Adanya Kemampuan Benda-benda Mati untuk Mengindra Sesuatu (Seperti Layaknya Manusia) | Al-Baqarah, Ayat 74 | Shahih Tafsir Ibnu Katsir
Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri.
Shahih Tafsir Ibnu Katsir.
Al-Baqarah, Ayat 74.
Adanya Kemampuan Benda-benda Mati untuk Mengindra Sesuatu (Seperti Layaknya Manusia).
Sebagian orang menyangka bahwa ini adalah majaz (kinayah/ kiasan), yaitu penyandaran sifat khusyu' kepada batu, sebagaimana penyandaran sifat iradah (kehendak) kepada dinding dalam firman Allah, "Dinding rumah yang hendak roboh." (QS. Al-Kahfi: 77)
Ar-Razi, al-Qurthubi, dan imam-imam lainnya mengatakan bahwa sangkaan ini tidak perlu diindahkan, karena Allah Ta'ala menciptakan sifat-sifat tersebut pada batu, sebagaimana dalam firman-Nya yang lain: "Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi, dan gunung-gunung, maka semuanya enggan memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya." (QS. Al-Ahzaab: 72)
Allah Ta'ala juga berfirman: "Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah." (QS. Al-Israa': 44)
Dia berfirman, "Dan tumbuh-tumbuhan dan pohon-pohonan, keduanya tunduk kepada-Nya." (QS. Ar-Rahmaan: 6)
Dia berfirman, "Dan apakah mereka tidak memperhatikan segala sesuatu yang telah diciptakan Allah yang bayangannya berbolak-balik?" (QS. An-Nahl: 48)
Dia berfirman, "Keduanya (langit dan bumi) menjawab, 'Kami datang dengan senang hati.'" (QS. Fushshilat: 11)
Dia berfirman, "Kalau sekiranya Kami turunkan al-Qur-an ini kepada gunung, pasti kamu akan melihatnya tunduk terpecah belah karena takut kepada Allah." (QS. Al-Hasyr: 21)
Dan Dia berfirman, "Dan mereka berkata kepada kulit mereka, 'Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami?' Kulit mereka menjawab, 'Allah yang telah menjadikan segala sesuatu pandai berkata.'" (QS. Fushshilat: 21)
Dalam kitab ash-Shahiih disebutkan,
"Inilah gunung, dia mencintai kami dan kami pun mencintainya." (286)
Dan seperti kisah mutawatir tentang ratapan batang pohon kurma. Juga disebutkan dalam Shahiih Muslim sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam:
"Sesungguhnya aku mengetahui sebuah batu di Makkah yang mengucapkan salam kepadaku sebelum aku diutus, dan sesungguhnya sekarang aku mengetahuinya." (287)
Demikian pula tentang sifat Hajar Aswad, bahwa ia akan memberi kesaksian bagi siapa yang menyalaminya dengan benar pada hari Kiamat kelak. (288)
Dan contoh lainnya yang semakna dengan ini.
Catatan:
Para ahli bahasa Arab berbeda pendapat tentang makna firman Allah Ta'ala, "Hatimu menjadi keras seperti batu, atau bahkan lebih keras lagi," setelah mereka sepakat bahwa hal itu bukan sebagai pernyataan keraguan. Sebagian mereka mengatakan, "Kata (Ø£َÙˆْ) 'atau' dalam ayat tersebut bermakna (Ùˆَ) 'dan', dengan pengertian 'hatimu menjadi keras seperti batu, dan bahkan lebih keras lagi', sebagaimana firman-Nya, 'Dan janganlah kamu taati orang yang berdosa dan orang yang kafir di antara mereka.' (QS. Al-Insaan: 24)
Juga firman-Nya, 'Untuk menolak alasan-alasan dan memberi peringatan.'" (QS. Al-Mursalaat: 6)
Sebagian lainnya mengatakan, "(Ø£َÙˆْ) 'atau' di sini bermakna (بَÙ„ْ) 'bahkan'. Jadi maknanya, bahwa hati kalian itu keras seperti batu bahkan lebih keras lagi dari batu."
Sebagaimana firman Allah Ta'ala, "Tiba-tiba sebagian dari mereka (golongan munafik) takut kepada manusia (musuh), seperit takutnya kepada Allah, bahkan lebih sangat dari takutnya." (QS. An-Nisaa': 77)
Dan juga firman-Nya, "Dan Kami utus dia kepada seratus ribu orang bahkan lebih." (QS. Ash-Shaaffaat: 147)
Serta firman-Nya, "Maka jadilah dia dekat (kepada Muhammad sejarak) dua ujung busur panah, bahkan lebih dekat (lagi)." (QS. An-Najm: 9)
Sebagian ulama lagi mengatakan, "Maknanya: 'Hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi,' bagi kalian." Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir.
Sebagian mereka mengatakan, "Maknanya, bahwa hati kalian tidak akan keluar dari dua perumpamaan di atas, baik itu keras seperti batu atau lebih keras lagi darinya."
Berdasarkan penafsiran tersebut, Ibnu Jarir mengatakan, "Sebagian hati mereka menjadi keras seperti batu dan sebagian lainnya lebih keras lagi dari batu." (289) Dan pendapat ini telah dikuatkan oleh Ibnu Jarir dengan memberikan bantahan bagi pendapat yang lainnya.
(Aku (penulis) katakan) pendapat terakhir tentang ayat di atas semakna dengan firman Allah, "Perumpamaan mereka seperti orang yang menyalakan api," (QS. Al-Baqarah: 17) dengan firman-Nya, "Atau seperti (orang-orang yang ditimpa) hujan lebat dari langit," (QS. Al-Baqarah: 19). Dan sebagaimana firman-Nya, "Dan orang-orang kafir, amal-amal mereka laksana fatamorgana di tanah yang datar," (QS. An-Nuur: 39) dengan firman-Nya, "Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam," (QS. An-Nuur: 40). Maksudnya, di antara mereka ada yang kondisinya demikian dan sebagian lainnya dalam kondisi yang berbeda. Wallaahu a'lam.
Baca selanjutnya:
===
(286) Fat-hul Baari (VI/ 98).
(287) Muslim (IV/ 1782).
(288) Ahmad (I/ 266). [Hadits ini berbunyi: "Sesungguhnya Hajar Aswad ini pada hari Kiamat akan memiliki lisan dan dua bibir, ia akan memberikan kesaksian bagi siapa yang menyalaminya dengan benar." Komentar Syaikh al-Arna'uth: "Sanadnya kuat, berdasarkan syarat periwayatan Muslim dalam al-Musnad (IV/ 226, no. 2398) cet. ar-Risalah.]
(289) Ath-Thabari (II/ 236).
===
Maraji'/ sumber:
Kitab: al-Mishbaahul Muniiru fii Tahdziibi Tafsiiri Ibnu Katsiir, Penyusun: Tim Ahli Tafsir di bawah pengawasan Syaikh Shafiyyurrahman al-Mubarakfuri, Penerbit: Daarus Salaam lin Nasyr wat Tauzi', Riyadh - Kerajaan Saudi Arabia, Cetakan terbaru yang telah direvisi dan disempurnakan, April 2000 M/ Muharram 1421 H, Judul terjemahan: Shahih Tafsir Ibnu Katsir Jilid 1, Penerjemah: Abu Ihsan al-Atsari, Edit Isi: Abu Ahsan Sirojuddin Hasan Bashri Lc, Penerbit: Pustaka Ibnu Katsir, Jakarta - Indonesia, Cetakan Keempat Belas, Jumadal Awwal 1436 H/ Maret 2015 M.
===
Abu Sahla Ary Ambary bin Ahmad Awamy bin Muhammad Noor al-Bantani
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT