Skip to main content

Tidak Terlalu Mengharapkan Orang-orang Yahudi pada Zaman Nabi Mau Beriman | Al-Baqarah, Ayat 75-77 | Shahih Tafsir Ibnu Katsir

Al-Mishbaahul Muniiru fii Tahdziibi Tafsiiri Ibnu Katsiir.

Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri.

Shahih Tafsir Ibnu Katsir.

Al-Baqarah, Ayat 75-77.

Tidak Terlalu Mengharapkan Orang-orang Yahudi pada Zaman Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam Mau Beriman.

Allah Ta'ala berfirman, "Apakah kalian masih mengharapkan," hai orang-orang yang beriman, "Mereka percaya kepada kalian?" Yakni, apakah mereka akan tunduk kepada kalian dengan penuh ketaatan? Mereka adalah golongan yang sesat sebagaimana nenek moyang mereka yang telah melihat sendiri tanda-tanda kekuasaan Allah dan bukti-bukti yang jelas. Tetapi setelah itu hati mereka mengeras, "Padahal segolongan dari mereka mendengar firman Allah, kemudian mereka mengiubahnya." Mereka menakwilkannya dengan penakwilan yang salah. "Setelah mereka memahaminya," secara gamblang. Meski demikian mereka tetap mengingkari, walau mereka mengetahuinya.

"Sedang mereka mengetahui," bahwa mereka telah melakukan kesalahan dengan mengubah dan menakwilkan firman-firman Allah. Firman Allah di atas sama dengan firman-Nya, "Karena mereka melanggar janjinya, Kami laknat mereka, dan Kami jadikan hati mereka keras membatu. Mereka suka mengubah firman (Allah) dari tempat-tempatnya." (QS. Al-Maa-idah: 13)

Tentang firman-Nya, "Kemudian mereka mengubahnya setelah mereka memahaminya, sedang mereka mengetahui," Qatadah mengatakan, "Mereka adalah orang-orang yahudi yang mendengar firman Allah, lalu mengubahnya setelah mereka paham, dan mereka menyadarinya." (290)

Dan Mujahid mengatakan, "Yang mengubah dan menyembunyikan firman Allah Ta'ala itu adalah para ulama dari kalangan mereka (yahudi)."

Ibnu Wahb mengatakan, "Ibnu Zaid berkata tentang firman Allah, 'Mereka mendengar firman Allah, kemudian mereka mengubahnya,' ia mengatakan bahwa maksudnya adalah kitab Taurat yang diturunkan kepada mereka. Mereka mengubahnya, yang halal mereka jadikan haram dan yang haram mereka jadikan halal. Kebenaran mereka jadikan kebathilan dan kebathilan mereka jadikan kebenaran. Apabila pihak yang benar mendatangi mereka dengan membawa suap, mereka mengeluarkan Kitabullah untuk mendukungnya. Dan apabila pihak yang salah mendatangi mereka dengan membawa suap, mereka pun mengeluarkan Kitabullah untuk membenarkannya. Dan dalam hal ini Kitabullah memang tempat kebenaran. Dan apabila seseorang yang ingin bertanya mendatangi mereka tanpa membawa keuntungan, suap atau apapun maka menyuruhnya kepada yang benar."

Maka Allah Ta'ala berfirman kepada mereka, "Mengapa kamu suruh orang lain (mengerjakan) kebajikan, sedang kamu melupakan diri (kewajiban)mu sendiri, padahal kamu membaca al-Kitab (Taurat). Maka tidakkah kamu berpikir?" (QS. Al-Baqarah: 44) (291)

Baca selanjutnya:

===

(290) Ibnu Abi Hatim (I/ 236).

(291) Ath-Thabari (II/ 236).

===

Maraji'/ sumber:
Kitab: al-Mishbaahul Muniiru fii Tahdziibi Tafsiiri Ibnu Katsiir, Penyusun: Tim Ahli Tafsir di bawah pengawasan Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, Penerbit: Daarus Salaam lin Nasyr wat Tauzi', Riyadh - Kerajaan Saudi Arabia, Cetakan terbaru yang telah direvisi dan disempurnakan, April 2000 M/ Muharram 1421 H, Judul terjemahan: Shahih Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1, Penerjemah: Abu Ihsan al-Atsari, Edit Isi: Abu Ahsan Sirojuddin Hasan Bashri Lc, Penerbit: Pustaka Ibnu Katsir, Jakarta - Indonesia, Cetakan Keempat Belas, Jumadal Awwal 1436 H/ Maret 2015 M.

===

Abu Sahla Ary Ambary bin Ahmad Awamy bin Muhammad Noor al-Bantani
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT