Beliau shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam tumbuh sebagai anak yatim, lalu Beliau shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam diasuh oleh kakeknya, 'Abdul Muththolib, kemudian oleh pamannya, Abu Tholib.
ALLOH mensucikannya dari kotoran jahiliyah, sehingga Beliau shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam tidak pernah mengagungkan berhala mereka sepanjang usianya sama sekali. Beliau shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam juga tidak pernah menghadiri salah satu acara kekafiran mereka. Mereka meminta Beliau shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam untuk menghadirinya, namun Beliau shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam menolaknya dan ALLOH melindungi Beliau shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam darinya.
Dalam hadits dari 'Ali rodhiyaLLOOHU 'anhu bahwa Nabi shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam bersabda,
"Aku tidak pernah menyembah berhala sekalipun, dan tidak pernah minum khomr sekalipun. Aku senantiasa mengetahui bahwa apa yang mereka lakukan adalah kufur." (4)
Ini merupakan penjagaan ALLOH kepada Beliau shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam, yaitu membebaskannya, dari kotoran jahiliyah dan dari semua aib, serta menganugerahkan kepadanya akhlaq yang bagus; sehingga Beliau shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam dikenal di tengah kaumnya sebagai al-Amiin (orang yang terpercaya), karena mereka melihat amanah, kejujuran, dan kesuciannya.
Ketika usianya mencapai 12 tahun, Beliau shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam pergi bersama pamannya ke Syam hingga sampai di Bushro. (5) Saat Buhairo ar-Rohib melihatnya, ternyata ia mengenali sifatnya, maka ia datang dan memegang tangannya seraya berkata, "Ini adalah pemimpin semesta alam. Ini adalah utusan ROBB semesta alam. Anak ini akan ALLOH utus sebagai hujjah bagi semesta alam." Mereka bertanya, "Darimana engkau mengetahui ini?" Ia menjawab, "Ketika kalian datang dari 'Aqobah, tidak ada satu pohon atau batu pun melainkan bersungkur dalam keadaan bersujud. Mereka tidak bersujud (memberikan penghormatan) kecuali kepada seorang Nabi shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam, dan kami mendapatinya dalam kitab-kitab kami." Ia pun meminta Abu Tholib agar membawanya pulang karena khawatir terhadap apa yang akan dilakukan kaum yahudi (bila mereka mengetahuinya), maka Abu Tholib pun membawanya pulang. (6)
Kemudian Beliau shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam pergi untuk kedua kalinya ke Syam bersama Maisaroh, budak Khodijah rodhiyaLLOOHU 'anha, untuk membawanya dagangannya sebelum menikahinya, hingga sampai di pasar Bushro. (7)
Ketika usianya mencapai 25 tahun, Beliau shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam menikah dengan Khodijah rodhiyaLLOOHU 'anha. (8)
Ketika Beliau shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam pergi berhijrah ke Madinah, Beliau shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam ditemani Abu Bakar ash-Shiddiq rodhiyaLLOOHU 'anhu dan maula Abu Bakar: 'Amir bin Fuhairoh, sedangkan yang menjadi penunjuk jalan mereka adalah 'Abdulloh bin al-Uroiqith al-Laitsi. Ia kafir, dan tidak diketahui tentang ke-Islamannya. (9)
===
(1) Tsuwaibah meninggal pada tahun ketujuh dari hijrahnya Nabi shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam dan diperselisihkan tentang masuk Islamnya.
(2) Diriwayatkan Imam al-Bukhori 5101, 5106, 5107, 5123, 5372, Imam Muslim 1449, Imam Abu Dawud 2056, dan Imam an-Nasa-i 6/96.
(3) Imam adz-Dzahabi, dalam kitab as-Siiroh dari kitab Taariikhul Islam halaman 46, membawakan sebuah atsar yang panjang dari Halimah sa-Sa'diyyah, yang di dalamnya ia mengatakan, "Nabi shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam tumbuh dalam seharinya, sebagaimana anak yang lain tumbuh dalam sebulan." Kemudian ia mengatakan, "Hadits ini bagus sanadnya."
Al-Hafizh Ibnu Hajar menisbatkan hadits ini kepada Imam Abu Ya'la dan kitab Shohiih Ibni Hibban, sebagaimana dalam kitan al-Ishoobah 12/200. Hanya saja al-'Allamah Imam al-Albani menilai dho'if atsar ini, sebagaimana disebutkan dalam Difaa 'anil Hadiitsin Nabawi halaman 38. Di antara cacat hadits itu, ialah terputus sanadnya, karena dalam atsar ini, 'Abdulloh bin Ja'far tidak menegaskan bahwa dirinya telah mendengar langsung dari Halimah. Dalam sanadnya juga terdapat Jahm bin Jahm, yang menurut Imam adz-Dzahabi dalam kitab Miizaanul I'tidaal 1/426, tidak dikenal.
Al-Hafizh Ibnu Katsir mengatakan -tentang penyusuan Nabi shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam oleh Halimah as-Sa'diyyah-, "Kami meriwayatkan hal itu dengan sanad shohih, dan Beliau shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam tinggal dengannya di rumah bani Sa'd selama empat tahun. Apa pun keadaannya, maka sesungguhnya penyusuan Rosululloh shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam di lingkungan bani Sa'd, oleh Halimah as-Sa'diyyah adalah benar dan nyata berdasarkan berbagai bukti yang bukan di sini tempat penguraiannya. Seandainya tidak ada indikasi ke arah itu, kecuali hanya berdasarkan kemasyhuran riwayatnya dan tersebarnya berita itu, niscaya hal itu sudah cukup." Lihat kitab al-Bidaayah wan Nihaayah 2/333-340.
(4) Imam as-Suyuthi, dalam kitab Khosaa-ish al-Kubro 1/150, menisbatkannya juga kepada ash-Sholihi, sebagaimana disebutkan dalam kitab Subulul Huda 2/201. Imam as-Suyuthi juga menisbatkannya kepada Imam Ibnu Asakir.
(5) Bushro adalah kota di sebelah barat daya Suria (kitab Mu'jamul Bul-daan 1/441).
(6) Ini adalah salah satu dari berbagai riwayat yang mengisahkan tentang Buhairo ar-Rohib dan kisahnya bersama Nabi shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam. Riwayat ini disebutkan dalam kitab Imam at-Tirmidzi 3620, dan dikeluarkan Imam al-Hakim dalam kitab al-Mustadrok 2/615-617. Imam al-Hakim mengatakan, "Hadits ini shohih sesuai syarat Imam al-Bukhori dan Imam Muslim, tapi keduanya tidak meriwayatkannya." Namun, Imam adz-Dzahabi mengatakan, "Saya menduganya maudhu' dan sebagiannya bathil." Ia mengatakan dalam kitab as-Siiroh dari kitab Taariikhul Islaam halaman 57, "Hadits ini mungkar sekali." Al-Hafizh Ibnu Katsir menilainya ghorib, sebagaimana dalam kitab al-Bidaayah wan Nihaayah 2/348. Karena menyebutkan Abu Bakar dan Bilal rodhiyaLLOOHU 'anhuma di sebagian riwayatnya. Sementara Imam adz-Dzahabi, dalam kitab as-Siiroh halaman 36 mengatakan, "Para perowinya semuanya tsiqoh." Imam Ibnul Qoyyim mengatakan dalam kitab az-Zaad 1/76, "Poin ini merupakan kesalahan yang jelas." Al-Hafizh Ibnu Hajar mengatakan, "Para perowinya tsiqoh. Tidak ada yang dipermasalahkan kecuali penyebutan Abu Bakar dan Bilal rodhiyaLLOOHU 'anhuma, dan ini adalah lafazh yang mungkar dan keraguan dari salah seorang perowi." Lihat kitab al-Ishoobah, tentang biografi Buhairo. Sementara muhaddits Imam Muhammad Nashiruddin al-Albani berpendapat untuk menshohihkan hadits ini, sebagaimana dalam kitab Shohiih at-Tirmidzi 3/191, dan kitab al-Misykaah 5918, dan ia mengatakan, "Akan tetapi penyebutan Bilal di dalamnya adalah mungkar."
(7) Al-Hafizh adz-Dzahabi mengatakan dalam kitab as-Siiroh dari kitab Taariikhul Islaam halaman 64, "Kisah perginya Rosululloh shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam untuk berdagang diriwayatkan oleh al-Mahamili dari 'Abdulloh bin Syabib, dan ia adalah perowi yang lemah."
(8) Lihat kitab Fat-hul Baari 7/133.
Khodijah rodhiyaLLOOHU 'anha adalah Ummul Qosim binti Khuwailid bin Asad bin 'Abdul 'Uzza bin Qushoy, dan di sinilah nasabnya bertemu bersama Rosululloh shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam. Ia adalah ibu dari anak-anak Beliau shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam, ia adalah orang yang pertama beriman kepada Nabi shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam. Pembelaannya terbukti, dan ia adalah "pendamping yang setia". Sifat dan akhlaq baiknya banyak, dan ia termasuk orang yang sempurna dari kalangan wanita. Ia berakal, mulia, taat beragama, sangat memelihara diri, pemurah, dan salah seorang ahli Surga. Nabi shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam menyanjungnya, mengutamakannya, dan sangat memuliakannya sehingga membuat 'Aisyah rodhiyaLLOOHU 'anhuma cemburu, padahal Khodijah rodhiyaLLOOHU 'anha sudah meninggal. Di antara kemuliaannya bagi Nabi shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam bahwa beliau tidak pernah menikah sebelum dan setelah menikahinya semasa hayatnya. Hingga ketika ia meninggal, maka Beliau shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam sangat bersedih atas kehilangannya karena ia adalah sebaik-baik pendamping. Sebelumnya, Khodijah rodhiyaLLOOHU 'anha pernah menikah dengan Abu Halah bin Zaroroh at-Tamimi. Setelah itu, dinikahi oleh 'Athiq bin 'Abid bin 'Abdillah bin Makhzum. Setelah itu, ia dinikahi oleh Nabi shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam, saat itu usianya 40 tahun, menurut riwayat yang masyhur. Ia hidup bersama Rosululloh shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam selama 25 tahun, dimana ia meninggal tiga tahun sebelum hijrah, yakni sepuluh tahun setelah diangkat sebagai Nabi shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam. (Lihat kitab al-Fat-h 7/134, dan kitab as-Siyar 2/109)
(9) Mengenai peristiwa hijrah dan Abu Bakar rodhiyaLLOOHU 'anhu menjadi teman Rosululloh shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam dalam hijrah, ALLOH Sub-haanahu wa Ta'aala berfirman:
"Jikalau kamu tidak menolongnya (Nabi Muhammad shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam) maka sesungguhnya ALLOH telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Makkah) mengeluarkannya (dari Makkah) sedang dia salah seorang dari dua orang ketika keduanya berada dalam gua, di waktu dia berkata kepada temannya, 'Janganlah berduka cita, sesungguhnya ALLOH bersama kita.' Maka ALLOH menurunkan ketenangan kepada (Nabi Muhammad shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam) dan membantunya dengan tentara yang kamu tidak melihatnya, dan ALLOH menjadikan seruan orang-orang kafir itulah yang rendah. Dan kalimat ALLOH itulah yang tinggi. ALLOH Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana."
(Qur-an Suroh at-Taubah: Ayat 40)
Imam al-Bukhori meriwayatkan dalam kitab Shohiih nya 3905 mengenai cerita 'Aisyah rodhiyaLLOOHU 'anhuma tentang hijrah dan kepergian ayahnya bersama Beliau shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam. Di dalamnya disebutkan tentang Amir bin Fuhairoh dan bahwa ia datang dengan membawa kambing-kambing pada malam hari kepada Rosululloh shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam dan Shohabatnya, Abu Bakar, saat keduanya di gua, agar keduanya memerah susunya. Sebelum fajar, ia membawa kambing-kambingnya pulang, sehingga tidak ada seorang pun yang mengetahuinya. Di dalamnya juga disebutkan tentang 'Abdulloh bin Uroiqith, penunjuk jalan mereka.
'Abdul Ghoni al-Maqdisi (wafat 600 H) menegaskan dalam bukunya, as-Siiroh halaman 23 bahwa tidak diketahui tentang keislaman Ibnu Uroiqith. Al-Hafizh Ibnu Hajar mengatakan dalam kitab al-Ishoobah 6/5, "Aku tidak melihat ada orang yang menyebutkannya dalam kategori Shohabat, kecuali adz-Dzahabi dalam kitab at-Tajriid."
===
Maroji':
Kitab: Tahdziibus Siroh an-Nabawiyyah, Penulis: Abu 'Abdirrohman Kholid bin 'Abdirrohman bin Hamd asy-Syayi', merujuk muqoddimah Tahdziib al-Asmaa' wa Lughoot karya Imam Yahya bin Syarof an-Nawawi, Penerbit: Darush Shumay'i, Judul terjemah: Siroh Nabi Muhammad shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam ringkas, mudah dan akurat, Penerjemah: Akhmad Syaikhu, Penerbit: Pustaka Ibnu 'Umar, Cetakan II, 1434 H/ 2013 M.
===
Layanan GRATIS Estimasi Biaya Baja Ringan, Genteng Metal & Plafon Gypsum
http://www.bajaringantangerang.com
===
===
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT