Syaikh Abu Usamah Salim bin 'Ied al-Hilali dan Syaikh 'Ali Hasan 'Ali 'Abdul Hamid hafizhahumallaah.
Meneladani Shaum Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam.
Keduapuluh.
I'tikaf (5).
5. Yang Boleh Dilakukan Oleh Orang yang Sedang Beri'tikaf.
a. Orang yang beri'tikaf diperbolehkan untuk keluar masjid untuk kepentingannya. Dan hendaklah dia mengeluarkan (melongokkan) kepalanya dari masjid untuk dibersihkan dan disisir. 'Aisyah radhiyallahu 'anhuma bercerita, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam terkadang memasukkan kepalanya ke kamarku sedang beliau saat itu tengah dalam keadaan (beri'tikaf) di dalam masjid, sedang aku sendiri berada di dalam kamarku, lalu aku menyisirnya. (Dalam sebuah riwayat disebutkan: Lalu aku membersihkannya). (Dan sesungguhnya antara diriku dan beliau terdapat pintu) (sedang aku tengah haidh). Dan beliau tidak masuk rumah kecuali untuk suatu kebutuhan (seseorang) jika beliau dalam keadaan beri'tikaf. (166)
b. Diperbolehkan bagi orang yang sedang beri'tikaf dan juga yang lainnya untuk berwudhu' di dalam masjid. Yang demikian itu didasarkan pada ucapan seseorang yang mengabdi kepada Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam: "Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam berwudhu' di dalam masjid dengan wudhu' ringan." (167)
c. Selain itu, dia juga boleh mendirikan kemah kecil di bagian belakang masjid untuk beri'tikaf di dalamnya, karena 'Aisyah radhiyallahu 'anhuma pernah mendirikan sebuah tenda (168) untuk Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam jika beliau beri'tikaf (169). Dan yang demikian itu atas perintah beliau shallallahu 'alaihi wa sallam." (170)
d. Orang yang sedang menjalankan i'tikaf juga boleh menggelar karpet atau tempat tidur di dalam kemahnya itu. Hal tersebut sesuai dengan apa yang diriwayatkan oleh Ibnu 'Umar radhiyallahu 'anhuma, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, bahwasanya jika beliau melakukan i'tikaf, maka digelarkan untuk beliau karpet atau tempat tidur di balik tiang." (171)
Baca selanjutnya:
===
(166) Diriwayatkan oleh al-Bukhari (I/ 342) dan Muslim (297). Lihat juga buku Mukhtashar Shahih al-Bukhari (no. 167) karya Syaikh al-Albani. Dan juga buku Jaami'ul Ushuul (I/ 341) karya Ibnul Atsir.
(167) Diriwayatkan oleh Ahmad (V/ 364) dengan sanad yang shahih.
(168) Yaitu kemah dari bulu dengan menggunakan dua atau tiga tiang.
(169) Sebagaimana yang disebutkan di dalam kitab Shahih al-Bukhari (IV/ 226).
(170) Seperti yang disebutkan di dalam kitab Shahih Muslim (1173).
(171) Diriwayatkan oleh Ibnu Majah (643 -Zawaa-idnya). Dan al-Baihaqi -sebagaimana yang dikemukakan oleh al-Bushairi- melalui dua jalan dari 'Isa bin 'Umar, dari Nafi' dari Ibnu 'Umar. Sanad hadits ini hasan. 'Isa bin 'Umar, darinya jama'ah meriwayatkan. Dan dinilai tsiqah oleh Ibnu Hibban. Adz-Dzahabi mengatakan: "Dinilai tsiqah."
===
Maraji'/ Sumber:
Kitab: Shifatu Shaumin Nabi shallallaahu 'alaihi wa sallam fii Ramadhaan, Penulis: Syaikh Abu Usamah Salim bin 'Ied al-Hilali dan Syaikh 'Ali Hasan 'Ali 'Abdul Hamid hafizhahumallaah, Penerbit: al-Maktabah al-Islamiyyah, Amman - Yordania, Cetakan IV, Tahun 1412 H/ 1992 M, Judul Terjemahan: Meneladani Shaum Rasulullah shallallaahu 'alaihi wa sallam, Penerjemah: M. Abdul Ghoffar E.M, Muraja'ah Terjemah: Taufik Saleh Alkatsiri, Penerbit: Pustaka Imam asy-Syafi'i - Indonesia, Cetakan Kedua, Rabi'ul Akhir 1426 H/ Agustus 2005 M.
===
Abu Sahla Ary Ambary bin Ahmad Awamy bin Muhammad Noor al-Bantani
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT