Setelah pemaparan yang singkat dan cepat tentang masalah pengobatan ini, maka kami mendapatkan kejelasan tentang kuatnya pendapat bahwa meninggalkan pengobatan adalah lebih utama, karena kuatnya sumber pengambilan dalil atas pendapat ini, apalagi jika dikaitkan dengan hadits tentang tujuh puluh ribu orang yang masuk Surga tanpa hisab dan tidak ada adzab atas mereka.
Dari Ibnu 'Abbas rodhiyaLLOOHU 'anhu, dari Nabi shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam, Beliau bersabda,
"Berbagai ummat pernah ditampakkan kepadaku. Maka aku melihat ada seorang Nabi yang disertai segolongan orang, ada Nabi yang disertai dua orang, ada Nabi yang tidak disertai siapapun. Lalu ditampakkan kepadaku segolongan ummat yang banyak. Aku berkata, 'Ini adalah ummatku.' Dikatakan kepadaku, 'Itu adalah Musa bin Imron beserta kaumnya. Lihatlah ke atas.' Ternyata di sana ada segolongan ummat yang sangat besar. Dikatakan kepadaku, 'Lihatlah sisi lain.' Ternyata di sana ada segolongan ummat lain yang juga besar. Dikatakan kepadaku, 'Itu adalah ummatmu.' Di antara mereka ada tujuh puluh ribu orang yang masuk Surga tanpa hisab dan tidak ada adzab'."
(Hadits Riwayat Imam al-Bukhori, dan Imam Muslim)
Kemudian Rosululloh shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam masuk rumah. Maka orang-orang berkasak-kusuk tentang masalah ini. Mereka berkata, "Siapakah mereka yang masuk Surga tanpa hisab dan tidak mendapatkan adzab itu?"
Yang lain menanggapi dengan berkata, "Boleh jadi mereka adalah orang-orang yang menjadi shohabat Nabi shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam."
Yang lain lagi berkata, "Mereka adalah orang-orang yang dilahirkan pada masa Islam dan tidak menyekutukan ALLOH."
Masih banyak lagi kasak-kusuk yang mereka katakan. Lalu Rosululloh shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam keluar seraya bertanya, "Apa yang sedang kalian bicarakan ini?"
Mereka memberitahukan apa yang mereka katakan. Maka Beliau shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam bersabda, "Mereka adalah orang-orang yang tidak meminta di ruqyah, tidak melakukan pengobatan kay (menyundut dengan api), tidak bertathoyyur (meramal dengan suatu keburukan) dan hanya kepada ROBB mereka bertawakkal."
Tiba-tiba Ukasyah bin Mihshon bangkit seraya berkata, "Berdo'alah kepada ALLOH agar DIA menjadikan aku termasuk golongan mereka."
Beliau shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam bersabda, "Engkau termasuk golongan mereka."
Kemudian ada lelaki lain yang bangkit dan berkata, "Berdo'alah kepada ALLOH agar DIA menjadikan aku termasuk golongan mereka."
Beliau shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam bersabda, "Engkau sudah didahului Ukasyah."
Sifat orang-orang yang masuk Surga tanpa hisab dan tidak mendapatkan adzab adalah bertawakkal kepada ALLOH dan tidak mencari sebab-sebab pengobatan, seperti yang dikatakan para 'Ulama.
Hal ini juga dikuatkan dengan sikap Nabi shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam yang tidak mau berobat pada akhir hayat Beliau. Diriwayatkan dari 'Aisyah rodhiyaLLOOHU 'anhuma, dia berkata,
"Kami meletakkan obat di pinggir mulut Beliau shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam saat Beliau sakit. Namun Beliau shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam memberi isyarat, 'Janganlah kalian memberiku obat.' Maka kami menyatakan ketidaksukaan orang sakit terhadap obat. Setelah siuman, Beliau shollaLLOOHU 'alayhi wa sallam bersabda, 'Tak seorang pun di dalam rumah ini yang menyisa di antara kalian melainkan diberi obat kecuali al-'Abbas rodhiyaLLOOHU 'anhu. Sesungguhnya dia tidak hadir bersama kalian." (Hadits Riwayat Imam al-Bukhori dan Imam Muslim)
Sisi pembuktian hadits ini, bahwa kami menginginkan agar orang-orang Muslim pada zaman sekarang belajar shobar dan ridho. Keluh kesah yang memenuhi hati orang-orang Muslim karena sakit dan takut, adalah penyakit. Jutaan dan milyaran uang yang dibayarkan kepada para dokter dan rumah sakit tanpa mendatangkan manfaat, merupakan kesengsaraan. Seseorang mengira bahwa dia dapat memperpanjang umurnya atau menundanya, hanya karena ingin memenuhi syahwatnya dan menikmati hidup. Mereka adalah para penghayal yang hendak mempermainkan pikiran pasien.
Maroji':
Kitab: asy-Syifa' min Wahyi Khotamil Anbiya', Penulis: Aiman bin 'Abdul Fattah, Penerbit: Darush Shohifah, Cetakan I, 1425 H/ 2004 M, Judul terjemahan: Pengobatan dan penyembuhan menurut wahyu Nabi, Penerjemah: Kathur Suhardi, Penerbit: Pustaka as-Sabil - Jakarta, Cetakan IV, 1426 H/ 2005 M.
Judul terjemahan: Keajaiban Thibbun Nabawi, bukti ilmiah dan rahasia kesembuhan dalam pengobatan Nabawi, Penerjemah: Hawin Murtadlo, Penerbit: al-Qowam - Surakarta, Cetakan VIII, 2012 M.
===
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT