Skip to main content

Lailatul Qadar (3) | Meneladani Shaum Rasulullah

Shifatu Shaumin Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam fii Ramadhaan.

Syaikh Abu Usamah Salim bin 'Ied al-Hilali dan Syaikh 'Ali Hasan 'Ali 'Abdul Hamid hafizhahumallaah.

Meneladani Shaum Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam.

Kesembilanbelas.

Lailatul Qadar (3).

3. Bagaimana Seorang Muslim Mendapatkan Lailatul Qadar?

Orang yang diharamkan mendapatkan malam yang penuh berkah itu berarti dia telah diharamkan dari semua kebaikan, dan tidaklah seseorang diharamkan dari kebaikannya melainkan dia benar-benar merugi. Oleh karena itu, dianjurkan kepada orang muslim yang benar-benar taat kepada Allah untuk menghidupkan Lailatul Qadar dengan penuh keimanan dan penuh harapan akan pahalanya yang besar. Jika mengerjakan hal tersebut, niscaya Allah akan memberikan ampunan kepadanya atas dosa-dosa yang telah terdahulu.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:

"Barangsiapa mendirikan ibadah pada (malam) Lailatul Qadar dengan penuh keimanan dan harapan akan pahala, maka akan diberikan ampunan kepadanya atas dosa-dosanya telah berlalu." (148)

Dan disunnahkan untuk membaca do'a sekaligus memperbanyaknya. Telah diriwayatkan dari 'Aisyah radhiyallahu 'anhuma, dimana dia bercerita, pernah kutanyakan: "Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu jika aku mendapatkan Lailatul Qadar, apa yang mesti aku ucapkan?" Beliau (shallallahu 'alaihi wa sallam) bersabda: "Bacalah:

اَللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ, تُحِبُّ الْعَفْوَ, فَاعْفُ عَنِّيْ

Allaahumma innaka 'afuwwun, tuhibbul 'afwa, fa'fu 'annii.

'Ya Allah, sesungguhnya Engkau Mahapemaaf, yang mencintai maaf. Karena itu berilah maaf kepadaku.'" (149)

Saudaraku, mudah-mudahan Allah memberi berkah dan petunjuk kepadamu untuk senantiasa taat kepada-Nya, kini engkau telah mengetahui hakikat Lailatul Qadar ini. Oleh karena itu, berusahalah untuk bangun malam pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan, dan menghidupkannya dengan ibadah serta meninggalkan hubungan suami isteri. Dan perintahkanlah keluargamu untuk melakukan hal yang sama serta perbanyaklah ketaatan pada malam tersebut.

Dari 'Aisyah radhiyallahu 'anhuma, dia bercerita, "Jika memasuki sepuluh malam terakhir, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam memperkuat ikatan kainnya (150) sambil menghidupkan malam itu serta membangunkan keluarganya." (151)

Masih dari 'Aisyah radhiyallahu 'anhuma: "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berusaha keras pada sepuluh malam terakhir, yang tidak beliau lakukan pada bulan-bulan lainnya." (152)

Baca selanjutnya:

===

(148) Diriwayatkan oleh al-Bukhari (IV/ 217) dan Muslim (759).

(149) Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi (3760), Ibnu Majah (3850) dari 'Aisyah (radhiyallahu 'anhuma). Sanad hadits ini shahih. Lihat kembali kitab Bughyatul Insaan fii Wazhaa-ifi Ramadhaan (hal. 55-58) karya Ibnu Rajab al-Hanbali.

(150) Maksudnya, menghindari campur dengan isteri dalam rangka meningkatkan ibadah serta berusaha keras untuk mencari Lailatul Qadar.

(151) Diriwayatkan oleh al-Bukhari (IV/ 233) dan Muslim (1174).

(152) Diriwayatkan oleh Muslim (1174).

===

Maraji'/ Sumber:
Kitab: Shifatu Shaumin Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam fii Ramadhaan, Penulis: Syaikh Abu Usamah Salim bin 'Ied al-Hilali dan Syaikh 'Ali Hasan 'Ali 'Abdul Hamid hafizhahumallaah, Penerbit: al-Maktabah al-Islamiyyah, Amman - Yordania, Cetakan IV, Tahun 1412 H/ 1992 M, Judul Terjemahan: Meneladani Shaum Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam, Penerjemah: M. Abdul Ghoffar E.M, Muraja'ah Terjemah: Taufik Saleh Alkatsiri, Penerbit: Pustaka Imam asy-Syafi'i - Indonesia, Cetakan Kedua, Rabi'ul Akhir 1426 H/ Agustus 2005 M.

===

Abu Sahla Ary Ambary bin Ahmad Awamy bin Muhammad Noor al-Bantani
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Popular posts from this blog