Skip to main content

Hadits-hadits yang Menganjurkan Dibaguskannya Shalat, serta Mengancam. Shalat yang Tanpa Aturan (7/2) | Shalat Tarawih Menurut Tuntunan Rasulullah

Shalaatu at-Taraawiihi.

Imam Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullah.

Shalat Tarawih Menurut Tuntunan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam.

Fasal IX.

Anjuran Memperbagus Shalat, dan Ancaman Bagi yang Shalat Tanpa Aturan.

Hadits-hadits yang Menganjurkan Dibaguskannya Shalat, serta Mengancam. Shalat yang Tanpa Aturan (7/2).

Hadits-hadits nan mulia ini, secara umum dan bebas meliputi seluruh jenis shalat. Baik itu shalat wajib maupun sunnat, baik itu siang maupun malam. Sehubungan dengan shalat Tarawih, para 'ulama telah mengingatkan pentingnya hal ini. Imam an-Nawawi dalam al-Adzkar (IV: 297) dengan penjelasan Ibnu 'Allan pada bab dzikir-dzikir shalat Tarawih menyatakan:

"Tata cara shalat ini (Tarawih) seperti juga shalat-shalat yang lain yang telah dijelaskan sebelumnya. Maka di dalamnya disyari'atkan do'a-do'a tersebut, seperti do'a al-Istiftah, membaca dengan sempurna dzikir-dzikir yang lain, melengkapinya dengan tasyahhud dan do'a sesudahnya serta hal-hal yang lain. Hal ini, meskipun zhahirnya sudah kita ketahui, namun aku sengaja mengingatkannya karena aku lihat kebanyakan manusia meremehkannya, sehingga mereka meninggalkan sebagian besar dzikir-dzikirnya. Padahal yang benar adalah apa yang telah kami paparkan."

Al-Amiri dalam Bahjatul Mahafil wa Bughyatu al-Amatsil fi Talkhishi as-Siyari wal Mu'jizati wa asy-Syamail pada bagian akhir buku itu menyatakan:

"Termasuk kekeliruan yang perlu diperhatikan dan diingat-ingat adalah apa yang menjadi kebiasaan banyak para imam shalat Tarawih, dimana mereka membaca ayat dengan cepat, melakukan rukun-rukunnya dengan diringan-ringankan, dan membuang dzikir-dzikir di dalamnya. Padahal para 'ulama telah menyatakan: Tata cara shalat itu tak beda dengan shalat-shalat lainnya, baik dalam syarat, adab-adab dan dzikir-dzikirnya, seperti do'a istiftah, dzikir-dzikir pada setiap rukun, do'a seusai tasyahhud, dan lain-lain. Di antaranya lagi, kebiasaan mencari-cari ayat "Rahmat", dimana mereka hanya ruku' setelah membaca ayat-ayat tersebut. Terkadang hal itu menggiring mereka untuk melalaikan dua hal penting yang termasuk adab-adab shalat dan bacaan, yaitu: Lebih memanjangkan raka'at pertama dari kedua, dan memahami makna firman Allah yang saling terkait satu dengan yang lain. Penyebab semua adalah sikap meremehkan Sunnah-sunnah Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam sehingga hilanglah Sunnah-sunnah itu, karena jarang digunakan. Sehingga orang yang menggunakannya malah dianggap asing di tengah umumnya manusia, karena menyelisihi kebiasaan mayoritas, dan itu akibat kerusakan zaman. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam sendiri pernah mengingatkan:

"Hari Kiamat baru akan datang, apabila yang benar sudah dianggap salah, dan yang salah sudah dianggap benar."

Maka hendaknya, kita sekalian berpegang teguh pada as-Sunnah. Kita harus berupaya menggapainya, barangsiapa yang mengikuti kita (dalam as-Sunnah) maka ia akan berhasil, selamat dan bahagia. As-Sayyid al-Jalil Abu 'Ali al-Fudhail bin Iyyadh rahimahullah Ta'ala wa radhiyallahu 'anhu -semoga Allah melimpahkan manfaat karenanya- menyatakan:

"Janganlah kamu merasa phobi dengan jalan-jalan kebenaran karena sedikit peminatnya, dan jangan kamu terpedaya dengan banyaknya jumlah orang-orang yang akan binasa."

===

Maraji'/ Sumber:
Kitab: Shalaatu at-Taraawiihi, Penulis: Imam Muhammad Nashiruddin al-Albani rahimahullah, Tanpa keterangan penerbit, Tanpa keterangan cetakan, Tanpa keterangan tahun, Judul terjemahan: Shalat Tarawih Menurut Tuntunan Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, Penerjemah: Ustadz Abu Umar Basyir al-Maidani hafizhahullah, Penerbit: at-Tibyan, Solo - Indonesia, Cetakan IV, Nopember 2000 M.

===

Abu Sahla Ary Ambary bin Ahmad Awamy bin Muhammad Noor al-Bantani
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

Popular posts from this blog