Menurut al-Khoththobi, 'ilmu kedokteran ada dua macam:
1. 'Ilmu kedokteran yunani yang berdasarkan analogis.
2. 'Ilmu kedokteran india yang berdasarkan eksperimen.
Menurut hemat kami, 'ilmu kedokteran atau 'ilmu pengobatan itu banyak sekali ragamnya. Yang paling benar adalah pengobatan berdasarkan wahyu, yang tiada lain adalah wahyu yang diberikan kepada Nabi shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam. Dari Beliau, kita dapat mengetahui 'ilmu pengobatan itu, yang diturunkan dari Pemberi obat, yang tiada kesembuhan melainkan yang datang dari-NYA.
Ada seorang pernah berkata kepada Nabi shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam, "Aku adalah orang yang dapat mengobati." Maka Beliau shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam bersabda,
"ALLOH-lah yang dapat mengobati. Yang lebih tepatnya, engkau adalah rofiq (pendamping), sedangkan yang mengobati adalah yang menciptakannya." (2)
'Ilmu kedokteran dan penyembuhan termasuk salah satu sebab kesembuhan. Sementara kita diwajibkan untuk mengambil sebab. Sebab penyembuhan yang paling agung dan akurat adalah yang berasal dari wahyu langit, yaitu pengobatan ala Nabi shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam yang mulia, ath-Thibbun Nabawi asy-Syarif.
Ini merupakan sifat yang berasal dari Nabi shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam yang disampaikan kepada orang yang sakit, seperti yang diberitahukan wahyu, dengan disertai keyakinan akan datangnya kesembuhan. Sementara cara pengobatan yang lain lebih banyak nuansa perkiraan dan dugaan.
Pengobatan harus didasarkan kepada 'aqidah Islam. Dengan kata lain, bahwa ALLOH yang menguasai alam ini, bahwa di Tangan-NYA-lah terdapat kesembuhan, bahwa DIA-lah yang memberikan kesembuhan atau menahannya bagi manusia. Ibrohim 'alayhis salam berkata, "Dan, apabila aku sakit, DIA-lah yang menyembuhkan aku." (Qur-an Suroh asy-Syu'aro: ayat 80). Beliau menetapkan dan menegaskan satu hakikat dan 'aqidah yang tidak boleh lepas dari hati orang Muslim.
Setiap orang Muslim juga tidak boleh melalaikan sabda Rosululloh shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam,
"Tidak ada penyakit menular dan tidak ada ramalan yang buruk." (3)
Rosululloh shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam menafikan pengaruh penyakit menular itu sendiri. Sebab penyakit dan kesembuhan tidak akan terjadi kecuali dengan seizin ALLOH dan taqdir-NYA. Begitu pula sabda Beliau kepada orang yang mengatakan bahwa dirinya adalah tabib/thobib, orang yang dapat mengobati, "Engkau adalah ar-rofiq, sedangkan ALLOH adalah tabib/thobib, yang menyembuhkan."
Kesembuhan dan afiat ada di Tangan ALLOH semata, yang tiada sekutu bagi-NYA.
Karena keseimbangan merupakan ciri Islam, maka di sisi lain kita mendapati perintah Nabi shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam untuk berobat dan perintah agar senantiasa bertawakkal. (4)
Kami ingin menegaskan bahwa ALLOH memberikan kesembuhan kepada siapa pun yang mau mengambil sebab, dengan syarat, dia harus yakin bahwa obat itu merupakan sebab, bahwa dalam obat itu tidak ada kekuatan internal untuk menyembuhkan, kecuali jika ALLOH menghendakinya. Siapa yang yakin bahwa sebab itu sendiri yang mendatangkan pengaruh, maka keyakinannya itu salah. Inilah yang terjadi pada kaum Ibrohim 'alayhis salam, ketika mereka yakin bahwa api memiliki kekuatan internal yang membakar dan tidak akan membiarkan Ibrohim 'alayhis salam melainkan dalam keadaan hangus terbakar. ALLOH 'Azza wa Jalla ingin menunjukkan satu contoh praktis, dengan menghilangkan sifat membakar pada api, sehingga api itu justru berubah menjadi sesuatu yang dingin dan sebagai keselamatan bagi beliau.
Mengambil sebab merupakan perkara yang disyari'atkan. Sementara sebab dapat berbeda-beda. Di antaranya ada yang bersifat Ilahiyah, seperti do'a, dan ada pula yang bersifat tabi'at, seperti obat, dan ada pula yang merupakan paduan antara keduanya, seperti penggunaan do'a sekaligus obat. ALLOH-lah yang menciptakan penyakit, dan DIA pula yang menciptakan obatnya, sebagaimana yang disebutkan dalam hadits Usamah bin Syarik rodhiyaLLOOHU 'anhu , dia berkata, "Aku menemui Nabi shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam yang sedang bersama para Shohabat Beliau. Saat itu seolah-olah di atas kepala mereka ada burung. Aku mengucapkan salam lalu duduk. Lalu ada beberapa orang Arob badui datang dari beberapa arah. Mereka berkata, 'Wahai Rosululloh, apakah kami boleh melakukan pengobatan?' Beliau shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam bersabda, 'Berobatlah kalian wahai hamba-hamba ALLOH, karena ALLOH Ta'ala tidak menciptakan penyakit melainkan juga menciptakan obatnya, kecuali satu penyakit saja yaitu penyakit tua'." (5)
Kita wajib mengambil sebab berdasarkan perintah Nabi shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam dan juga menurut perbuatan Beliau. Karena ketika sakit, Beliau shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam juga berobat. Di samping itu kita juga harus bersabar, karena pahala orang sakit yang sabar adalah Surga, seperti hadits wanita yang mengadukan sakitnya, yang kemudian dia ridho dan bersabar, sehingga dia berhak menjadi penghuni Surga.
Penyakit itu ada dua macam:
1. Penyakit hati.
2. Penyakit badan.
Obat yang menjadi sebab kesembuhan hanya ada satu macam, yaitu obat dari Nabi shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam, yaitu wahyu Thobib (ALLOH) yang disampaikan kepada thobib (Rosululloh shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam).
Imam Ibnul Qoyyim rohimahuLLOOH berkata, "Ada orang yang berkata, 'Apalah gunanya petunjuk Nabi shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam, sementara sudah ada rincian obat-obat dan cara-cara penyembuhan serta bagaimana cara mengatur kesehatan?'
Ini merupakan gambaran kepicikan dalam memahami apa yang disampaikan Nabi shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam dan sisi pembuktiannya. Memahami secara baik apa yang datang dari ALLOH dan Rosul-NYA, merupakan karunia sendiri yang diberikan ALLOH kepada siapa pun yang DIA kehendaki dari hamba-hamab-NYA. Kami sudah menyampaikan tiga dasar pengobatan di dalam al-Qur-an.
Bagaimana mungkin engkau mengingkari keefektifan syari'at yang diturunkan demi untuk kebaikan dunia dan akhiroh, yang juga mencakup kebaikan badan, seperti pencakupannya untuk memperbaiki hati? Janganlah menjadi seperti orang yang memusuhi sesuatu hanya karena dia tidak mengetahuinya.
Sekiranya seorang hamba diberi pemahaman yang sempurna tentang kitab ALLOH dan Sunnah Rosul-NYA, dia mampu menyelami berbagai nash dan artinya, tentu dia tidak lagi memerlukan segala perkataan selain firman-NYA dan sabda Beliau, sehingga dia juga mampu menyimpulkan seluruh 'ilmu yang benar." (6)
===
(2) Kitab as-Silsilah al-Ahadits ash-Shohihah 1537, Imam al-Albani menshohihkannya. Diriwayatkan Imam Abu Dawud 3674, Imam Ahmad 16843.
(3) Kitab Shohih al-Bukhori 5772, kitab Shohih Muslim 2225.
(4) Kitab ash-Shina'at ath-Thibbiyah, Ibnu Thorkhon, dalam Muqoddimahnya.
(5) Kitab Sunan Abu Dawud. Menurut Imam al-Albani rohimahuLLOOH, ini hadits shohih. Lihat kitab Shohihul Jami' 2930.
(6) Kitab ath-Thibb an-Nabawi, Imam Ibnul Qoyyim al-Jauziyah, halaman 414.
===
Maroji':
Kitab: asy-Syifa' min Wahyi Khotamil Anbiya', Penulis: Aiman bin 'Abdul Fattah, Penerbit: Darush Shohifah, Cetakan I, 1425 H/ 2004 M, Judul terjemahan: Pengobatan dan penyembuhan menurut wahyu Nabi, Penerjemah: Kathur Suhardi, Penerbit: Pustaka as-Sabil - Jakarta, Cetakan IV, 1426 H/ 2005 M.
Judul terjemahan: Keajaiban Thibbun Nabawi, bukti ilmiah dan rahasia kesembuhan dalam pengobatan Nabawi, Penerjemah: Hawin Murtadlo, Penerbit: al-Qowam - Surakarta, Cetakan VIII, 2012 M.
===
===
Layanan GRATIS Estimasi Biaya Baja Ringan, Genteng Metal & Plafon Gypsum
http://www.bajaringantangerang.com
===
BISNIS PULSA
http://www.pulsagram.com
===
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT