu, bila kita bertanya kepada mereka tentang dalil maulidan, maka pasti mereka akan bawakan seratus macam dalil yang mereka anggap dapat membenarkan perbuatan mereka itu. Padahal semua dalil itu sama sekali tidak berarti di hadapan Ahlus Sunnah.

Cukup untuk mematahkan semua alasan dan apa yang mereka anggap sebagai dalil itu dengan kita bertanya:

Manakah contoh perbuatan maulidan ini dari Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam atau dari para Shahabat beliau radhiyallaahu 'anhum seperti Abu Bakar, 'Umar, 'Utsman, 'Ali dan lainnya, atau dari Tabi'in atau para imam madzhab yang empat (Imam Abu Hanifah, Malik, Syafi'i, dan Ahmad) dan seterusnya?

Adapun apa yang merek anggap sebagai dalil maulidan, seperti:

1) Pengagungan Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam terhadap hari 'Asyura -yakni hari dimana Allah Subhaanahu wa Ta'aala telah menyelamatkan Nabi Musa 'alaihis salaam bersama bani Israil dari fir'aun dan bala tentaranya- dengan berpuasa pada hari itu dalam rangka bersyukur kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala. (109)

2) Pengagungan beliau Shallallaahu 'alaihi wa Sallam terhadap hari senin dengan berpuasa, lantaran pada hari itu beliau Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dilahirkan. (110)

3) Bahwasanya beliau Shallallaahu 'alaihi wa Sallam mengaqiqahkan diri beliau setelah beliau diutus menjadi Nabi dan Rasul, sebagai ungkapan rasa syukur kepada Allah Subhaanahu wa Ta'aala. (111)

Atau dalil-dalil yang lainnya, baik dari al-Qur-an ataupun dari Sunnah yang sah.

Cukup untuk menjawab semua yang mereka anggap sebagai dalil itu adalah: Bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam -sebagai sumber dalil-dalil tersebut- tidak memahami dari dalil-dalil tersebut disyari'atkannya perayaan maulidan (hari ulang tahun beliau). Begitu juga para Shahabat radhiyallaahu 'anhum -khususnya mereka yang meriwayatkan hadits-hadits di atas, seperti: Ibnu 'Umar, Abu Qatadah, dan Anas bin Malik radhiyallaahu 'anhum- tidaklah memahami seperti yang difahami oleh mereka yang mengesahkan perayaan maulidan itu.

Maka kami katakan kepada mereka: Apakah saudara merasa lebih memahami dalil-dalil tersebut daripada Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dan para Shahabat radhiyallaahu 'anhum. Sehingga saudara memahami dari dalil-dalil tersebut disyari'atkannya perayaan maulidan?! Padahal Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dan para Shahabat radhiyallaahu 'anhum tidak memahami seperti apa yang difahami oleh saudara itu?!

Kalau kami ditanya: Dari mana anda memastikan bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dan para Shahabat radhiyallaahu 'anhum tidak memahami dalil-dalil tersebut seperti yang difahami oleh mereka yang merayakan maulidan?

Kami jawab: Dengan bukti -yang telah disepakati bersama- bahwa Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dan para Shahabat radhiyallaahu 'anhum tidak pernah mencontohkannya walaupun satu kali saja. Seandainya beliau Shallallaahu 'alaihi wa Sallam dan para Shahabat radhiyallaahu 'anhu memahami seperti apa yang saudara fahami, pastilah mereka akan memberikan contoh yang baik itu kepada kita walaupun satu kali saja, atau minimal ada keterangan dari mereka walaupun sedikit saja. Dan sudah dapat dipastikan kita sepakat bahwa para Shahabat radhiyallaahu 'anhum itu adalah orang yang paling mengagungkan dan mencintai Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa Sallam.

Kesimpulannya:

Ahlus Sunnah tidak butuh kepada rincian apa yang mereka anggap sebagai dalil-dalil maulidan tersebut.

Mengapa demikian?

Karena semua itu hanyalah kesimpulan dan pemahaman dalil yang datang dari orang-orang belakangan dan tidak pernah difahami seperti itu oleh para 'ulama Salaf sedikitpun juga. Maka kami mengikuti apa yang disebutkan oleh para 'ulama:

"Kebaikan itu adalah dengan cara mengikuti para 'ulama Salaf, dan keburukan itu adalah lantaran mengikuti bid'ah yang dibuat oleh kaum khalaf (yang datang belakangan)."

===

(109) Haditsnya diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari nomor 2004, dan Imam Muslim nomor 1130, dari seorang Shahabat Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam yang bernama Ibnu 'Umar radhiyallaahu 'anhuma.

(110) Haditsnya diriwayatkan oleh Imam Muslim nomor 1162, Imam Ahmad 5/297 nomor 22594, Imam Abu Dawud nomor 2426, Imam Ibnu Hibban 8/403 nomor 3642, Imam al-Hakim 2/658, Imam al-Baihaqi dalam kitab Syu'abul Iman 2/135 nomor 1386, dari seorang Shahabat Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam yang bernama Abu Qatadah radhiyallaahu 'anhu.

Mereka berdalih dengan hadits ini sebagai alasan perayaan maulidan, namun anehnya mereka tidak melaksanakannya (maulidan) pada (setiap) hari senin, dan mereka juga tidak melaksanakan puasa pada hari tersebut, wallahul musta'an.

(111) Hadits ini diriwayatkan oleh Imam 'Abdurrazzaq 4/329 nomor 7960 dan yang lainnya. Umumnya para 'ulama telah mendha'ifkan hadits ini, sedangkan al-Isybili dan Imam al-Albani -ahli hadits abad ini telah mengesahkannya, sebagaimana tertera di dalam kitab Silsilah al-Ahaadiits ash-Shahiihah nomor 2726. Hadits ini diriwayatkan dari seorang Shahabat Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam yang bernama Anas bin Malik radhiyallaahu 'anhu.

===

Maroji'/ Sumber:
Judul buku: Benarkah Shalahuddin al-Ayubi merayakan Maulid Nabi Shallallaahu 'alaihi wa Sallam?, Penulis: Ustadz Ibnu Saini bin Muhammad bin Musa rahimahullaah, Muraja'ah: Ustadz 'Abdul Hakim bin Amir Abdat hafizhahullaah, Penerbit: Maktabah Mu'awiyah bin Abi Sufyan, Jakarta - Indonesia, Cetakan ketiga, Syawwal 1435 H/ Agustus 2014 M.

===

Layanan GRATIS Estimasi Biaya Baja Ringan, Genteng Metal & Plafon Gypsum
http://www.bajaringantangerang.com

===
Ary Ambary Ahmad Abu Sahla al-Bantani
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Popular posts from this blog